Nasional
Aktivitas Gunung Berapi: Semeru Erupsi 8 Kali, Lewotobi Laki-Laki 3 Kali, Lava Ile Lewotolok Mengancam
FAKTUAL INDONESIA: Selain cuaca ekstrem, bencana dari gunung berapi di beberapa daerah Indonesia juga mengancam karena masih terus erupsi dan meninggalkan lahar dingin yang bisa menghadirkan banjir jika turun hujan lebat.
Gunung berapi aktif di Jawa Timur, Gunung Semeru bahkan erupsi sampai 8 (delapan) kali pada Santu (1/6/2024).
Kemudian Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, pada Sabtu pagi, erupsi 3 (tiga) kali.
Masih di NTT, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengimbau warga Desa Amakaka di Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mewaspadai potensi ancaman aliran lava Gunung Ile Lewotolok.
Seperti dilansir antaranews.com, Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur mengalami erupsi terus menerus sebanyak delapan kali pada Sabtu pagi hingga siang.
Erupsi pertama Gunung Semeru terjadi pada pukul 07.39 WIB, kemudian pada pukul 07.49 WIB, erupsi ketiga tercatat pada pukul 08.04 WIB, kemudian pada pukul 08.20 WIB, selanjutnya pukul 09.52 WIB, erupsi berikutnya pada pukul 11.34 WIB, erupsi ketujuh tercatat pukul 11.50 WIB, dan erupsi berikutnya pada pukul 13.10 WIB.
Baca Juga : Erupsi Gunung Semeru dengan Letusan Abu Setinggi 500 meter dari Puncak Mahameru
“Terjadi erupsi Gunung Semeru pada hari Sabtu, 1 Juni 2024, pukul 07.39 WIB dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 400 meter di atas puncak atau 4.076 mdpl,” kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Liswanto dalam keterangan tertulis yang diterima di Lumajang, Sabtu.
Menurutnya, kolom abu vulkanik teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang ke arah selatan dan saat laporan itu dibuat, erupsi masih berlangsung.
Visual letusan pada erupsi pertama hingga keempat terpantau oleh petugas, yakni ketinggian erupsi berkisar 300 meter hingga 500 meter di atas puncak, sedangkan erupsi kelima hingga kedelapan secara visual tidak teramati, karena tertutup kabut.
Tinggi kolom erupsi Gunung Semeru kedelapan pada pukul 13.10 WIB tidak teramati, namun erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 23 mm dan durasi 97 detik.
Sejak 1 Januari hingga 1 Juni 2024, pukul 14.00 WIB tercatat jumlah letusan Gunung Semeru yang pernah tercatat oleh petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru sebanyak 343 kali.
Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa itu masih berstatus Siaga atau Level III, sehingga Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan rekomendasi agar masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 kilometer dari puncak (pusat erupsi).
Di luar jarak tersebut, masyarakat juga diimbau tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) pada sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.
Kemudian, warga juga dilarang beraktivitas dalam radius lima kilometer dari kawah/puncak Gunung Api Semeru, karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
Masyarakat juga diminta mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
Lewotobi Laki-Laki
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat terjadi tiga kali erupsi di Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, pada Sabtu pagi.
Menurut Petugas Pos Pengamatan Gunung Lewotobi Laki-laki Herman Yosef S Mboro dalam laporan tertulis yang diterima di Jakarta, erupsi pertama terjadi pukul 04:52 WITA. Visual erupsi tersebut tidak teramati.
“Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 101 detik,” demikian laporan Herman terkait erupsi pertama yang terjadi Sabtu pagi.
Erupsi kedua terjadi pukul 05:09 WITA, yang terekam seismograf dengan amplitudo maksimum 447,3 mm dan durasi 327 detik. Visual erupsi kedua juga tidak teramati.
Tidak lama berselang, erupsi ketiga terjadi pukul 05:24 WITA yang terekam seismograf dengan amplitudo maksimum 14,8 mm dan durasi 175 detik.
Herman menyebut, tinggi kolom letusan tersebut teramati kurang lebih 200 meter di atas puncak gunung.
“Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang ke arah barat daya,” demikian menurut Herman.
Berdasarkan aktivitas vulkanik terkini Gunung Lewotobi Laki-laki, status gunung berketinggian 1.584 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut saat ini tetap pada level II atau Waspada.
Oleh karena itu, petugas pos pengamatan itu menyarankan masyarakat setempat maupun pengunjung dan wisatawan untuk tidak melakukan kegiatan apapun dalam radius 2 kilometer dari pusat erupsi.
Rekomendasi itu juga berlaku sektoral 3 km pada arah utara-timur laut dan 5 km pada sektor timur laut.
“Masyarakat di sekitar Gunung Lewotobi Laki-laki hendak mewaspadai potensi banjir lahar hujan pada sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Lewotobi Laki-Laki jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi,” demikian laporan Herman.
Ia juga mengatakan bahwa PVMBG akan terus berkoordinasi dengan BPBD Nusa Tenggara Timur dan pihak terkait lainnya untuk melaporkan secara berkala aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki.
Lava Ile Lewotolok
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengimbau warga Desa Amakaka di Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mewaspadai potensi ancaman aliran lava Gunung Ile Lewotolok.
“Waspadai potensi ancaman bahaya guguran atau longsoran lava dari bagian barat puncak Gunung Ile Lewotolok,” kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Ile Lewotolok Jeffry Pugel ketika dihubungi dari Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka, Sabtu.
Ia menjelaskan jarak aliran lava pada sektor barat saat ini telah mencapai 1.300 meter dari bibir kawah Gunung Ile Lewotolok.
Desa Amakaka merupakan desa yang berada pada sektor barat yang perlu mewaspadai potensi itu.
Jeffry mengatakan langkah antisipasi harus dilakukan agar tidak ada vegetasi yang terbakar sehingga meluas ke pemukiman warga.
“Kami juga merekomendasikan agar masyarakat Desa Amakaka tidak memasuki dan tidak melakukan aktivitas di dalam wilayah sektoral barat sejauh tiga kilometer dari pusat aktivitas gunung,” kata dia mengingatkan.
Pos Pengamatan Gunung Api Ile Lewotolok telah melakukan koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lembata.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lembata Andris Koban mengatakan telah melakukan langkah antisipasi dengan membuat penyekatan dan pembersihan pada jalur api sehingga aliran lava tidak membakar semak-semak.
Jalur api yang bersih, kata Andris, secara otomatis membuat api langsung mati sehingga tidak menyebabkan kebakaran semakin meluas.
“Hal ini diinisiasi oleh Pemerintah Desa Amakaka dan dibantu oleh tim BPBD,” ucapnya.
BPBD Kabupaten Lembata senantiasa siaga dengan segala informasi terkini aktivitas Gunung Api Ile Lewotolok.
Ia mengimbau masyarakat untuk mengindahkan semua rekomendasi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi melalui Pos Pengamatan Gunung Api Ile Lewotolok.
“Kami terus berkoordinasi agar informasi tetap tersampaikan ke masyarakat,” kata dia.
Adapun Gunung Ile Lewotolok merupakan gunung api di NTT yang satu-satunya berada pada Level III atau Siaga. ***