Ekonomi
Menko Airlangga Tegaskan, Tumbuh 5,05% Perekonomian Indonesia Solid, Di Atas China, Singapura dan Korsel
FAKTUAL INDONESIA: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan, perekonomian Indonesia masih tetap berada pada jalur yang solid dan menunjukkan resiliensi terhadap konflik geopolitik, disrupsi rantai pasok, maupun perkembangan dari fluktuasi nilai tukar.
Sampai Triwulan II-2024, menurut Menko Airlangga, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,05% (yoy) meskipun memasuki pertengahan tahun 2024, kondisi perekonomian global masih tetap diselimuti dengan beragam tantangan yang memicu perlambatan ekonomi sejumlah negara.
Capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,05% itu jauh di atas perkiraan lembaga internasional seperti World Bank dan IMF yang memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi global di penghujung tahun 2024 berada pada rentang 2,6% – 3,2% (yoy), sedangkan tahun 2025 sebesar 2,7% – 3,3% (yoy).
Baca Juga : Tantangan Teknologi Masa Depan, Menko Airlangga Harapkan Dukungan Tsinghua University
“Khusus untuk Indonesia kedua lembaga internasional tersebut juga melihat Indonesia bisa mencapai di angka 5,1 sampai dengan 5,2. Nah ini juga membuktikan bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi kita relatif mempunyai resiliensi terhadap konflik geopolitik, disrupsi rantai pasok, maupun perkembangan dari fluktuasi nilai tukar,” kata Menko Airlangga Hartarto dalam Konferensi Pers Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan II Tahun 2024 di Kantor Kemenko Perekonomian, Senin (5/8/2024).
Tingkat pertumbuhan tersebut juga didukung dengan inflasi yang rendah dan terkendali pada angka 2,13% pada bulan Juli 2024. Selain itu, angka pertumbuhan ekonomi tersebut juga lebih tinggi dibandingkan sejumlah negara lain, seperti China (4,7%), Singapura (2.9%), Korea Selatan (2,3%), dan Meksiko (2,24%).
Lebih lanjut, pada sisi pengeluaran, pertumbuhan Triwulan II-2024 ditopang oleh komponen konsumsi rumah tangga yang sebesar 4,93% (yoy) dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 4,43% (yoy) sebagai penyumbang utama PDB. Sedangkan, untuk pertumbuhan tertinggi dialami oleh konsumsi Lembaga Non-Profit Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 9,98% (yoy).
Capaian dari sisi pengeluaran tersebut didorong oleh pemberlakuan sejumlah kebijakan Pemerintah mulai dari Insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk sektor perumahan dan sektor kendaran bermotor khususnya kendaraan bermotor Listrik untuk stimulus masyarakat kelas menengah, optimalisasi pelaksanaan operasi pasar murah dan/atau Gerakan pangan murah (GPM), penyaluran beras medium melalui program SPHP, serta pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) sepanjang tahun 2024 sebanyak 41 PSN yang ditargetkan akan selesai.
Selanjutnya, dari sisi lapangan usaha, kontribusi utama dalam PDB masih ditopang oleh industri pengolahan yang tumbuh 3,95% (yoy). Sedangkan, pertumbuhan tertinggi diperoleh sektor akomodasi makanan minuman yang tumbuh sebesar 10,17% (yoy) didorong oleh adanya event berskala nasional dan internasional. Selain itu, sektor transportasi dan perdagangan juga memiliki pertumbuhan yang tinggi sebesar 9,56 (yoy) terdorong dari mobilitas, pengiriman barang ekspor impor, dan peningkatan kunjungan wisatawan.
Secara spasial, seluruh wilayah di Indonesia juga terus mengalami penguatan dengan dominasi kontribusi terbesar kepada PDB nasional berasal dari Pulau Jawa yakni mencapai 57,04%. Pertumbuhan ekonomi yang signifikan juga dicapai oleh beberapa wilayah seperti wilayah Maluku Papua 8,45% didorong industri pengolahan, pertambangan dan penggalian, Bali dan Nusa Tenggara 6,84% didorong pertambangan dan penggalian, pertanian, perikanan, dan kehutanan, serta Sulawesi 6,07% didorong pertanian, perikanan, kehutanan, dan industri pengolahan.
Baca Juga : Diperkuat Think Tank Top, Menko Airlangga Harap Keanggotaan Indonesia di OECD Tercapai 3 Tahun
Dalam kesempatan tersebut, Menko Airlangga juga menyampaikan bahwa beberapa indikator konsumsi juga menunjukkan tren yang cenderung positif. Peningkatan terlihat pada kredit konsumsi sebesar 10,4%, inflasi inti juga terkendali sebesar 1,9 (yoy) pada bulan Mei 2024, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 123,3 pada Mei 2024 dan meningkatnya likuiditas pasar (M2) sebesar 7,8%.
Kemudian pada sektor eksternal, mayoritas nilai tukar global mengalami depresiasi sepanjang 2024, meski demikian nilai perubahan nilai tukar Indonesia bulan Januari – Agustus 2024 masih lebih baik dibandingkan Korea Selatan dan Taiwan. Sementara itu, di tengah berbagai tantangan dan ketidakpastian global, ketahanan eksternal Indonesia relatif cukup baik tercermin dari neraca perdagangan yang mengalami surplus, kunjungan wisatawan yang meningkat, serta cadangan devisa yang terjaga tinggi.
Pada sisi investasi, terdapat Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp217 triliun dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp211 triliun. Kemudian, sejumlah lembaga rating baik S&P, Moody’s, Fitch, dan JCR beranggapan Indonesia masih berada pada investment grade dengan outlook yang stabil dan memiliki prospek pertumbuhan ekonomi solid, ketahanan eksternal dan beban utang Pemerintah yang terjaga, didukung oleh kerangka kebijakan moneter dan fiskal yang kredibel.
Guna memastikan stabilitas dan ketahanan ekonomi ke depan, sejumlah kebijakan telah disiapkan Pemerintah yakni mulai dari hilirisasi, pembangunan infrastruktur, melanjutkan aksesi OECD, Indo-Pacific Economic Framework (IPEF), pengembangan kawasan sentra panga, serta mendorong digitalisasi, salah satunya dengan mengembangkan semikonduktor.
Baca Juga : Menkominfo Klaim Berhasil Selamatkan Uang Negara Senilai Rp 45 Triliun dengan Memblokir 2,6 Juta Situs Judi Online
“Tentu kita mempertahankan program terkait dengan perlindungan sosial, pembiayaan mikro, dan KUR. Kemudian makan siang bergizi pengembangan daripada rehabilitasi SD inpres pengembangan lumbung pangan melalui food estate,” pungkas Menko Airlangga. ***