Connect with us

Ekonomi

Laporan Keuangan Kementan Turun dari WTP jadi WDP, Ada Belanja Barang Tidak Diyakini Kewajarannya

Gungdewan

Diterbitkan

pada

Anggota IV BPK Haerul Saleh saat menyampaikan laporan hasil pemeriksaan (LHP) atas LK Kementan dan Bapans kepada Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian (Kementan) Setyo Budiyanto dan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi di Kantor Pusat BPK, Jakarta, Kamis (18/7/2024).

Anggota IV BPK Haerul Saleh saat menyampaikan laporan hasil pemeriksaan (LHP) atas LK Kementan dan Bapans kepada Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian (Kementan) Setyo Budiyanto dan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi di Kantor Pusat BPK, Jakarta, Kamis (18/7/2024).

FAKTUAL INDONESIA: Laporan Keuangan (LK) Kementerian Pertanian (Kementan) tahun 2023 turun menjadi Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dari sebelumnya Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) pada tahun 2022.

Opini LK Kementan itu diturunkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) karena beberapa permasalahan material yang mempengaruhi.

Penurunan opini LK Kementan itu disampaikan oleh Anggota IV BPK Haerul Saleh saat menyampaikan laporan hasil pemeriksaan (LHP) atas LK Kementan dan Bapans kepada Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian (Kementan) Setyo Budiyanto dan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi, dikutip dari keterangan resmi, Jakarta, Minggu.

Baca Juga : Korupsi Kementan: Tidak Ada Alat Bukti Sah dan Saksi Dapat Ancaman, SYL Minta Dibebaskan

“Penurunan opini dari WTP pada tahun 2022 menjadi WDP di Kementan disebabkan oleh beberapa permasalahan material yang mempengaruhi laporan keuangan, di antaranya adalah belanja barang tidak diyakini kewajaran/keterjadiannya sebesar Rp242,65 miliar, dan pemborosan keuangan negara atas belanja barang yang tidak seharusnya dibayarkan sebesar Rp1,85 miliar,” ungkap Haerul Saleh.

Seperti dikansir antaranews.com, kendati demikian, BPK memberikan apresiasi kepada Kementan atas berbagai upaya perbaikan yang telah dilaksanakan dalam rangka meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan negara.

Advertisement

Terkait Bapanas, ada sejumlah permasalahan yang perlu mendapat perhatian, antara lain tata usaha dan pengendalian pelaksanaan belanja barang sebesar Rp61,84 miliar belum memadai, dan penggunaan daftar pengeluaran riil (DPR) dalam pertanggungjawaban belanja perjalanan dinas dalam negeri tidak dapat diyakini kebenarannya minimal sebesar Rp5,04 miliar.

“Pasal 20 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara mengamanatkan bahwa pejabat wajib menindaklanjuti rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan (LHP),” kata Haerul.

Baca Juga : Diperiksa Sebagai Saksi Kasus Korupsi di Kementan, Penyanyi Nayunda Akui Digaji Puluhan Juta Tapi Masuk Kerja 2 Hari

Pihaknya menekankan urgensi tindak lanjut atas rekomendasi BPK oleh Kementan dan Bapanas untuk memberikan jawaban atau penjelasan atas rekomendasi itu selama 60 hari sejak LHP diterima kedua instansi tersebut

“Saya berharap agar Sekretaris Jenderal Kementan, Sekretaris Utama Bapanas, Inspektur Jenderal Kementan, dan Inspektur Bapanas dapat melakukan upaya tindak lanjut rekomendasi BPK secara maksimal,” ucapnya. ***

Advertisement
Lanjutkan Membaca
Advertisement