Internasional
Rentetan Serangan Roket Hizbullah Hantam Seputar Tel Aviv setelah Israel Gempur Beirut
FAKTUAL INDONESIA: Serangan rentetan roket besar Hizbullah menghantam daerah dekat Tel Aviv, Minggu (24/11/2024), setelah serangan udara Israel yang kuat menewaskan sedikitnya 20 orang di Beirut sehari sebelumnya.
Israel juga menyerang pinggiran selatan Beirut yang dikuasai Hizbullah, di mana pemboman intensif selama dua minggu terakhir bertepatan dengan tanda-tanda kemajuan dalam perundingan gencatan senjata yang dipimpin AS.
Media Israel melaporkan rentetan serangan roket Hizbullah itu menyerang sebuah gedung di dekat Tel Aviv
Hizbullah, yang sebelumnya berjanji akan menanggapi serangan di Beirut dengan menargetkan Tel Aviv, mengatakan telah meluncurkan dua rudal presisi ke lokasi militer di Tel Aviv dan sekitarnya.
Baca Juga : Menteri Pertahanan Israel Katz Sesumbar Israel Telah Mengalahkan Hizbullah
Tidak ada laporan dari Israel mengenai kerusakan di lokasi kejadian, tetapi penyiar Kan menunjukkan sebuah apartemen rusak akibat tembakan roket di Petah Tikvah, sebelah timur Tel Aviv. Rekaman yang disiarkan oleh layanan medis MDA menunjukkan mobil-mobil terbakar di Petah Tikvah.
Hizbullah menembakkan 170 roket ke Israel pada hari Minggu, menurut militer Israel, yang mengatakan banyak yang telah dicegat, tetapi sedikitnya empat orang terluka oleh pecahan roket.
Video yang diperoleh Reuters menunjukkan sebuah proyektil meledak saat menghantam atap sebuah bangunan di kota Nahariya, Israel utara.
Israel memperingatkan di media sosial bahwa mereka berencana untuk menargetkan fasilitas Hizbullah di Beirut selatan sebelum serangan yang menurut sumber keamanan di Lebanon menghancurkan dua blok apartemen.
Pada hari Sabtu, Israel melancarkan salah satu serangan paling mematikan dan dahsyat di pusat kota Beirut, menewaskan sedikitnya 20 orang, kata Kementerian Kesehatan Lebanon. Militer Israel tidak mengomentari serangan atau target tersebut.
Baca Juga : Akhirnya PM Netanyahu Akui Beri Lampu Hijau Serangan Bom Pager Hizbullah, Tiga Kali Telepon Trump
Israel melancarkan serangan terhadap Hizbullah yang didukung Iran pada bulan September, menggempur wilayah selatan, Lembah Bekaa, dan pinggiran selatan Beirut dengan serangan udara setelah hampir setahun permusuhan yang dipicu oleh perang Gaza.
Amerika Menunggu Israel
Serangan Israel telah mengusir lebih dari satu juta orang di Lebanon.
Israel mengatakan tujuannya adalah untuk mengamankan kepulangan puluhan ribu orang yang dievakuasi dari wilayah utara karena serangan roket oleh Hizbullah, yang melepaskan tembakan untuk mendukung Hamas pada awal perang Gaza pada Oktober 2023.
Mediator AS Amos Hochstein menyoroti kemajuan dalam negosiasi selama kunjungan ke Beirut minggu lalu, sebelum melakukan perjalanan untuk menemui Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Katz, dan kemudian kembali ke Washington.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell pada hari Minggu mengatakan proposal gencatan senjata AS sedang menunggu persetujuan akhir dari Israel.
“Kita harus menekan pemerintah Israel dan terus menekan Hizbullah agar menerima usulan AS untuk gencatan senjata,” katanya di Beirut setelah bertemu dengan pejabat Lebanon.
Diplomasi difokuskan pada pemulihan gencatan senjata berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang mengakhiri perang Hizbullah-Israel tahun 2006. Resolusi tersebut mengharuskan Hizbullah untuk menarik mundur pasukannya sekitar 30 km (19 mil) dari perbatasan Israel, dan tentara Lebanon untuk dikerahkan di zona penyangga.
Baca Juga : Serangan Roket dari Lebanon Melukai 11 Warga Israel, Hizbullah Menyatakan Targetkan Pangkalan Milter
Tentara Lebanon mengatakan pada hari Minggu setidaknya satu tentara tewas dan 18 lainnya terluka dalam serangan Israel yang menyebabkan kerusakan parah di pusat militer di Al-Amiriya dekat kota selatan Tyre.
Militer Israel menyatakan penyesalannya dan sedang menyelidiki insiden tersebut, dan bahwa pihaknya berperang melawan Hizbullah, bukan Tentara Lebanon.
Perdana Menteri sementara Lebanon, Najib Mikati, mengatakan serangan itu “merupakan pesan berdarah langsung yang menolak semua upaya untuk mencapai gencatan senjata, memperkuat kehadiran tentara di selatan, dan melaksanakan … 1701”. ***