Olahraga
Preemptive Modern Hal Yang Perlu Diwaspadai

Timnas Senior 2015 di Chennai India
Oleh : Bert Toar Polii
FAKTUAL INDONESIA: Salah satu hal yang perlu diwaspadai dalam mengarungi pertarungan di Kejuaraan Bridge nanti adalah strategi Preemptive yang sudah berkembang begitu pesat saat ini.
Larry Cohen salah seorang pemain top dari Amerika Serikat yang juga penulis buku menggambarkan secara gamblang mengenai perkembangan preemptive berdasarkan pengalamannya sendiri.
Sekitar tahun 1980an ia berpasangan dengan Mr. Ron Gerard yang ia sebut Mr. Sound yang melakukan Preemptive 3H dengan pegangan ini : S 4 3 2 H K Q 10 9 8 2 D K Q 10 C5
Kemudian ia berganti partner pada tahun 1983 dengan Mr. Marty Bergen yang membuatnya berubah total. Ia menyebut Marty sebagai Mr. Agresive. Marty Bergen merupakan pelopor dari Preemptive modern yang merubah pertarungan di meja bridge menjadi sangat agresive. Idenya untuk weak two dengan 5 lembar sampai membuat ACBL mengeluarkan aturan “five-five” yang membatasi pemain agresive buka harus minimal 5 HCP dan 5 lembar tapi sepertinya sekarang sudah dicabut. Filosofi dasar Preemptive Modern yang digagas Marty adalah membuat lawan menderita yang kadang-kadang juga membuat kita menderita.
Contoh :
Barat (Bergen)
S J 9 x x x
H 8 x x x x
D Q x
C x
TIMUR (Cohen)
S A x x
H A
D A K 10 x x
C A 9 8 x
WEST (Bergen) TIMUR (Cohen)
2 D* 2 H **
2 S*** Pass
Bisa dibayangkan menderitanya Cohen untuk pass 2S karena pembukaan 2D Multi bisa dengan pegangan seperti pegangan Marty Bergen diatas.
Buat Mr. Sound pasti akan berpikir untuk bid grand slam dengan pegangan Timur.
Sekarang Cohen berganti partner dengan David Berkowitz sejak tahun 1990 yang ia sebut Mr. Medium karena memilih jalan tengah. Tidak konservatif seperti Mr. Sound tapi tidak juga gila-gilaan seperti Mr.Agresive.
Kesimpulannya, tidak ada yang terbaik dari ketiga gaya ini tapi yang pasti kita harus membuat batasan tentang gaya preemptive yang dianut bersama pasangan kita.
Penulis mungkin termasuk penggemar Preemptive Modern dan mencoba menerapkannya bersama Alm. Memed Hendrawan beberapa belas tahun yang lalu. Kami melalui perjalanan cukup panjang untuk bisa melakukannya dan bahkan pada suatu waktu kami menuliskan di Convention Card soal gaya preemptive pasangan kami. Penulis agresive dan Alm. Memed Hendrawan conservative.
Ketika bertanding di luar negeri, penulis terbiasa untuk menanyakan “style” preemptive dari lawan dan biasanya mereka akan menjawab, conservative, agresive atau diantara keduanya dan sering ada yang menambahkan, partnerku cenderung agresive atau sebaliknya.
Mengapa penulis menyampaikan hal ini, karena pengalaman pahit yang kami alami di Chennai, India tahun 2015.
Berpasangan dengan Alm. Denny Sacul melawan tim Belanda di World Transnational Open Team Championship mendapat problem bidding pada papan ini :
25/U/TB
Utara
S 84
H Q10874
D 10832
C K9
Barat Timur
S 1076 S K2
H AK95 H 3
D AQ6 D KJ954
C QJ3 C A10752
Selatan
S AQJ953
H J62
D 7
C 864
Barat Utara Timur Selatan
Sacul Polii
2H (1) Pass 3S (2)
Pass 4S //
Pembukaan 2H adalah H + minor weak dan 3S adalah invite. Pertama saya yang kesulitan dan selanjutnya Denny Sacul juga ikut dibungkam dan kontrak berakhir mati 4. Beruntung terjadi salah pengertian di meja lain dimana pasangan Belanda kebacut ke 7D dan mati 1. Kami menang 7 Imp tapi berpeluang kalah 14/15 Imp jika lawan tidak berbuat salah.
Bagaimana menghadapinya, perlu dibuat strategi. Belum lagi jika kita yang jadi declarer play, bagaimana menempatkan kartu di lawan. Preemptor yang agresive jelas tidak akan memiliki HCP sebanyak yang konseravitif. ***