Connect with us

Internasional

Iran Gantung Lagi 2 Pria yang Dituduh Membunuh Petugas Keamanan Saat Unjuk Rasa Anti Pemerintah

Gungdewan

Diterbitkan

pada

Iran terus melakukan eksekusi hukmum gantung untuk merespon unjuk rasa anti pemerintah yang makin berkobar di negara itu sejak September lalu

Iran terus melakukan eksekusi hukmum gantung untuk merespon unjuk rasa anti pemerintah yang makin berkobar di negara itu sejak September lalu

FAKTUAL-INDONESIA: Iran menggantung lagi 2 (dua) pria, Sabtu (7/1/2023) yang dituduh telah membunuh petugas keamanan selama unjuk rasa protes anti pemerintah setelah kematian wanita Iran Kurdi berusia 22 tahun Mahsa Amini pada 16 September.

Dengan menggantung 2 pria lagi maka sudah ada 5 orang yang dieksekusi mati di Iran dan 11 lainnya diganjar hukuman penjara.

Kedua pria yang dieksekusi pada hari Sabtu telah dihukum karena membunuh seorang anggota milisi pasukan paramiliter Basij.

“Mohammad Mehdi Karami dan Seyyed Mohammad Hosseini, pelaku utama kejahatan yang menyebabkan mati syahid Ruhollah Ajamian secara tidak adil telah digantung pagi ini,” kata pengadilan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita resmi IRNA.

Eksekusi terbaru membuat jumlah pengunjuk rasa yang secara resmi diketahui telah dieksekusi setelah kerusuhan menjadi empat orang.

Advertisement

Amnesty International mengatakan bulan lalu bahwa pihak berwenang Iran mencari hukuman mati untuk setidaknya 26 orang lainnya dalam apa yang disebutnya “pengadilan palsu yang dirancang untuk mengintimidasi pengunjuk rasa dalam pemberontakan populer yang telah mengguncang negara”.

Dikatakan semua orang yang menghadapi hukuman mati telah ditolak haknya atas pembelaan yang memadai dan akses ke pengacara yang mereka pilih. Kelompok hak asasi mengatakan para terdakwa malah harus bergantung pada pengacara yang ditunjuk negara yang tidak berbuat banyak untuk membela mereka.

Amnesty mengatakan pengadilan yang memvonis Karami, juara karate berusia 22 tahun, mengandalkan pengakuan paksa.

Pengacara Hosseini Ali Sharifzadeh Ardakani mengatakan dalam tweet 18 Desember bahwa Hosseini telah disiksa dengan kejam dan pengakuan yang diperoleh di bawah penyiksaan tidak memiliki dasar hukum.

Dia mengatakan Hosseini dipukuli dengan tangan dan kaki diikat, ditendang di kepala sampai dia pingsan, dan disetrum di berbagai bagian tubuhnya.

Advertisement

Iran menyangkal bahwa pengakuan diperoleh di bawah siksaan.

Mahsa Amini meninggal dalam tahanan pada bulan September setelah ditangkap oleh polisi moralitas yang menegakkan undang-undang kode pakaian wajib Republik Islam. Protes yang terjadi kemudian merupakan salah satu tantangan terbesar bagi Republik Islam sejak didirikan pada tahun 1979.

Pasukan Basij, yang berafiliasi dengan Pengawal Revolusi Iran yang kuat, berada di belakang sebagian besar tindakan keras tersebut.

Iran, yang menyalahkan kerusuhan itu pada musuh asingnya termasuk Amerika Serikat, melihat tindakan kerasnya terhadap protes sebagai upaya menjaga kedaulatan nasional.

Kelompok hak asasi HRANA mengatakan bahwa hingga Jumat, 517 pengunjuk rasa telah tewas selama kerusuhan, termasuk 70 anak di bawah umur. Dikatakan 68 anggota pasukan keamanan juga tewas.

Advertisement

Sebanyak 19.262 pengunjuk rasa diyakini telah ditangkap, katanya.

Pejabat Iran mengatakan bahwa hingga 300 orang, termasuk anggota pasukan keamanan, telah tewas.

Pengunjuk rasa pertama yang diketahui dieksekusi adalah Mohsen Shekari yang berusia 23 tahun pada 8 Desember, kurang dari tiga bulan setelah penangkapannya. Dia dituduh membakar tempat sampah, memblokir jalan, menikam anggota milisi Basij dengan parang dan mengancam keselamatan publik.

Majid Reza Rahnavard, 23, digantung di depan umum pada 12 Desember di kota timur laut Mashhad, kurang dari sebulan setelah penangkapannya. Ia dituduh menikam hingga tewas dua anggota Basij dan melukai empat orang lainnya di Masyhad. ***

Advertisement
Lanjutkan Membaca
Advertisement