Olahraga
Karakter Flamboyan Shin Tae-yong Tak Cocok Tangani Timnas PSSI, Pelatih Keras dan Disiplin Lebih Dibutuhkan Garuda

Hifni Hasan. (ist)
FAKTUAL-INDONESIA: Karakter pelatih yang keras dan mengedepankan disiplin ketat dibutuhkan timnas PSSI, bukan pelatih yang berkarakter flamboyan seperti Shin Tae-yong (STY).
Penilaian tersebut disampaikan Direktur Bidang Kebijakan dari Insan Peduli Olahraga (IPO) Hifni Hasan ketika diminta komentar seputar kegagalan Timnas PSSI lolos ke final ajang AFF Cup 2022, di Jakarta, Selasa (10/1/2023).
“Tercatat dalam ingatan kita jika pelatih keras dan disiplin Anatoli Polosin sukses membawa Indonesia meraih juara SEA Games. Dasar itu menjadikan saya berkomentar demikian. Timnas Indonesia lebih cocok di bawah pelatih yang keras dan disiplin ketimbang pelatih berkelas seperti Shin Tae-yong,” kata Hifni. “Timnas Indonesia membutuhkan pelatih keras dan disiplin untuk membenahi fisik pemain yang kerap kedodoran jika bertemu laan yang menerpkan presure tinggi dan juga permainan cepat,” sambungnya.
STY untuk Tutupi Kekurangan Ketum PSSI
Hifni heran dengan rentetan catatan kegagalan Shin Tae-Yong, PSSI hingga pengamat sepakbola di Tanah Air seakan tutup matap. “Koq PSSI sangat keras pertahankan STY, apa untuk menutup kekurangan Ibul (Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan alias Iwan Bule-red) dan jajaran pengurusnya dalam mengurus sepakbola Indonesia,” ucap Hifni.
Ditambahkan Hifni, buka mata buka telinga CV STY memang bagus dan di atas rata-rata tapi iklim sepakbola di Indonesia tidak cocok untuk STY. “Sepakbola kita tidak cocok untuk STY, kita butuh pelatih setengah gila bukan pintar agar pesepakbola kita punya fisik dan endurance bagus,” tutur Hifni. “Sebab untuk skill atlet sepakbola kita di atas rata-rata pesepakbola ASEAN, just reminder tahun 1991 di SEA Games Filipina pelatih keras dan dsplin Anatoli Polosin, sukses membawa Timnas Indonesia jadi juara,” sambung Hifni.
Pada era Polosin, lanjut Hifni, banyak pemain ‘menentang’ ketika pelatih tersebut menerapkan kebijakan keras dengan menggembleng latihan fisik yang berat dan disiplin yang tinggi. “Tapi kita bisa lihat hasil dari polesan Polosin dimana Timnas kita sukses merebut gelar juara di ajang SEA Games, yang sebelumnya terasa sangat berat dan mustahil dapat diraih timnas kita. Polosin tahu benar kekurangan atau kelemahan pemain Indonesia, sehingga dia tanpa kompromi menggembleng fisik pemain timnas habis-habisan. Alhasil, timnas Indonesia sukses menorehkan tinta emas dengan merebut medali emas SEA Games,” lanjut mantan Plt Sekjen Komite Olahraga Indonesia (KOI).
Menurut Hifni, dunia sepakbola sekarang ini memang fisik hebat dan kuat yang sangat dibutuhkan. “Selain skill mengolah kulit bundar, faktor fisik punya peran yang utama,” ucap Hifni. “Karena dengan fisik bagus dan kuat akan gampang untuk menerapkan permainan apa pun di lapangan. Sebaliknya, jika fisik jeblok akan sangat berat menerapkan strategi apa pun di lapangan,” tambah Hifni.
Ditambahkan Hifni, dirinya cenderung PSSI mengambil pelatih dari Eropa timur yang punya karakter keras dan disiplin tinggi. Dan itu telah terbukti melalui keberhasilan atau sukses yang diukir Polosin dan hingga sekarang belum bisa disamain oleh peatih lainnya termasuk Shn Tae-yong yang dibangga-banggakan PSSI.
Hifni juga heran pengamat sepakbola di Tanah Air seakan dibutakan hingga mati rasa untuk memberikan kritikan. “Semua puji-puji STY . Sepertinya mereka takut nggak dipake media TV sebagai komentator kalau tidak puji-puji STY. CV STY memang luar biasa, tapi CV pelatih Vietnam Park Hang-seo yang juga berkebangsaan Korsel tak begitu moncer tapi bisa buat Vietnam kuat dan disegani. Kini tiba waktunya mengakhiri era STY dan menggantikan pelatih yang berkarakter seperti Polosin untuk menangani Timnas Indonesia,” tutup Hifni.
Sebagai catatan di era STY, timnas Indonesia lebih banyak gagal jika harus bertemu Thailand dan Vietnam. Bertemu Thailand di level U-19 dan U-20 STY lebih banyak menderita kalah melawan Thailand. Pun demikian jika menghadapi Vietnam. STY di ajang SEA Games gagal di semifinal dan di pentas AFF pun juga gagal di semifinal. Jadi sudah waktunya mengakhiri era STY dan menggantikan dengan pelatih yang berkarakter keras dan disiplin untuk tangani timnas Indonesia. ****