Nasional
2 RT dan Jalan Hiu Pluit Masih Terendam, Jakarta Utara Percepat Penangan Banjir Rob

Warga dan kendaraan menerobos jalan yang direndam banjir rob atau banjir pesisir di kawasan Muara Angke, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara
FAKTUAL INDONESIA: Dua RT dan satu ruas jalan masih terendam banjir rob atau banjir pesisir yang merendam permukiman warga di kawasan Muara Angke, Kelurahan Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (16/12/2024).
“Info terkini hingga pukul 20.00 WIB dua RT di Kelurahan Pluit terendam banjir dengan ketinggian dari 15 centimeter hingga 35 centimeter,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Isnawa Adji di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan satu ruas jalan yang masih terendam adalah Jalan Hiu Kelurahan Penjaringan Penjaringan, Jakarta Utara (Jakut), dengan ketinggian air 15 centimeter.
Wakil Camat Penjaringan, Dwi Panji Forkiantoro mengatakan, ada enam RW terdampak rob di Kecamatan Penjaringan. “Lokasi terdampak yang dapat dikatakan terparah ada enam RW, yakni RW 01, 02, 11, 20, 21, dan RW 22 Kelurahan Pluit” katanya.
Baca Juga : Banjir Rob Jakarta Utara Masih Merendam 6 RT Hingga Sabtu Siang Ini
Meskipun tempat tinggal mereka terendam air, kebanyakan warga lebih memilih tinggal di rumah saudara atau tetangganya yang tidak terendam genangan rob.
“Kami tetap menyediakan posko yang berada di kelurahan. Dipilihnya lokasi tersebut karena area tersebut paling tinggi dan akses mudah dijangkau,” kata dia.
Pihaknya juga bekerjasama dengan Puskesmas kelurahan untuk memberikan bantuan kesehatan.
“Setiap harinya warga juga diberikan makanan siap saji sebanyak 700 kotak. Sehari kami siapkan tiga kali, makan pagi, siang dan malam,” kata dia.
Sementara itu seperti dikutip dari laman berita antaranews.com, Suku Dinas Sumber Daya Air Jakut terus berupaya mempercepat banjir rob atau banjir pesisir yang merendam permukiman warga di kawasan Muara Angke, Kelurahan Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, pada Senin.
“Ada beberapa upaya yang dilakukan oleh Sudin SDA untuk mempercepat turunnya air, khususnya yang terdampak paling parah di Jalan Dermaga Ujung Muara Angke,” kata Kepala Seksi Pemeliharaan Drainase Suku Dinas Sumber Daya Air (Sudin SDA) Jakut, Yudo Widiatmoko di Jakarta, Senin.
Sudin SDA Jakut terus berupaya sebaik-baiknya melakukan upaya mitigasi terkait dengan naiknya air laut ke daratan atau banjir rob.
Ia menyebutkan, ada tiga hal yang dilaksanakan untuk mempercepat banjir rob segera surut. Pertama, mengoptimalkan kinerja pompa-pompa statis yang ada.
Kedua, menyiagakan satgas atau pasukan biru dan ketiga serta menurunkan pompa-pompa bergerak (mobile) di lokasi terjadinya genangan.
Untuk menghindari semakin banyaknya air yang masuk, SDA Jakut melakukan penutupan tali tali air yang terpengaruh dengan rob. Salah satunya dengan melakukan peninggian parafet di sekitar lokasi terdampak.
Sudin SDA Jakut juga melakukan pembuatan saluran-saluran baru yang bertujuan agar aliran air dapat mengalir lebih optimal.
“Selain menambah pompa-pompa mobile, upaya penanganan tercepat dan jangka pendek menurunkan air dengan membuat ‘crossing’ saluran, tujuannya supaya air dapat lebih cepat mengalir dari lokasi Rob,” kata dia.
Baca Juga : Banjir Rob Diprediksi Masih akan Melanda Sebagian Wilayah Indonesia, Ini Daftarnya
Fase Bulan Purnama
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengungkapkan bahwa banjir rob di pesisir Jakarta dengan ketinggian 100 centimeter (cm) dalam beberapa hari terakhir bukan karena curah hujan yang tinggi.
Tetapi, terjadi berbarengan dengan fase bulan purnama yang mengakibatkan pasang air laut meningkat secara maksimum.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta Ika Agustin Ningrum dalam keterangan di Jakarta, Senin, mengatakan, kondisi air laut pasang tersebut meluap ke daratan yang menyebabkan banjir rob.
Dia menjelaskan, pasang air laut dipengaruhi oleh gravitasi bulan dan matahari. Ketika bulan berada di titik purnama posisi bulan terlihat bulat sempurna dengan seluruh permukaannya terlihat terang.
Inilah yang kemudian dapat memicu banjir rob di wilayah pesisir pantai. “Ini merupakan fenomena alam yang berkaitan dengan pasang air laut,” katanya.
Saat pasang tinggi, terutama pada fase bulan purnama atau bulan baru, permukaan air laut naik dan bisa mencapai daratan rendah yang berada dekat dengan garis pantai.
Ika menambahkan, durasi banjir rob yang terjadi dapat bervariasi tergantung beberapa faktor, seperti siklus pasang surut, topografi wilayah dan kondisi cuaca.
Namun, menurut dia, banjir rob biasanya berlangsung sekitar dua hingga enam jam saat pasang.
Untuk mengatasinya, Dinas SDA DKI Jakarta mengoptimalkan penggunaan pompa untuk mengalirkan air ke laut, bahkan saat air tidak mampu mengalir secara gravitasi.
Menurut Ika, kondisi rob juga dipengaruhi faktor topografi wilayah. Di wilayah pesisir dengan permukaan tanah rendah atau di bawah permukaan laut, air rob bisa terperangkap lebih lama.
Baca Juga : Bencana Longsor dan Banjir: Satu Keluarga (4 Anak-anak) Tertimbun di Sukabumi, Darurat di Cianjur dan Jalan Putus di Lebak
Karena itu, Dinas SDA mengoptimalkan operasional pompa permanen (stasioner) maupun bergerak untuk dapat mengalirkan air dan optimalisasi saluran drainase agar air dapat mengalir dengan lancar.
Sementara itu, langkah jangka panjang yang dilakukan untuk mengantisipasi banjir rob, yakni dengan terus menggenjot pembangunan tanggul pengaman pantai melalui program National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) Fase A sepanjang 39 kilometer (km).
Ini merupakan program sinergi dengan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) untuk mencegah air laut masuk ke daratan saat pasang laut terjadi.
Selain itu, dibangun pula sistem polder pengendali rob yang dilengkapi bendung karet untuk menahan air laut supaya tidak melimpas kembali ke daratan.
Upaya pengendalian penurunan muka tanah (land subsidence) juga terus digaungkan. “Salah satunya dengan pembatasan penggunaan air tanah melalui Zona Bebas Air Tanah yang akan diperluas wilayahnya,” katanya. ***