Ekonomi
Menparekraf Sandiaga Beri Kiat Pengembangan Gastronomi Kota Malang, Dorong Desa Wisata Wringinanom Dapatkan Sertifikasi Berkelanjutan
![Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno berkesempatan mencicipi Menparekraf juga mencicipi berbagai kuliner khas Malang yang sedang viral, salah satunya adalah Ronde Titoni di sela sela acara Nemuin Komunitas (Netas) di Ada Apa Dengan Kopi (AADK), Malang, Sabtu (27/7/2024).](https://faktualid.com/wp-content/uploads/2024/07/240728sandiaga-kuliner.jpg)
Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno berkesempatan mencicipi Menparekraf juga mencicipi berbagai kuliner khas Malang yang sedang viral, salah satunya adalah Ronde Titoni di sela sela acara Nemuin Komunitas (Netas) di Ada Apa Dengan Kopi (AADK), Malang, Sabtu (27/7/2024).
FAKTUAL INDONESIA: Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno memberikan kiat sukses dalam mengembangkan gastronomi di Kota Malang kepada sejumlah komunitas yang hadir di acara Nemuin Komunitas (Netas) di Ada Apa Dengan Kopi (AADK), Malang, Sabtu (27/7/2024).
Selain itu Sandiaga Salahuddin Uno meresmikan Desa Wisata Wringinanom, Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang ditetapkan sebagai salah satu desa terbaik dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024, program prioritas Kemenparekraf/Baparekraf yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyakat setempat.
Tidak dilewatkan juga oleh Menparekraf Sandiaga menjajal pengalaman wisata petik jeruk siam madu di Desa Wisata Wringinanom.
Baca Juga : Menparekraf Sandiaga Uno: Eksotika Bromo Festival 2024 Memberikan Pengalaman Spiritual Ekspresi Budaya dan Keindahan Alam
Menurut Menparekraf Sandiaga, gastronomi bukan hanya tentang makanan, tetapi juga tentang budaya, sejarah, dan identitas sebagai bangsa. Oleh karena itu, dalam pengembangannya diperlukan konten kreatif yang mengedepankan narasi dengan menggunakan kekuatan budaya sebagai nyawa dari sebuah kuliner atau biasa yang disebut dengan storynomics.
“Jadi betul-betul memiliki filosofi, ada budaya yang terlibat, sejarah, ada story telling bagaimana oleh siapa, berapa yang terlibat bagaimana yang terlibat, resepnya seperti apa,” kata Sandiaga.
Ia mencontohkan seperti Ronde Titoni Malang yang sudah ada sejak tahun 1960-an. Menurut Sandiaga, ini bisa dikemas dengan narasi sejarah awal kemunculan dan caranya bisa bertahan hingga sekarang.
Sandiaga menilai cerita seperti itulah yang membuat orang akan penasaran dengan sebuah produk yang dihasilkan sehingga kemudian akan dicari oleh masyarakat luas. Dampaknya produk yang dikenalkan bisa dikenal hingga mendunia.
“Cerita-cerita seperti itu yang harus dikemas dan harus diceritakan kepada pelanggan sehingga potensi dari kuliner Malang ini bisa lebih banyak dikenal oleh nusantara dan dunia,” kata Menparekraf.
Pada kesempatan ini Menparekraf juga mencicipi berbagai kuliner khas Malang yang sedang viral, salah satunya adalah Bakso Kirun, Ondenesia, dan Ronde Titoni. Menurutnya kuliner tersebut memiliki potensi yang besar untuk mendunia, jika dikemas dengan narasi yang menarik.
Menparekraf berharap acara Netas yang bertema gastronomi ini bisa menjadi wadah bagi komunitas untuk meningkatkan kesadaran, kolaborasi, dan inovasi bagi para pelaku gastronomi.
“Saya ingin mengajak seluruh komunitas yang hadir di sini untuk beraksi dan berkolaborasi secara langsung. Kita memiliki tanggung jawab besar untuk bersama-sama menerapkan gastronomi berkelanjutan di Indonesia,” kata Menparekraf.
Ketua Program Studi Perhotelan Diploma Kepariwisataan Universitas Merdeka Malang, Rulli Krisnanda, menyampaikan bahwa kuliner dan gastronomi adalah dua hal yang berbeda, namun tetap menjadi satu kesatuan. “Bagaimana gastronomi ini kalau kita kupas dari dalam jadi bukan hanya tentang makanan tapi bagaimana perjalanan makanan ini dari awal sampai menjadi sesuatu,” kata Rully.
Hadir mendampingi Menparekraf, Staf Khusus Menparekraf Bidang Pengamanan Destinasi Wisata dan Isu-isu Strategis, Ario Prawiseso; Kepala Biro Komunikasi Kemenparekraf/Baparekraf, I Gusti Ayu Dewi Hendriyani; serta Direktur Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenparekraf/Baparekraf, Dwi Marhen Yono.
![Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno meresmikan Desa Wisata Wringinanom, Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang ditetapkan sebagai salah satu desa terbaik dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024, Desa Wisata Wringinanom, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (27/7/2024).](https://faktualid.com/wp-content/uploads/2024/07/240728sandiaga-adwi.jpg)
Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno meresmikan Desa Wisata Wringinanom, Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang ditetapkan sebagai salah satu desa terbaik dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024, Desa Wisata Wringinanom, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (27/7/2024).
Sertifikat Berkelanjutan
Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno meresmikan Desa Wisata Wringinanom, Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang ditetapkan sebagai salah satu desa terbaik dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024, program prioritas Kemenparekraf/Baparekraf yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyakat setempat.
“Selamat atas prestasinya masuk 50 besar desa wisata terbaik dan juga akan dilanjutkan dengan satu langkah yang sangat berani yaitu menyertifikasi menjadi desa wisata berkelanjutan,” kata Menparekraf Sandiaga saat visitasi Desa Wisata Wringinanom, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (27/7/2024).
Sertifikasi Desa Wisata Berkelanjutan dilakukan sebagai upaya meningkatkan standar dan kualitas berkelanjutan suatu desa wisaya berdasarkan standar mutu yang telah ditetapkan.
Baca Juga : International Islamic Expo 2024, Menparekraf Sandiaga Uno Nilai Berpotensi Tingkatkan Industri Pariwisata Halal Indonesia.
Dengan adanya sertifikasi dapat memberikan jaminan kepada wisatawan akan kualitas destinasi atau desa wisata sehingga diharapkan mampu meningkatkan loyalitas dari wisatawan dan pemangku kepentingan di destinasi. Karenanya Desa Wisata Wringinanom perlu mengambil kesempatan tersebut.
Desa Wisata Wringinanom merupakan salah satu desa penyangga wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) yang berada di Kabupaten Malang. Secara administratif Desa Wringinanom merupakan salah satu dari 17 desa bagian integral dari sistem perwilayahan Kecamatan Poncokusumo.
Desa Wisata Wringinanom berada di dataran tinggi, 850 mdpl, dengan kemiringan 26 persen dan suhu rata-rata per harinya 14° sampai 23° C. Luas Desa Wringinanom sendiri 817,75 hektare. Hal tersebut mempengaruhi tanah Desa Wisata Wringinanom secara biologis, sehingga tanahnya sangat subur untuk segala jenis pertanian atau perkebunan, serta peternakan.
Karenanya potensi agrowisata di desa ini cukup besar. Masyarakat setempat pun mengoptimalkannya dengan menanam sederet sayur-sayuran hingga buah-buahan yang menjadi salah satu komoditas utama mulai dari selada air, brokoli, terong, hingga jeruk.
Desa Wisata Wringinanom juga menawarkan pengalaman yang unik dengan berbagai aktivitas menarik. Dari river tubing yang seru hingga edukasi tentang kerajinan sandal handycraft, serta petualangan menarik dengan jeep tour menuju Gunung Bromo.
Menparekraf Sandiaga mengungkapkan pascapandemi kunjungan wisatawan ke desa wisata naik antara 30 hingga 50 persen. Tentu hal ini salah satunya berkat program Kemenparekraf/Baparekraf yang tepat sasaran dan tepat manfaat. Sementara untuk perputaran ekonomi di sektor pariwisata khususnya pariwisata berbasis komunitas mencapai 14 miliar dolar AS di tahun 2023.
“Setelah kami sentuh dengan beberapa kegiatan maka pendapatan masyarakat juga meningkat secara signifikan. Kita harapkan ini menjadi produk wisata yang berkelanjutan dan berkelas dunia,” ujar Sandiaga.
Dewan Juri ADWI, Sugeng Handoko, menerangkan bahwa ada lima kriteria penilaian untuk bisa menjadi bagian dari ekosistem 50 desa wisata terbaik ADWI 2024. Pertama penilaian berdasarkan daya tarik wisata meliputi produk wisata dan ekonomi kreatif. Kemudian amenitas, sarana, dan prasarana pendukung di desa wisata. Ketiga adalah kelembagaan dan sumber daya manusia. Selanjutnya digital dan kreatif serta yang terakhir adalah resiliensi.
“Jadi 2024 ini Kemenparekraf semakin mengembangkan dan mendorong desa wisata di Indonesia untuk menjadi desa wisata yang berkelanjutan,” ujar Sugeng.
Wakil Bupati Malang, Didik Gatot Subroto, mengungkapkan kehadiran Menparekraf di Desa Wisata Wringinanom diharapkan dapat menjadi daya dukung kepariwisataan khususnya di Jawa Timur dan menjadi sarana promosi desa wisata yang efektif.
“Kehadiran beliau memacu semangat kami untuk mencapai target kunjungan wisatawan. Terlebih Waringinanom ini kan pintu gerbang menuju Bromo sehingga sebelum berangkat atau sepulang dari Bromo wisatawan bisa mampir ke sini,” kata Didik.
Wisata Petik Jeruk
Menparekraf/Kabaparekraf, Sandiaga Salahuddin Uno menjajal pengalaman wisata petik jeruk siam madu di Desa Wisata Wringinanom, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Desa Wringinanom berada di dataran tinggi memiliki tanah yang subur untuk segala jenis pertanian atau perkebunan, serta peternakan. Salah satunya adalah adalah jeruk.
“Saya berkesempatan untuk mencoba wisata petik jeruk di Desa Wisata Wringinanom. Sangat menyenangkan,” kata Menparekraf Sandiaga.
Ketua Pokdarwis Desa Wisata Wringinanom, Galuh Prasetyo, menjelaskan wisata petik jeruk siam madu di desa ini bermula dari kegelisahan para pelaku pariwisata desa yang dahulunya menyediakan wisata petik apel.
Galuh menjelaskan bahwa petani apel dahulu kerap mengeluh karena biaya perawatannya yang mahal, namun harga jual yang rendah.
“Jadi petani banyak yang merugi dan pada akhirnya banyak yang dibongkar untuk diganti dengan budidaya jeruk karena jeruk biaya operasionalnya itu lebih murah daripada apel dan harga jualnya tak kalah bagus. Harga jual jeruk ini selalu tinggi petani pasti dapat untung. Maka dari yang awalnya apel terus sekarang 100 persen sudah tergantikan dengan wisata petik jeruk,” kata Galuh.
Galuh menjelaskan bahwa wisatawan yang ingin melakukan wisata petik jeruk di Desa Wisata Wringinanom ini hanya perlu membayar Rp25.000 lalu bisa memetik buah jeruk madu siam dengan sepuasnya. Namun, jika ingin membawa pulang sebagai oleh-oleh wisatawan dikenakan Rp25.000 untuk per kilogramnya.
“Jadi nanti jeruk yang dipetik juga bisa dibuat olahan es jeruk, jeruk hangat dan perasan jeruk,” kata Galuh.
Baca Juga : Serap Aspirasi Pelaku Parekraf Tabanan Bali, Sesmenparekraf Siap Suarakan Keluhan Perizinan OSS ke Instansi Terkait
Galuh berharap dengan kehadiran Menparekraf ke Desa Wisata Wringinanom bisa meningkatkan wisatawan untuk berkunjung ke desa ini.
“Terima kasih untuk Menparekraf, semoga dengan kehadiran Pak Menteri bisa memicu wisatawan untuk mencoba wisata petik jeruk di sini,” kata Galuh. ***