Lapsus
Meski Diintip Omicron, PTM 100 Persen di Jateng tak Pernah Kendur
FAKTUAL-INDONESIA: Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen, dibawah bayang-bayang ancaman virus Corona varian baru Omicron, tentu cukup menggelisahkan. Namun kegelisahan itu rupanya bisa ditepis oleh semangat belajar yang luar biasa dari para siswa.
Di Jawa Tengah misalnya, sejak lonceng dimulainya pelaksanaan PTM 100 persen sampai saat ini, semua dipastikan berjalan baik. Hanya yang perlu diperhatikan secara ketat, adalah soal kontrol dan evaluasi di sekolah yang harus terus dilakukan.
Disamping itu, program vaksinasi khususnya kepada anak usia 6-11 tahun wajib digenjot. Mengingat anak-anak SD dalam bergaul dengan teman-temannya cenderung lebih masa bodoh. Itu sebabnya peran Satgas di sekolah harus digalakkan.
Ironisnya, jika anak-anak di Jateng cenderung gampang divaksinasi karena didukung penuh orang tuanya, hal bertolak belakang terjadi di Kulonprogo, DIY, dimana masih banyak orang tua yang tidak mengizinkan anaknya untuk divaksin.
“Untuk Jawa Tengah, sampai sekarang PTM berjalan dengan baik, dan sepi dari isu Omicron,” ungkap Gubernur Ganjar Pranowo.
Gubernur melihat, di banyak sekolah yang menggelar PTM 100 persen, model yang diterapkan bermacam-macam. “Ada yang full seratus persen, ada yang separuh-separuh,” ujarnya.
Ganjar menyarankan, pelaksanaan PTM 100 persen tetap memperhatikan fasilitas sekolahnya. Contohnya ketika dalam satu ruang kelas letak duduk siswa masih bisa berjarak, maka PTM 100 persen boleh dilakukan.
“Tapi kalau kemudian ada yang bangkunya pendek dan dipakai untuk dua orang, kalau seperti ini kondisinya kayaknya agak berbahaya. Lebih baik dibuat dua pertemuan,” katanya.
Ia melanjutkan, “Tapi di tengahnya saya minta itu untuk diawasi, karena seringkali kan mereka ketemu temannya nggak sadar maskernya dibuka. Nah ini saya minta satgas untuk patroli ke sekolah dan siapapun boleh mengingatkan,” ujarnya.
Seperti temuannya beberapa waktu lalu, Ganjar melihat justru gurunya yang lupa dan melepas masker di dalam kelas. Menurutnya, evaluasi dan kontrol akan terus dilakukan. Sampai sekarang, pihaknya menegaskan tidak ada laporan klaster Covid-19 di sekolah.
“Kita akan kontrol dan evaluasi terus, dan sampai sekarang belum ada temuan kasus. Masih oke berjalan,” tandasnya.
Seperti diketahui, PTM 100 persen sudah dimulai sejak Senin (3/1/2022) lalu. Di Jawa Tengah, ada 292 satuan pendidikan dari total 2.628 satuan pendidikan yang melaksanakan PTM 100 persen. Jumlah siswa yang terlibat yakni 164.521 siswa atau 13,3 persen dari total seluruh siswa di Jateng sekitar 1,2 juta.
Kondisi berbeda dalam menyikapi PTM 100 persen dialami Pemkab Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Disini, masih banyak orang tua yang tidak memberi izin anaknya yang berusia 6-11 tahun untuk divaksin. Sehingga pelaksanaan PTM masih sangat hati-hati.
Menyikapi hal itu, Pemkab Kulonprogo secara khusus telah menerjunkan tim untuk melakukan pendekatan kepada para orang tua yang memiliki anak usia 6 – 11 tahun, agar mengizinkan anak-anak mereka untuk divaksin.
Mereka yang didatangi tim ini adalah para orang tua yang belum mengizinkan anak-anaknya divaksin. “Tim kami terjunkan untuk melakukan pendekatan kepada orang tua yang menolak anaknya divaksin covid-19,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kulonprogo Sri Budi Utami.
Pendekatan itu dilakukan dengan melibatkan berbagai tokoh masyarakat termasuk tokoh agama setempat.
Sri Budi Utami menjelaskan, hingga saat ini masih ada 87 anak usia 6-11 tahun yang orang tuanya tidak mengizinkan anaknya divaksin. Alasan penolakan bermacam-macam, salah satunya adalah alasan keyanikan agama.
“Kebanyakan dari mereka ini tinggal di wilayah Kapanewon (Kecamatan) Lendah, Kapanewon Sentolo dan Kapanewon Galur,” jelasnya.
Vaksinasi Booster
Sementara untuk mencegah persebaran virus Omicron yang bisa menghambat proses PTM yang mulai berjalan apik, vaksinasi booster (dosis 3) kini juga mulai digeber Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sedikitnya 472.000 lansia di semua Kabupaten/Kota dipatok bisa diberikan vaksin tersebut.
Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X mengemukakan, vaksinasi booster diprioritaskan bagi kalangan lansia dan masyarakat dengan komorbid. Prioritas mempertimbangkan risiko paparan virus corona khususnya varian omicron yang lebih tinggi untuk kelompok lansia dan berkomorbid.
Didampingi Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembajoen Setyaningastutie, Sri Paduka, sebutan sehari-hari Wagub DIY mengemukakan, vaksin booster memang diprioritaskan untuk lansia dengan komorbid untuk mengurangi resiko fatal paparan Covid -19. Ia menilai varian baru memang lebih beresiko bagi kelompok ini.
“Kita sudah kick off vaksinasi untuk lansia di DIY. Kita juga menyertakan teman-teman ASN untuk dibooster, tapi prioritas tetap lansia dan yang komorbid. Beberapa kali teleconference dengan Jakarta memang varian baru ini lebih banyak beresiko bagi lansia dan komorbid,” jelas Sri Paduka.
Pemberian vaksin baik dosis 1 maupun dosis 2 di DIY, ujarnya untuk saat ini telah mencapai 98 persen. Dengan capaian ini, imbuhnya, menjadikan DIY berada di ranking 3 nasional dengan capaian vaksinasi terbaik.
Kondisi inilah yang menjadi alasan bagi pusat, agar DIY bisa memulai booster vaksinasi lebih cepat dari daerah lain. Namun demikian, meskipun sudah memulai booster, DIY menurut Sri Paduka Paku Alam X tetap memprioritaskan vaksinasi bagi mereka yang sama sekali belum divaksinasi.
Pembajoen Setyaningastutie membenarkan apa yang disampaikan Wagub DIY. Saat ini memang booster diprioritaskan untuk lansia dan mereka yang berkomorbid. Juga untuk ASN guru dan tenaga pendidikan.
Namun menurut Pembajoen, peserta dibatasi pada mereka yang telah menerima vaksin dosis 1 dan 2 jenis Sinovac.
“Untuk yang basisnya AstraZeneca, Insya Allah minggu depan booster kita lakukan karena itu hanya bisa pakai Moderna yang levelnya agak beda tapi heterolog. Cuma itu yang direkomendasikan,” jelas Pembajoen.
Kick off ini menurutnya, akan berlangsung selama 3 hari dengan target 5.000 peserta. Perhari, Pembajoen mematok 1.500, dan berharap bisa melampaui target. Setelah lansia dan ASN/Tenaga Pendidikan, program ini akan dilanjutkan dengan masyarakat umum. Pemberian booster vaksinasi ini gratis sesuai imbauan pemerintah pusat.
Namun yang menjadi catatatan, tidak seperti vaksinasi sebelumnya, booster ini hanya bisa diberikan melalui Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) Pemerintah.
“Ada sekitar 13.000 ASN Tenaga Pendidik yang kita prioritaskan. Ketersediaan vaksin sampai akhir bulan ini aman bagi lansia dan ASN. Tapi memang kita minta yang primernya Sinovac dulu untuk diprioritaskan. Aztra bulan depan. Dan semua jenis vaksinasi diberikan sama, yaitu setengah dosis,” tuturnya.
Kebut Vaksinasi
Pemprov Jateng sendiri mengaku tak pernah kendur dalam melakukan pendekatan ke masyarakat, agar bersedia divaksin. Edukasi pun digencarkan dengan menggandeng tokoh masyarakat dan tenaga medis.
Hal itu disampaikan Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen, dalam diskusi bertajuk “Cegah Omicron dan Percepatan Vaksinasi Covid-19”, di RRI Semarang, pekan lalu. Bahkan, Wagub ikut mengawal sendiri percepatan vaksinasi, khususnya di wilayah yang capaiannya di bawah 70 persen.
“Saya kemarin datang langsung ke Kabupaten Tegal dan Pemalang untuk mengecek pelaksanaan vaksinasi. Saya juga silaturahmi ke beberapa ulama dan pengasuh ponpes di sana,” kata Gus Yasin, sapaan akrab Wagub.
Dijelaskan, untuk mempercepat vaksinasi di beberapa daerah yang capaiannya di bawah 70 persen, seperti Kabupaten Tegal, Pemalang, Brebes, dan Jepara, sejumlah tokoh agama pun memberi masukan supaya melakukan vaksinasi secara door to door atau mendatangi langsung, dengan mengajak para dokter yang sudah dikenal dan dipercaya masyarakat setempat.
“Di setiap daerah ada dokter yang sudah kenal dekat dan dipercaya oleh warga, kemudian dokter tersebut diminta datang memberikan edukasi dan menyuntikan vaksin kepada warga. Ini sama halnya saat kita sakit kemudian datang ke dokter yang sudah kita kenal, maka saat bertemu dokter rasa sakitnya akan berkurang karena tersugesti sembuh,” papar Gus Yasin.
Disebutkan, informasi adanya kelompok masyarakat yang belum divaksin bukan karena faktor pengaruh tokoh masyarakat ataupun pihak lain. Melainkan karena warga bersangkutan takut dengan jarum suntik, dan terpengaruh informasi-informasi bohong tentang dampak negatif vaksin Covid-19.
“Tokoh-tokoh masyarakat yang dimaksud ternyata sudah melakukan vaksin. Warga yang enggan divaksin, saat ditanya alasan sebenarnya karena mereka takut disuntik,” ungkapnya.
Kalau pun saat ini ada yang patut diwaspadai dalam upaya mencegah persebaran Omicron di Jateng, adalah batas kedaluwarsa dari vaksinasi itu Sendiri.
Gubernur Ganjar Pranowo mengakui, stok vaksin di daerah banyak yang sudah kedaluwarsa pada Kamis (13/1/2022). Namun setelah diklarifikasi, jumlahnya memang sudah berkurang sebab banyak yang telah disuntikkan.
“Kemarin sudah dilaporkan ke kita ada yang telat memasukkan ke aplikasi smile. Jadi sebenarnya sudah digunakan tapi memang ada yang belum habis. Maka kami minta semua diklafirikasi, ini sudah habis bener atau belum tercatat,” ujarnya.
Stok vaksin yang masih dan kedaluwarsa, menurutnya sudah dikumpulkan. Pemprov pun telah berkomunikasi dengan Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) terkait kelayakan vaksin tadi.
“Vaksin sudah dikumpulkan, kita minta ke BPOM apakah kalau tanggal kedaluwarsa pada tanggal itu vaksin tidak bisa digunakan, atau masih ada jeda,” katanya.
Ganjar mengatakan, jika BPOM menyebut stok tersebut masih bisa digunakan maka akan digunakan untuk vaksinasi boosting yang saat ini sudah dijalankan.
“Kalau masih ada jeda kita manfaatkan, toh sekarang ada kebijakan boosting, kita bisa boosting buat yang lain,” jelasnya.
Menurut catatan Pemprov Jateng, masih banyak vaksin yang masa kedaluwarsa pada tanggal 15 dan 30 Januari 2022.
“Kita sudah cek langsung ke sana agar semua menyiapkan betul untuk dikebut. Dinkes masih mendata. Kemarin sudah ada informasi, saya minta klarifikasi, kalau tidak jangan-jangan ada problem input data,” katanya.
Hingga 13 Januari 2022, tercatat ada 4.350 dosis vaksin di delapan daerah yang kedaluwarsa. Rinciannya di Brebes 120 dosis, Jepara 10 dosis, Klaten 20 dosis, Magelang 350 dosis, Pemalang 2.270 dosis, Purworejo 1.290, Tegal 40 dosis, dan Salatiga 250 dosis.***