Ekonomi
Rupiah Menguat sedang IHSG BEI Ditutup Melemah di tengah Perundingan Perdagangan Amerika – China

Perundingan perdagangan Amerika Serikat dengan China membawa sentimen postif bagi nilai tukar (kurs) rupiah yang menguat dalam penutupan perdagangan Rabu (11/6/2025) namun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup melemah
FAKTUAL INDONESIA: Perundingan perdagangan antara Amerika Serikat dan China membawa efek berbeda terhadap nilai tukar (kurs) rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam perdagangan Rabu (11/6/2025).
Kalau kurs rupiah terhadap dolar Amerika ditutup menguat maka IHSG BEI melemah dalam penutupan perdagangan Rabu sore.
Nilai tukar rupiah cenderung sideways pada hari Rabu ini, bergerak pada kisaran Rp16.255– Rp16.272 per dolar AS dan ditutup menguat tipis 0,09 persen (atau 15 poin) menjadi Rp16.260 per dolar Amerika.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu juga menguat ke level Rp16.265 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.276 per dolar AS.
Sedangkan IHSG ditutup melemah 8,28 poin atau 0,11 persen ke posisi 7.222,46. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 2,33 poin atau 0,29 persen ke posisi 810,47.
Sentimen Positif
Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede mengatakan penguatan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi sentimen positif atas hasil negosiasi perdagangan Amerika Serikat (AS) dengan China.
“Penguatan tersebut dipengaruhi oleh sentimen positif seputar hasil negosiasi perdagangan hari kedua antara AS dan Tiongkok,” ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.
Mengutip Xinhua, Wakil Perdana Menteri Tiongkok He Lifeng, yang juga anggota Biro Politik Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok, menghadiri pertemuan dengan Menteri Keuangan AS Scott Bessent sebelum pertemuan pertama mekanisme konsultasi ekonomi dan perdagangan Tiongkok-AS pada Senin (9/6/2025).
Para pebisnis menyambut baik pertemuan tersebut dengan harapan hasil yang saling menguntungkan.
“Kemajuan dalam negosiasi ini memberikan harapan bagi pelaku pasar yang selama ini cenderung melakukan aksi risk-off akibat kebijakan tarif Presiden Donald Trump, serta ketegangan bilateral antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia tersebut,” ucap Josua.
Namun, penguatan kurs rupiah menjadi terbatas mengingat pelaku pasar masih cenderung melakukan aksi wait and see menunggu rilis data inflasi AS bulan Mei 2025 pada malam ini. Rilis tersebut akan memberikan gambaran lebih jelas terkait dengan arah suku bunga kebijakan The Fed.
Data inflasi AS yang diperkirakan akan naik 0,2 persen selama bulan Mei secara year on year (yoy) dari 2,3 persen menjadi 2,5 persen.
“Untuk besok hari, nilai tukar rupiah diperkirakan akan diperdagangkan pada kisaran Rp16.250 –Rp16.325 per US Dollar, dipengaruhi oleh data inflasi AS bulan Mei 2025 yang diprediksi akan mengalami kenaikan,” kata dia.
Proyeksi Bank Dunia
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu sore ditutup melemah di tengah Amerika Serikat (AS) dan China telah mendekati kesepakatan perdagangan.
IHSG ditutup melemah 8,28 poin atau 0,11 persen ke posisi 7.222,46. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 2,33 poin atau 0,29 persen ke posisi 810,47.
Seperti dikutip dari laman berita antaranews.com, dibuka melemah, IHSG betah di teritori negatif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG masih betah di zona merah hingga penutupan perdagangan saham.
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, delapan sektor menguat yaitu dipimpin sektor barang baku yang naik sebesar 1,69 persen, diikuti oleh sektor transportasi & logistik dan sektor properti yang masing- masing naik sebesar 1,53 persen dan 0,96 persen.
Sedangkan, tiga sektor melemah yaitu sektor keuangan turun paling dalam sebesar 0,65 persen, diikuti oleh sektor infrastruktur dan sektor keuangan yang masing- masing turun sebesar 0,19 persen dan 0,65 persen.
Adapun saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu LCKM, NICK, PNSE, KOPI dan NZIA Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni MPXL, CFIN, MPMX, IPAC dan WGSH.
Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.437.095 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 31,46 miliar lembar saham senilai Rp18,36 triliun. Sebanyak 336 saham naik 256 saham menurun, dan 214 tidak bergerak nilainya.
Bursa saham regional Asia sore ini antara lain Indeks Nikkei menguat 186,49 poin atau 0,49 persen ke 38.398,00, indeks Shanghai melemah 17,50 poin atau 0,52 persen ke 3.402,19, indeks Hang Seng menguat 204,07 poin atau 0,84 persen ke posisi 24.366,31, dan indeks Straits Times menguat 14,75 poin atau 0,37 persen ke 3.919,09.
“Bursa regional Asia menguat seiring pelaku pasar merespon Amerika Serikat (AS) dan China yang mencapai konsensus untuk merealisasikan kesepakatan meredakan perang dagang,” sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Rabu.
Dari dalam negeri, pelaku pasar khawatir pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh Bank Dunia memberikan gambaran bagaimana ekonomi Indonesia dalam kurun waktu dua tahun ke depan akan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonominya
Bank Dunia dalam global economic prospect Juni 2025 mengungkapkan bahwa diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 dan 2026 di bawah 5 persen.
Bank Dunia memproyeksikan tahun 2025 ekonomi Indonesia tumbuh 4,7 persen dan di level 4,8 persen pada 2026, terdampak gejolak ketegangan dagang yang dipicu oleh perang tarif tinggi maupun ketidakpastian kebijakan pemerintah dunia saat ini telah menyebabkan pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi.
Dengan demikian, ekonomi nasional akan menghadapi tantangan dalam mencapai target pertumbuhan. ***