Nasional
Molly, Gajah Sumatera Berumur 45 Tahun yang Mati Terseret Arus Deras Sungai Cengceng, Dikuburkan di Sukawati, Gianyar, Bali

Gajah sumatera bernama Molly semasa hidup di Bali Zoo, Kabupaten Gianyar, Bali dan saat dievakuasi setelah ditemukan mati tersangkut di dasar Sungai Cengceng akibat terseret arus aliran Sungai Wos
FAKTUAL INDONESIA: Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) betina bernama Molly yang ditemukan mati tersangkut di dasar Sungai Cengceng, Kabupaten Gianyar, Bali akibat terseret arus aliran Sungai Wos, dikuburkan Selasa (17/12/2024) tengah malam Wita.
Menurut Kepala Hubungan Masyarakat (Humas) Bali Zoo Emma Kristiana Chandra di Gianyar, Bali, Rabu (18/12/2024), Molly dikubur di kawasan kebun binatang tersebut di Desa Singapadu, Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali.
“Molly sudah kami kuburkan di zoo,” kata Emma Kristiana Chandra.
Gajah betina berumur 45 tahun itu dikuburkan sekitar pukul 24.00 Wita pada Selasa (17/12) setelah berhasil diangkat dari dasar bebatuan Sungai Cengceng di Desa Guwang, atau berjarak sekitar 2,8 kilometer dari lembaga konservasi tersebut.
Baca Juga : Presiden Prabowo Sumbang 20.000 Hektare Lahan Pribadi untuk Konservasi Gajah di Aceh yang Dikelola WWF
Seperti dikutip dari laman berita antaranews.com, tim gabungan akhirnya dapat mengevakuasi bangkai Molly pada Selasa petang dengan menggunakan alat berat dari Sungai Cengceng yang saat itu sudah berangsur surut.
Tubuh satwa jumbo dengan berat diperkirakan sekitar 2,5 ton itu kemudian diangkut menggunakan truk khusus untuk mengangkut barang berat menuju kebun binatang seluas sekitar 12 hektare itu.
Tim bahkan harus membuka akses evakuasi di sekitar tebing sungai karena banyak pepohonan tumbuh cukup lebat dan medan yang cukup terjal, dengan kedalaman jurang diperkirakan lebih dari 10 meter.
Sebelumnya, Molly terseret arus deras Sungai Wos yang mengalir di sekitar kawasan kebun binatang tersebut.
Bersama pawangnya, gajah yang dikenal memiliki sifat kalem itu sedang menjalani sosialisasi lingkungan rutin termasuk bermain air yang kala itu sedang mengalir tenang dan saat bersamaan juga terjadi hujan sejak pagi.
Saat hendak kembali ke kandang dengan menyeberangi sungai sekitar pukul 15.30 Wita pada Senin (16/12), tiba-tiba arus sungai menjadi deras dan menyeret tubuh Molly.
Meningkatnya debit air sungai dan derasnya aliran Sungai Wos menyebabkan tubuh gajah betina itu terseret hingga 2,8 kilometer.
Baca Juga : Ditinggal Mati Inova dan Manohara, Koleksi Gajah di Solo Safari Tersisa Dua Ekor
Pertama Kali Terjadi
Kematian Molly menyebabkan koleksi gajah berkurang di lembaga konservasi tersebut yang saat ini menjadi 14 ekor, terdiri atas empat jantan dan 10 betina.
“Kami bersama BKSDA Bali dan dibantu masyarakat akhirnya menemukan gajah kami yang terseret arus setelah hampir 15 jam pencarian,” kata Emma.
Emma menjelaskan kronologi peristiwa tragis itu terjadi pada Senin (16/12) sekitar pukul 15.30 Wita, ketika gajah bernama Molly berusia 45 tahun itu sedang diberikan waktu untuk bermain, menjelajahi lingkungan, serta menjalani stimulasi mental dan fisik.
Setelah bermain air bersama gajah lainnya yakni Tina dan dikawal dua orang pawang, Molly berjalan menyeberangi sungai untuk kembali ke kandangnya.
“Saat itu gajah Tina sudah berhasil menyeberangi sungai disusul Molly dan ada pawang di belakang. Molly hampir sampai di tepi, tiba-tiba dia (Molly) terdiam dan saat itulah diterjang arus deras dan pawang kami berusaha mengejar dan tidak bisa,” imbuh Emma dengan terisak tangis.
Saat itu kondisi cuaca di hampir seluruh wilayah Bali sedang dilanda hujan deras yang berlangsung sejak pagi hingga petang.
Tubuh gajah betina berbobot sekitar 2,5 ton itu ditemukan sekitar pukul 06.30 WITA pada Selasa atau sekitar 2,8 kilometer dari titik awal yakni di pinggir aliran Sungai Wos di area lembaga konservasi itu.
Saat ini tubuh Molly masih berada di dasar sungai berbatu yang saat ini sudah surut di Desa Guwang, Kecamatan Sukawati, dan ditutupi kain terpal berwarna biru.
Pihak lembaga konservasi itu kemudian mengikat Molly dengan tali rantai yang dikaitkan di pohon-pohon yang ada di tebing sungai untuk mencegah ia terseret arus kembali.
Baca Juga : Petani di Aceh Tewas Usai Diserang Sekelompok Gajah
Ada pun ketinggian dari dasar sungai hingga permukaan tanah diperkirakan sekitar 5-10 meter.
Pengelola lembaga konservasi itu memperkirakan tubuh Molly dapat membengkak hingga sekitar satu ton berat tambahan akibat proses pembusukan dan kemasukan air terlalu banyak sehingga proses evakuasi membutuhkan upaya ekstra.
Sementara itu, Kepala BKSDA Bali Ratna Hendratmoko mengungkapkan peristiwa itu yang pertama terjadi di lembaga konservasi di tanah air.
“Kalau di alam biasanya bayi gajah yang dilaporkan terseret arus. Kalau peristiwa seperti Molly, ini yang pertama terjadi di lembaga konservasi,” ucapnya. ***