Connect with us

Ekonomi

Wisata Bawah Laut Desa Labengki Kelas Dunia, Menparekraf Sandiaga Uno Minta Pelaku Parekraf Sultra Utamakan Kualitas

Gungdewan

Diterbitkan

pada

Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno saat visitasi nya ke Desa Wisata Labengki yang berada di Lasolo Kepulauan, Konawe Utara, dan menghadiri acara “Bincang Sante & Dinner Bareng Menparekraf”, yang berlangsung di RM Kampung Bakau, Kendari, Sulawesi Tenggara, Jumat (11/10/2024).

Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno saat visitasi nya ke Desa Wisata Labengki yang berada di Lasolo Kepulauan, Konawe Utara, dan menghadiri acara “Bincang Sante & Dinner Bareng Menparekraf”, yang berlangsung di RM Kampung Bakau, Kendari, Sulawesi Tenggara, Jumat (11/10/2024). (Kemenparekraf)

FAKTUAL INDONESIA:  Antusiasme masyarakat sangat luar biasa menyambut Sandiaga Salahuddin Uno sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) yang pertama hadir di Desa Wisata Labengki,  Lasolo Kepulauan, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Menparekraf Sandiaga disambut dengan sorak sorai gembira diiringi Tarian Mondotambe dan Lulo Lariangi. Kedua tarian tersebut merupakan tarian khas daerah yang disuguhkan untuk menerima tamu kehormatan.

Apalagi kunjungan Sandiaga Uno ke Labengki memiliki nilai khusus karena menyelesaikan sekaligus menutup rangkaian terakhir dari visitasi 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024.

Baca Juga : Gali Potensi Wisata Titik 0 Merauke, Menparekraf Sandiaga Uno: Kalau Penuh Nasionalisme Harus ke Distrik Sota

“Ini adalah desa wisata terakhir dari visitasi ADWI. Selamat kepada Desa Wisata Labengki yang terpilih menjadi desa wisata unggulan dari 19 desa wisata yang ada di Konawe Utara,” kata Sandiaga usai melakukan visitasi ADWI 2024 di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, Jumat (11/10/2024).

Desa Wisata Labengki yang dihuni lebih dari 489 jiwa tidak hanya dikenal dengan keindahan panorama alam namun juga kekentalan budaya serta adat istiadat yang masih melekat di dalamnya.

Advertisement

Salah satu adat istiadat yang sampai saat ini masih dilakukan oleh masyarakat yaitu ‘Kalosara’ sebagai simbol hukum adat masyarakat Suku Tolaki.

Selain Suku Tolaki, ada pula Suku Bajo dan Suku Buton yang mendiami Desa Wisata Labengki. Ketiga suku tersebut memang mempunyai kebiasaan bermukim di wilayah pesisir atau laut.

Menariknya, Suku Bajo dikenal secara umum sebagai manusia laut lantaran kemampuan menyelamnya. Masyarakat Suku Bajo dapat menyelam ke dalam laut dengan durasi yang cukup lama tanpa menggunakan alat bantu pernapasan.

Desa Wisata Labengki setidaknya menawarkan 10 spot wisata yang menjadi favorit wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara seperti Goa Tobelo, Laguna, Blue Lagoon, Kimaboe Hill, Teluk Cinta, Pantai Pasir Panjang, Pantai Pasir Merah, Kampung Bajo, Menara Mercusuar, dan Goa Kolam Renang.

Potensi wisata bawah laut yang dapat dijumpai di Desa Wisata Labengki tentunya snorkeling dan diving. Hal ini menarik perhatian Sandiaga untuk menjajal atraksi tersebut dan mengikuti kegiatan konservasi melalui relokasi Kimaboe sebuah kerang raksasa di kedalaman sekitar 8 (delapan) meter.

Advertisement

“Kami sudah hadir dan melihat keindahan budaya, alam, dan keunikan wisata bawah laut yang memiliki keunggulan berkelas dunia,” kata Sandiaga.

Sederet potensi daerah tersebut rasanya tidak lengkap tanpa kehadiran ekonomi kreatif seperti kuliner dan kriya. Adapun aneka kuliner tradisional yang menjadi andalan adalah Soso’o, Sinole, Loar, Kripik Songgi, Abon Ikan, Gogola Boe Saloka, dan Molome.

Sementara untuk produk kriya, masyarakat desa menggunakan bahan ramah lingkungan yang banyak tersedia di sekitar wilayah desa seperti kerajinan kerang-kerangan yang diolah menjadi tempat tisu, gantungan kunci, lampion, hiasan dinding, aksesoris wanita, dan lain-lain.

“Mudah-mudahan dua dewan juri di sini juga setuju dengan saya bahwa ini akan menjadi salah satu unggulan untuk menjadi yang terbaik di nusantara,” ujarnya.

Sandiaga menjelaskan, setelah visitasi ADWI 2024 berakhir, proses penjurian pun di mulai. Secara tertutup para dewan juri akan berdiskusi guna menentukkan desa wisata yang akan meraih penghargaan ADWI berdasarkan kategori seperti Desa Wisata Terbaik, Desa Wisata Terfavorit, dan kategori lainnya.

Advertisement

“Mudah-mudahan kehadiran ADWI bisa menarik lebih banyak wisatawan, serta membuka peluang usaha dan lapangan kerja yang luas bagi masyarakat,” kata Menparekraf Sandiaga.

Baca Juga : Wisuda ke-26 Poltekpar Medan, Sesmenparekraf Wayan Giri Adnyani Harap Para Lulusan Dapat Segera Berkontribusi pada Pengembangan Parekraf

Pjs. Bupati Konawe Utara, La Ode Saifuddin, menyampaikan terima kasih karena telah memberikan predikat kepada Desa Wisata Labengki sebagai desa wisata terbaik dalam ADWI 2024.

“Harapan kami semoga upaya pemerintah daerah dan juga warga desa mendapat nilai yang terbaik,” ujar La Ode.

Hadir mendampingi Menparekraf Sandiaga, Staf Khusus Menparekraf Bidang Pengamanan Destinasi Wisata dan Isu-isu Strategis Kemenparekraf/Baparekraf, Brigjen TNI Ario Prawiseso; Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf/Baparekraf, Hariyanto; Direktur Tata Kelola Destinasi Kemenparekraf/Baparekraf, Florida Pardosi; serta Dewan Juri ADWI 2024, Ary Suhandi dan Reza Permadi.

Utamakan Kualitas dan Keberlanjutan

Advertisement

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menggelar pertemuan dengan mitra yakni para pelaku parekraf dari berbagai unsur pentahelix guna mengidentifikasi sejumlah kendala dan upaya akselerasi pertumbuhan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif Sulawesi Tenggara (Sultra).

Menparekraf Sandiaga dalam acara “Bincang Sante & Dinner Bareng Menparekraf”, yang berlangsung di RM Kampung Bakau, Kendari, Sulawesi Tenggara, Jumat (11/10/2024) malam mengatakan Sulawesi Tenggara mempunyai potensi pariwisata dan ekonomi kreatif yang luar biasa, utamanya wisata Bahari.

Menurut data BPS pada tahun 2023, sektor pariwisata di Sulawesi Tenggara telah berhasil menyumbang 14,2 persen dari PDRB provinsi tersebut.

Baca Juga : Menparekraf Sandiaga Uno Minta Maaf di Desa Wisata Rhepang Muaif, Pamit di Merauke dan Apresiasi Festival Asmat Pokman

“Ini artinya selain industri ekstraktif yang sekarang banyak menciptakan skala ekonomi yang besar. Ternyata pariwisata menyelinap ada di lapis kedua dan menjadi penopang penciptaan lapangan kerja yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat,” kata Menparekraf Sandiaga.

Walaupun demikian, sejumlah kendala masih dijumpai oleh sejumlah unsur pentahelix pariwisata dan ekonomi kreatif di Sulawesi Tenggara.

Advertisement

Beberapa yang disampaikan dalam pertemuan itu di antaranya terkait aksesibilitas dan infrastruktur yang belum optimal, harga tiket pesawat yang tinggi terutama untuk tujuan ke wilayah Sulawesi Tenggara, jumlah kunjungan wisatawan, hingga persoalan akan kebutuhan literasi yang mendukung terkait industri kecantikan atau tata rias.

“Permasalahan yang disampaikan oleh pelaku parekraf ini bisa kita tindaklanjuti dan lebih banyak mendorong hadirnya investasi sehingga mampu membuka peluang usaha dan kesempatan kerja bagi masyarakat Sultra,” kata Menparekraf Sandiaga.

Adapun beberapa masukan yang diberikan di antaranya mengajak masyarakat setempat untuk berwisata di daerah sekitar Sulawesi Tenggara sehingga pergerakan wisatawan nusantara semakin masif dan masyarakat lebih mengenal mengenai potensi parekraf di daerahnya. Dengan demikian sektor pariwisata tidak hanya mengandalkan pergerakan wisatawan mancanegara (wisman).

Menparekraf Sandiaga berpesan kepada para pelaku parekraf agar tetap mengutamakan kualitas dan keberlanjutan lingkungan dalam proses pengembangannya. Sebab, jumlah wisatawan yang banyak juga akan memunculkan persoalan baru seperti menambah sampah lingkungan.

Baca Juga : Menparekraf Sandiaga Uno Tegaskan Sertifikat Akreditasi Program Pelatihan Teknis Parekraf Memicu peningkatan kualitas SDM Parekraf

“Kita harus kuatkan dulu resiliensi destinasi kita, sehingga yang datang ke sini adalah pariwisata yang berkualitas, tinggalnya lebih lama, melestarikan lingkungan, dan juga menghargai budaya lokal kita,” kata Sandiaga.

Advertisement

Hadir mendampingi Menparekraf Sandiaga, Staf Khusus Menparekraf Bidang Pengamanan Destinasi Wisata dan Isu-isu Strategis Kemenparekraf/Baparekraf, Brigjen TNI Ario Prawiseso; Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf/Baparekraf, Hariyanto; dan Direktur Tata Kelola Destinasi Kemenparekraf/Baparekraf, Florida Pardosi. ***

Lanjutkan Membaca
Advertisement