Olahraga
Bagaimana Bridge Mulai Digemari Pemuda Indonesia? Saatnya PB Gabsi Menata Kembali Program Pembinaan Kalangan Milenial
Oleh : Bert Toar Polii
FAKTUAL INDONESIA: Kemenangan timnas Junior U31 atas China di babak final pada 25th APBF Youth Championships 2025 yang berlangsung di The Cavalli Casa Resort di Ayutthaya, Thailand telah menghebohkan jagat bridge Indonesia.
Apalagi kemudian tim ini akan menuju 19th The World Youth Team Championships yang akan berlangsung pada 11-17 Juli 2025 di Salsomaggiore Italia.
Berbagai pertanyaan muncul antara lain, bagaimana sebenarnya sejarah berkembangnya permainan bridge dikalangan remaja.
Sebab sampai dengan pertengahan tahun 70an, olahraga bridge dikenal sebagai olahraga elit dan pemainnya rata-rata sudah berumur.
Tukang bridge menjadi salah satu pemain berusia muda yang ikut kejurnas bridge pada tahun 1975. Peserta junior pada waktu itu masih bisa dihitung dengan jari tangan. Sebab tidak banyak paling sekitar 3-5 orang.
Baca Juga : Menguak Kunci Sukses Tim Bridge Indonesia U31 Juara di Ayatthuya setelah Gebuk China Di Final
Tahun 1975 mulai bertambah terutama setelah Maesa Bridge Klub dan KRIS Bridge Club dari Jakarta mulai mengenalkan ini kepada para pemain junior.
Pemain muda mulai bermunculan seperti Alm. Robby Warokka, Alm. Jeldy Tontey, Alm. Johny Rompis, Alm. Alexander Sondakh dan lain-lain.
Dari Bandung ada Alm. Memed Hendrawan, Agus Lufti. Tapi pada waktu itu belum ada kategori junior.
Kategori junior baru dimulai pada tahun 1980 saat Asean Bridge Club Championship tahun 1980 di Manila. Pada waktu itu batas usia pemain junior ditetapkan 30 tahun kebawah.
Tukang bridge yang pada tahun 1980 masih berusia 27 tahun saying sekali sudah tidak bisa berlaga di nomor junior. Karena ada persyaratan, seorang yang telah mewakili Negara atau menjadi tim nasional tidak berhak bertanding di kategori junior.
Tukang bridge dan pemain Philippina Albert Quioque terpaksa tidak pernah bermain di kelompok junior. Albert masih menekuni bridge sampai saat ini dan akan mewakili Philippina di 54th APBF Championships di He Fei City, China. Tukang bridge juga ikut mewakili timnas senior Indonesia. Indonesia mendominasi nomor ini di tahun-tahun awal kemudian pada 1983 Thailand mulai muncul dan mengganggu. Selanjutnya muncul Singapura dan kedua Negara ini bersama Thailand mulai meruntuhkan dominasi Indonesia.
Sementara itu di Asia Pacific Bridge Federation baru mulai tahun 1989 diawali dengan U26 memperebutkan Raymond Chow Cup kemudian tahun 2006 baru ditambah U21 memperebutkan Khunying Esther Soponpanich Cup.
Baca Juga : Usung Target Menantang, Timnas Bridge Indonesia Menuju The 25th APBF Youth Championships 2025
Indonesia pernah memenangkan Raymond Chow Cup pada tahun 2003 di Manila dan 2007 di Bandung.
Pada tahun 2013 baru ditambah nomor Girls U26 memperebutkan Xiang Huaicheng Cup. Indonesia menjuarai nomor ini pada tahun 2019.
Pada tahun 2018 saat diadakan di Indonesia pernah dipertandingkan nomor Girls U21 tapi tidak berlanjut.
Selanjutnya baru ditambah nomor U16 pada tahun 2019 di Bangkok dan berlanjut sampai saat ini.
Tahun 2023 saat digelar di Ning Bo China juga ditambah U26 mixed.
Di Ayatthya juga ditambah U15 dan U18. Sebelumnya di Ning Bo U15 juga sudah digelar.
Sementara itu bagaimana dengan di Indonesia?
Bridge Masuk Kampus diawali tahun 1993 atau 32 tahun yang lalu. Adalah Ketua Umum PB GABSI waktu itu , Alm. Amran Zamzami SE, yang memutuskan untuk menyelenggarakan Kejuaraan Nasional Masiswa Antar Perguruan Tinggi.
Ini merupakan langkah yang berani, karena dikuatirkan animo akan sedikit, sedangkan biaya yang dikeluarkan cukup besar, namun Alm. Amran Zamzami tetap ngotot dan kenyataannya sungguh menggembirakan.
Baca Juga : Bulan Mei 2025 Bulannya Asia Pacific Bridge Federation (APBF)
Ketika Kejurnas tersebut digelar pada tanggal 8 hingga 15 Agustus 1993, diikuti 32 tim mewakili 22 Universitas/ Perguruan Tinggi, yang berasal dari 16 propinsi.
Sampai saat ini Kejurnas Antar Perguruan Tinggi telah digelar 16 kali. Terakhir digelar oleh Pengprov GABSI DKI pada tanggal 11-14 Nopember tahun 2019 di Jakarta. Sayang karena pandemic covid-19 kemudian PB Gabsi terpilih Kongres Gabsi Solo 2022 belum menggelar event ini.
Selanjutnya PB GABSI masa bakti 1998-2002 mulai terjun memasukan olharaga bridge ke sekolah-sekolah. PB GABSI masa bakti 2002-2006 melanjutkan dan sukses dengan program Bridge Masuk Sekolah atau BMS. Kesuksesan ini membuat jumlah pemain bridge dikalangan usia muda meningkat sangat tajam.
“Ini di apresiasi oleh World Bridge Federation. Melalui Presiden World Bridge Federation saat itu, Jose Damiani berkali-kali memuji suksesnya BMS di Indonesia dalam pidatonya di berbagai kesempatan,”
Mengenai Kejurnas Bridge Antar Pelajar, mari kita mundur ke tahun 2003.
Perkembangan olahraga bridge di kalangan pelajar yang diawali tahun 2003 oleh Ketua Umum PB Gabsi waktu itu Miranda S Goeltom yang dimotori Eka Wahyu Kasih mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Baca Juga : Latihan Online Garuda Bridge Club di Bulan Puasa juga Dimanfaatkan Tim Philippina, Korea dan Thailand
Berkat dukungan penuh Mendiknas, olahraga bridge hanya dalam tempo singkat telah menjaring puluhan ribu pelajar yang mau menekuni olahraga ini.
Kenapa kalangan dunia pendidikan tertarik, karena ada beberapa manfaat Olahraga Bridge yang dianggap sejalan dengan dunia pendidikan :
- Turut mencerdaskan anak bangsa melalui peningkatan serta integrasi antara kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) serta kecerdasan lainnya serta tertanamnya suatu pola pikir yang terstruktur, sistematis, strategis, dan pragmatis
- Turut menunjang kurikulum pendidikan berbasis kompetensi yang mengarah kepada kecakapan hidup (life skills).
- Memberikan aktivitas/kegiatan siswa yang merupakan integrasi antara hobby, olahraga, dan pergaulan.
- Sebagai salah satu sarana dan prasarana untuk menurunkan frekuensi tawuran, pemakaian narkoba, dan tindak kriminal.
- Memudahkan pengawasan dan monitoring kegiatan siswa oleh guru maupun orangtua.
- Memberi kesempatan kepada para siswa untuk berperan serta secara aktif untuk mengharumkan harkat dan martabat bangsa melalui cabang olahraga bridge.
Baca Juga : Mukernas Gabsi 2025: PB Diminta Proaktif Lobi NTB demi Bridge Masuk PON
Awalnya kedua event pelajar dan mahasiswa ini diselenggarakan terpisah, namun semenjak tahun 2011 digabung menjadi satu event.
Sayang sekali karena pandemic covid-19 terhenti. Tahun 2024 sebenarnya pernah diadakan Kejurnas Bridge Antar Pelajar di Batu Malang. Tapi sempat dipertanyakan karena waktunya hanya dua hari jadi seperti turnamen biasa.
Sudah saatnya PB Gabsi menata kembali program pembinaan bridge di kalangan milenial karena justru saat ini banyak negara yang mulai serius menangani penanganan pembinaan bridge di kalangan usia muda. China, Jepang, China Hongkong dan China Taipei terus India, Singapura dan sekarang menyusul Thailand. Kita justru yang awalnya jadi pelopor kini mulai terseok-seok. Belum lagi Amerika Serikat dan Eropa dimana timnasnya sekarang justru diisi pemain-pemain muda. ***