Nasional
Gunung Semeru, Gunung Ibu, Gunung Lewotobi Laki-laki dan Gunung Ruang, dari Gempa Letusan hingga Potensi Bahaya

Aktivitas Gunung Semeru Jawa Timur (Jatim), Gunung Ibu Maluku Utara (Malut) , dan Gunung Lewotobi Laki-laki Nusa Tenggara Timur (NTT) mulai dari gempa letusan hingga muntahan lava pijar disertai kilat
FAKTUAL INDONESIA: Pengamatan dari Kamis sampai Jumat (5/7/2024) menunjukkan aktivitas Gunung Semeru, Gunung Ibu, Gunung Lewotobi Laki-laki dan Gunung Ruang masih terus berlangsung bahkan ada peningkatan.
Aktivitas Gunung Semeru Jawa Timur (Jatim), Gunung Ibu Maluku Utara (Malut) , Gunung Lewotobi Laki-laki Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Gunung Ruang Sulawesi Utara (Sulut) itu mulai dari gempa letusan hingga muntahan lava pijar disertai kilat.
Dari denyut Gunung Semeru, Gunung Ibu, Gunung Lewotobi Laki-laki dan Gunung Ruang itu memunculkan potensi bahaya yang perlu untuk dihindari oleh masyarakat setempat maupun pengunjung.
Dalam sehari, Kamis (4/7/2024), Gunung Semeru di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang, Jatim, dari pukul 00.00 – 24.00, mengalami 159 kali gempa letusan/erupsi. Gunung dengan ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu masih didominasi gempa letusan.
Sedangkan Gunung Ibu di Pulau Halmahera, Maluku Utara kembali erupsi dan memuntahkan abu vulkanik hingga lava pijar yang disertai suara dentuman kilat, Kamis malam.
Di Flores Timur, NTT, Gunung Lewotobi Laki-laki erupsi pada Kamis, pukul 17.07 WITA dengan tinggi kolom abu teramati lebih kurang 500 meter di atas puncak, atau 2.084 meter di atas permukaan laut.
Sementara itu Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, pada periode 16-30 Juni 2024 memunculkan 47 kali gempa embusan dengan potensi bahaya saat ini berupa erupsi yang menghasilkan lontaran material pijar dan abu vulkanik.
Baca juga: Bencana Negeriku: Cari Satu Korban Tanah Longsor Blitar, BPBD Jatim Terjunkan TRC
Berdasarkan pantuan laporan media online aktivitas gunung berapi yang ada di Tanah Air itu mewarnai informasi yang dilansir antaranews.com, katadata.co.id, dan indonesiaweek.com. Untuk selanjutnya disajikan informasi aktivitas gunung berapi tersebut sesuai keterangan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dan petugas pengamatan.
“Pada pengamatan kegempaan periode Kamis (4/7) pukul 00.00-24.00 WIB, Semeru tercatat mengalami 159 kali gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 10-22 mm, dan lama gempa 55-132 detik,” kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Mukdas Sofian dalam keterangan tertulis yang diterima di Lumajang, Jumat.
Menurutnya gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Lumajang dengan Malang tersebut mengalami 12 kali gempa guguran dengan amplitudo 2-8 mm dan lama gempa 32-78 detik.
“Selain itu juga terekam mengalami 12 kali gempa hembusan dengan amplitudo 3-8 mm, dan lama gempa 28-74 detik, kemudian enam kali gempa tektonik Jauh dengan amplitudo 16-40 mm,” tuturnya.
Gempa getaran banjir juga terekam di Gunung Semeru dengan amplitudo 10 mm dan lama gempa 2.026 detik karena hujan deras mengguyur puncak gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut.
Sementara Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan mengatakan petugas melakukan evaluasi aktivitas Gunung Semeru secara bertahap.
“Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi secara menyeluruh hingga 30 Juni 2024, maka tingkat aktivitas Gunung Semeru tetap pada level III atau siaga dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan ancaman bahaya terkini,” ujarnya.
Baca juga: Serangan Besar-besaran Hizbullah Lebanon, Tembakkan 200 roket dan Drone ke Israel
Ia mengatakan pihaknya memberikan rekomendasi agar masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 kilometer dari puncak (pusat erupsi).
Kemudian di luar jarak tersebut, katanya, masyarakat juga diimbau tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) pada sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.
Kemudian warga juga dilarang beraktivitas dalam radius lima kilometer dari kawah/puncak Gunung Api Semeru, karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
Masyarakat juga diminta mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar, di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
Disertai Dentuman Kilat
Gunung Ibu di Pulau Halmahera, Maluku Utara kembali erupsi dan memuntahkan abu vulkanik hingga lava pijar yang disertai suara dentuman kilat, Kamis malam.
Kepala Badan Geologi M Wafid dalam keterangan di Jakarta, mengatakan bahwa tinggi kolom abu berwarna kelabu hingga hitam teramati lebih kurang 3.000 m di atas puncak.
Sementara erupsi tersebut terekam oleh alat seismograf dengan amplitudo maksimum 28 mm.
Menurut dia, petugas di pos pengamatan Gunung Ibu melaporkan juga teramati lontaran lava pijar setinggi 2 kilometer mengarah ke lereng bagian utara, barat laut dan barat dari puncak gunung api itu yang diiringi suara dentuman dan gemuruh.
Fenomena erupsi tersebut yang masih berlangsung sejak pukul 22.15 WIT dengan durasi sementara yang terekam lebih kurang 3 menit 50 detik.
Meski demikian Gunung Ibu masih berada pada status level III atau siaga.
Badan Geologi mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Ibu maupun wisatawan agar tidak beraktivitas di dalam radius 4 kilometer dan perluasan sektoral berjarak 5 kilometer ke arah bukaan kawah di bagian utara dari kawah aktif Gunung Ibu.
Begitupun jika terjadi hujan abu, masyarakat diharapkan selalu memakai masker atau penutup hidung-mulut untuk menghindari bahaya gangguan sistem pernafasan oleh abu vulkanik.
Gunung Lewotobi Laki-laki
PVMBG masih memberlakukan radius tiga kilometer dari pusat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur Nusa Tenggara Timur, sebagai zona tidak aman yang harus dihindari.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan dalam keterangannya di Jakarta Kamis, mengatakan bahwa masyarakat atau pengunjung dan wisatawan direkomendasikan untuk tidak melakukan aktivitas apapun dalam radius yang telah ditetapkan.
Begitupun secara sektoral zona yang harus dihindari berada pada radius empat kilometer pada arah utara-timur laut dan lima kilometer pada sektor timur laut dari puncak Gunung Lewotobi Laki-laki.
Menurutnya, hal demikian dikarenakan tim PVMBG mendapati aktivitas vulkanologi Gunung Lewotobi Laki-laki yang masih tinggi berada pada status Level III atau siaga.
Terbaru PVMBG mencatat telah terjadi erupsi pada Kamis, pukul 17.07 WITA dengan tinggi kolom abu teramati lebih kurang 500 meter di atas puncak, atau 2.084 meter di atas permukaan laut.
Berdasarkan laporan Pos Pengamatan Gunung Api di Desa Pululera, diketahui erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 14.8 mm dan durasi lebih kurang 9 menit 14 detik.
Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat daya dan barat.
Masyarakat yang terdampak hujan abu Gunung Lewotobi Laki-laki juga diharapkan selalu memakai masker atau penutup hidung-mulut untuk menghindari bahaya abu vulkanik pada sistem pernafasan.
Gempa Embusan Gunung Ruang
PVMBG, Badan Geologi Kementerian ESDM mencatat sebanyak 47 kali gempa embusan Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, pada periode 16-30 Juni 2024.
“Terekam juga sebanyak 14 kali gempa vulkanik dangkal, lima kali gempa vulkanik dalam, 22 kali gempa tektonik lokal, 67 kali gempa tektonik jauh, dan dua kali gempa getaran banjir,” kata Kepala PVMBG Hendra Gunawan dalam laporan aktivitas Gunung Ruang yang dibagikan dalam grup percakapan Info Gunung Api Sitaro di Manado, Kamis.
Pengamatan visual Gunung Ruang pada periode tersebut umumnya cuaca cerah hingga hujan, gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut.
Teramati asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tebal dan tinggi sekitar 50-400 meter dari puncak kawah.
“Potensi bahaya saat ini berupa erupsi yang menghasilkan lontaran material pijar dan paparan abu vulkanik yang bergantung pada arah dan kecepatan angin serta lahar bila hujan deras turun di sekitar Gunung Ruang,” katanya.
Berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental, aktivitas vulkanik Gunung Ruang masih pada level II (waspada).
Dia berharap rekomendasi yang diberikan dipatuhi, di mana masyarakat di sekitar Gunung Ruang, pengunjung/wisatawan agar tetap waspada dan tidak memasuki wilayah radius dua kilometer dari pusat kawah aktif.
Masyarakat yang bermukim pada wilayah Pulau Ruang yang masuk dalam radius dua kilometer agar segera dievakuasi ke tempat aman di luar radius tersebut.
Masyarakat diimbau selalu menggunakan masker untuk menghindari paparan abu vulkanik yang dapat mengganggu sistem pernafasan.
Masyarakat yang berada di luar radius dua kilometer diharapkan tenang, beraktivitas seperti biasa, tidak terpancing isu-isu tentang erupsi serta tetap mengikuti perkembangan aktivitas Gunung Ruang melalui aplikasi MAGMA Indonesia.***