Connect with us

Hukum

Davin Bertekad Cari Keadilan, Istrinya Meninggal Usai Cabut Gigi

Avatar

Diterbitkan

pada

Davin akan berjuang mencari keadilan atas kematian istrinya, Nira. (ist)

FAKTUAL-INDONESIA : Belakangan viral kisah Davin Ahmad Sofyan (28) yang menceritakan istrinya, Nira Pranita Asih (31) meninggal dunia pencabutan gigi geraham kiri bawah.

Warga Desa Gendingan, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur ini menduga sang istri menjadi korban malpraktik.

Viralnya kisah ini pun ditanggapi Dinas Kesehatan Ngawi, untuk meruntut kejadian sebenarnya, sehingga tak memberi dampak bagi masyarakat jadi takut ke dokter gigi.

Davin mengaku akan terus berjuang mencari keadilan. “Tetap saya akan mencarikan keadilan untuk  istri saya. Dia harus merasakan bagaimana pedihnya saya kehilangan istri saya. Saya akan maju ke ranah hukum sendiri,” ujar Davin,  Rabu (8/5/2024).

David bercerita awalnya, sang istri sering mengalami sakit kepala. Kemudian,  pada 20 Desember 2023 dia bersama sang istri lalu melakukan konsultasi gigi yang diduga menjadi penyebab sakit kepala.

Advertisement

Hasil rontgen yang dilakukan di RS Sarila Husada Sragen mendorong dokter gigi untuk menyarankan pencabutan.

“Awalnya konsultasi apakah gigi bungsu ini normal atau tidak, setelah melihat hasil rontgen, dokter tersebut ngomong gigi tersebut harus dicabut, karena  yang menimbulkan sakit kepala gigi bungsu tersebut,” kata Davin.

Davin mengaku gigi geraham yang berada di bagian bawah kiri akhirnya dicabut di klinik tersebut. Namun pasca dicabut Davin, istrinya mengalami pembengkakan pada bagian gigi geraham yang dicabut.

Dokter gigi menyarankan untuk tetap minum obat yang diberikan. “Salah satunya adalah amoxicillin. Setelah dua  hari bengkak semakin membesar,” kata Davin.

Davin kemudian memutuskan membawa istrinya berobat ke RS Panti Waluyo Solo pada Sabtu (30/12/2023). Dari hasil pemeriksaan dokter, istrinya dinyatakan mengalami radang, dan pihak rumah sakit menyarankan untuk rawat jalan.

Advertisement

Namun sang istri makin memburuk. Davin kemudian memutuskan membawa istrinya ke RS JIH Solo pada Senin (1/1/2024). “Dari diagnosa dokter di RS JIH Solo radang sudah membengkak sampai di leher,” kata dia

Pada hari itu pula, Davin memutuskan untuk mengajak sang istri pulang ke Ngawi untuk melakukan konsultasi dengan dr Nugroho.

Dari diagnosa dr Nugroho juga dinyatakan infeksi yang telah mnejalar di  bagian leher.

“Sempat diopname semalam ternyata infeksi telah menjalar ke bagian leher dan timbulkan sesak nafas. Kami disarankan untuk ke rumah sakit lebih besar akhirnya kami ke RS Oen Kandang Sapi Solo,” ucap dia.

Di RS Oen Solo istrinya ditangani  oleh dokter spesialis bedah mulut dan dokter bedah umum.

Advertisement

Dari hasil observasi, Nira harus ditangani dengan melakukan operasi pada bagian leher. Setelah operasi leher dilakukan, RS Oen Solo kembali menemukan adanya infeksi pada saluran pernafasan.

Untuk masalah ini, harus dilakukan operasi torakotomi. Operasi yang dilakukan pada Selasa (30/2/2024) berhasil dilakukan, namun pasien harus menjalani perawatan di ICU dengan menggunakan alat bantu pernafasan.

“Setelah alat bantu pernafasan dipasang, istri saya mengalami ketergantungan pada alat tersebut. Pihak rumah sakit kemudian menyarankan untuk membuat lubang penafasan di leher atau trakeostomi,” sebut Davin.

Pasca operasi trakeostomi kondisi Nira mengalami kemajuan, bahkan sempat berlebaran bersama keluarga, meski dengan kondisi kesulitan bicara. Untuk makan pun Nira harus melakuakn melalui selang.

“Tidak bisa ngomong karena di leher terpasang selang pernafasan, makan juga lewat selang,” papar Davin.

Advertisement

Kondisi Nira yang mulai membaik bertahan hingga pada Rabu (20/4/2024), saat dia mengalami penurunan kondisi dan kembali dirawat di RS dr Oen Solo. Berat badan Nira juga terus menurun hingga tersisa 27 kilogram.

“Pada tanggal 27 April, istri saya mengembuskan nafas terakhir di RS dr Oen Solo,” ucapnya.

Davin mengaku sudah meminta penjelasan dokter gigi yang praktek di Kecamatan Widodaren terkait nasib istrinya ini.

Namun, dokter tersebut hanya menyatakan dia telah bekerja sesuai SOP dan tidak bertanggung jawab dengan kematian tersebut.

Karena itulah, dia bertekad mencari keadilan atas kematian istrinya.

Advertisement

Pengaruh di Masyarakat

Sementara, Kepala Dinas Kesehatan  Kabupaten Ngawi Yudhono mengaku telah memanggil dokter gigi yang menangani istri Davin. Dia mengatakan, secara kronologis pihaknya  masih membutuhkan sejumlah informasi terkait pasien yang ditangani oleh dokter gigi  tersebut.

“Itu belum lengkap sehingga kami belum bisa menyampaikan secara detail. Memang beliau yang awal menangani, tapi untuk yang berikutnya kan ada beberapa dokter yang menangani juga,” kata Yudhono.

“Dokter umum, termasuk dokter yang menangani di RS dr Oen. Di sana dirawat sekian lama itu nanti kita harus mendapatkan informasi yang lengkap,” lanjut Yudhono.

Yudhono menambahkan, pihaknya masih akan mengumpulkan informasi lebih lengkap terkait proses penanganan pasien cabut gigi istri Davin yang viral di media sosial ini. Harapannya, kata dia, masyarakat akan mendapat informasi yang utuh.

Advertisement

“Harus lengkap, harus kami kumpulkan secara detail, supaya masyarakat tidak sepotong-sepotong menerima informasi,” ucapnya.

Secara administrasi, klinik praktek dokter gigi yang menangani Nira tidak bermasalah untuk tetap beroperasi. Namun secara psikologis, kata Yudhono, kasus ini membuat dokter gigi yang bersangkutan terganggu, dan masih menunggu kelanjutan kasus tersebut.

“Beliau menunggu ya, sekalian mengumpulkan informasi yang dari dr Oen juga karena kasus ini kan tidak hanya diselesaikan di tempat prakteknya,” sebut dia lagi.

Viralnya pasien meninggal pasca cabut gigi bungsu di media sosial menurut Yudhono berpengaruh di masyarakat yang memiliki permasalahan dengan kesehatan gigi.

Menurut dia, berita viral pasien meninggal pasca cabut gigi harus diinformasikan secara proporsional agar tidak menimbulkan efek pemahaman yang keliru di masyarakat.

Advertisement

“Masalahnya masyarakat  yang mempunyai permasalahan gigi tidak berani ke dokter. Masalah kesehatan gigi jadi tidak terselesaikan,” kata Yodhono.***

Lanjutkan Membaca
Advertisement