Politik
Oknum TNI Aniaya Relawan Ganjar – Pengamat Militer Minta Komnas HAM Turut Andil Investigasi Sampai Tuntas, KSAD: Jangan Dibawa Kemana-mana
FAKTUAL-INDONESIA: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) diminta turut andil dalam investigasi kasus penganiayaan yang diduga dilakukan oknum TNI pada relawan pasangan calon presiden (Capres) – calon wakil presiden (Cawapres) nomor urut 03, Ganjar Pranowo – Mahfud MD (GAMA) di Boyolali, Jawa Tengah.
Permintaan Komnas HAM perlu turut andil dalam investigasi kasus penganiayaan oknum TNI pada relawan Ganjar – Mahfud di Boyolali itu dilontarkan oleh Pengamat pertahanan, militer dan intelijen Connie Rahakundini Bakrie.
Menurut Connie Rahakundini Bakrie, Komnas HAM HAMperlu turut andil dalam investigasi kasus penganiayaan oknum TNI pada relawan Ganjar – Mahfud di Boyolali itu agar potensi dugaan kekerasan politik ataupun temuan lain dapat ditemukan untuk menjadi acuan pihak berwenang menghukum oknum yang menjadi tersangka kasus tersebut.
Connie Rahakundini Bakrie menilai TNI tidak bisa main hakim atas keinginannya sendiri, terutama melanggar tugas dan fungsinya sebagai aparat yang menjaga keamanan bangsa.
Karena itu Connie menyesalkan sikap TNI AD yang tidak berkoordinasi dengan kepolisian terkait kasus tersebut.
“Kalau memang isunya soal lalu lintas, dari pagi sudah berisik atau lain-lain, kenapa tidak telepon polisi? katanya TNI dan Polisi bersaudara?” kata Connie dalam diskusi publik bertajuk “Knalpot Brong Vs Tentara” di Jakarta, Kamis (4/1/2024).
Dalam pantauan media laporan antaranews.com, Connie juga menyayangkan sikap Komandan Kodim 0724/Boyolali Letkol (Inf) Wiweko Wulang Widodo dalam kasus tersebut.
Connie meyakini prajurit tidak akan berani bergerak sendiri keluar markas jika tidak ada perintah dari atasan yang diduga memiliki kepentingan politik.
“Menurut saya koreksi kalau saya salah, tapi di tentara itu tidak mungkin kalau tidak ada perintah atasan, tidak mungkin keluar dari satuan ke jalan raya,” katanya.
Connie juga menanggapi tindak penganiayaan pada tujuh relawan Ganjar-Mahfud yang diduga dilakukan oknum TNI AD di depan Markas Kompi B Yonif Raider 408/SBH, Boyolali, Sabtu (30/12/2023).
Menurut dia, jika prajurit TNI terganggu dengan suara knalpot brong atau bising yang keluar dari motor sukarelawan, seharusnya segera mengajak pihak terkait untuk berdiskusi dan segera menelepon polisi selaku pihak yang berwenang atas ketertiban lalu lintas.
Connie menyatakan, kalau TNI sulit berkoordinasi dengan kepolisian, maka bisa segera melaporkan masalah ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
“Kita harus tahu knalpot brong yang terlibat dalam penanganannya tidak hanya polisi, tapi KLHK. Ada di dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 7 Tahun 2009 tentang ambang batas kebisingan bermotor, itu ada di KLHK, jadi kalau dari zaman dulu knalpot brong sudah ada dan prajurit merasa terganggu, kenapa tidak dari zaman dulu batalyon AD lapor KLHK?” ujarnya.
Dosen Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut itu juga mengatakan bila TNI AD masih mengurusi hal yang tidak menjadi kewenangannya, maka disarankan agar Menteri Pertahanan memangkas anggaran pembelian kendaraan militer dan dialokasikan untuk keperluan lainnya.
“Katanya tentara terpanggil mengurusi knalpot brong? Saya nanti akan usulkan kepada Menhan yang baru kalau anggaran pembelian alutsista negara dalam hal ini TNI AD, hilangkan saja. Karena dia tidak perlu lagi tank atau yang aneh-aneh karena cuma mau mengurusi knalpot,” katanya.
Enam oknum TNI pelaku penganiayaan terhadap dua sukarelawan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden RI Ganjar Pranowo-Mahfud Md. di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, telah ditetapkan sebagai tersangka.
“Berdasarkan alat bukti dan keterangan terperiksa, penyidik Denpom IV/4 Surakarta telah mengerucutkan keenam pelaku,” kata Kepala Penerangan Kodam IV/ Diponegoro Kolonel Richard Harison di Semarang, Selasa (2/1).
Keenam pelaku tersebut masing-masing Prada Y, Prada P, Prada A, Prada J, Prada F, dan Prada M.
Menurut dia, perkara tersebut selanjutnya akan diserahkan ke Oditur Militer sebelum disidangkan di pengadilan militer.
KSAD Angkat Bicara
Terkait kasus penganiayaan yang dilakukan oknum anggota Yonif 408/ Subhrasta Boyolali terhadap anggota simpatisan PDI-P sekaligus relawan pendukung Ganjar – Mahfud itu, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jendral TNI Maruli Simanjuntak angkat bicara.
Menurut Maruli Simanjuntak, peristiwa itu merupakan aksi reaksi. Mantan Danrem 074/ Warastratama itu mempertanyakan terkait penggiringan opini yakni mengarahkan korban dibawa ke dalam markas. Ini sangat tidak mungkin. Dia juga membantah, jika ada koordinasi hal tersebut.
“Normal saja berpikirnya, maka dari itu kan sudah delapan kali berputarnya. Kalau bilang orang ada rencana, enggak lah. Ini anak-anak muda yang melakukan. Yang emosinya masih seperti itu. Bagaimanapun, penganiayaan itu salah. Tapi, dengan aksinya itu saya pikir, semua harus evaluasi. Orang mabuk, berkendara seperti itu salah. Jangan hanya kami terus. Tim penyelenggara juga harus diecaluasi,” tegasnya.
Menurutnya, pihak TNI sudah melakukan upaya tegas kepada pelaku penganiayaan. Bahkan, malam hari pasca peristiwa tersebut para pelaku sudah dilakukan penahanan. Sekarang, dalam waktu berapa hari sudah ditetapkan tersangka.
“Jadi, gak perlu dibawa kemana-mana lagi ini,” katanya seperti dilansir kilat.com.
Maruli yang mantan Pangdam IX/Udayana tersebut meminta masyarakat jangan hanya melihat peristiwa tersebut dari perspektif video pendek yang beredar luas di media sosial (medsos).
“Jangan hanya melihat video yang beberapa detik itu saja. Kejadian itu, terjadi pukul 11.19 WIB. Mereka telah berputar-putar sejak jam 09.00 WIB. Mereka telah 8 kali berputar-putar, sudah beberapa kali diingatkan. Mereka juga dalam kondisi mabuk,” terang Maruli dilansir dari Kompas TV pada Kamis (4/1/2024) malam.
Dalam tayangan yang dipandu oleh Rosianna Silalahi ini, Maruli juga mengatakan, peristiwa tersebut telah mendapat respon dari petinggi elit partai. Termasuk, paslon nomor urut 3, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD. Namun, justru banyak orang diluar sana meributkan masalah tersebut.
“Respon Pak Ganjar, Pak Mahfud sudah baik. Tapi, kenapa orang di pingir-pinggir ini yang ribut kemana-mana. Jadi, saya terima kasih sekali Bu Rosi mengundang saya disini,” ujarnya. ***