Ekonomi
Menko Airlangga dan Duta Bisnis Australia Sepakat Perkuat Strategi Kolaborasi Ekonomi

Duta Bisnis Australia untuk Indonesia, Jennifer Westacott bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam kunjungan perdananya ke Indonesia di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta
FAKTUAL INDONESIA: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Duta Bisnis Australia untuk Indonesia, Profesor Jennifer Westacott AO sepakat perkuat strategi kolaborasi ekonomi kedua negara untuk lanjutkan berbagai komitmen kerja sama.
Hal itu dikemukakan Menko Airlangga dan Jennifer Westacott dalam pertemuan di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta.
Pertemuan dengan Menko Airlangga merupakan kunjungan perdana Westacott ke Indonesia setelah ditunjuk sebagai Australian Business Champion for Indonesia.
Menko Airlangga berharap bahwa hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia akan terus berlangsung erat untuk mendukung dan menyukseskan transisi ke pemerintahan baru pada Oktober 2024 mendatang.
“Kami menyambut baik potensi kerja sama antara Indonesia dan Australia, terutama dalam bidang Carbon Capture Storage (CCS), proses transisi dan transmisi energi, industri semikonduktor, data center, sektor kesehatan, pendidikan, dan praktik pertambangan ramah lingkungan, termasuk seperti green coal technology dan blue ammonia,” kata Menko Airlangga.
Dalam pertemuan yang berlangsung hangat ini, kedua belah pihak juga sepakat untuk mengidentifikasi peluang-peluang baru dalam investasi, perdagangan, dan sektor-sektor strategis lainnya yang dapat memperkuat hubungan ekonomi kedua negara di masa depan.
Menko Airlangga menyampaikan perhatian Indonesia, khususnya terkait dengan penyelesaian regulasi mengenai CCS, guna mendorong kerja sama yang lebih intensif antara Indonesia dan Australia. Proses penyelesaian regulasi ini bertujuan mempererat kerja sama antara Indonesia dan Australia, khususnya terkait dengan kegiatan transisi energi.
Khusus potensi kerja sama di bidang semikonduktor, pengembangan kapasitas SDM Indonesia akan mendukung industri yang akan dibangun. Rencana ini diharapkan dapat menjadi bagian dari dukungan Technical and Further Education (TAFE).
“Indonesia membuka peluang kerja sama bilateral, terutama untuk mempersiapkan SDM untuk industri semikonduktor,” ucap Menko Airlangga.
Menko Airlangga juga menekankan pentingnya melanjutkan berbagai komitmen kerja sama low-hanging fruits, salah satunya terkait kerja sama produk susu dan olahannya, serta ternak unggas.
“Kunjungan ini bertujuan membahas berbagai potensi kerja sama Indonesia dan Australia yakni di antaranya pada sektor pertanian, pendidikan, transisi energi, serta bidang kesehatan,” ujar Westacott, Rabu (26/6/2024).
Menanggapi tentang memperkuat hubungan bilateral Indonesia dan Australia untuk melanjutkan komitemen kerja sama, Westacott menyambut baik dan menawarkan kerja sama joint venture semikonduktor, khususnya pada lini industri packaging.
Westacott ditunjuk sebagai Australian Business Champion for Indonesia atau Duta Bisnis Australia untuk Indonesia oleh Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dalam rangkaian Australia – ASEAN Special Summit Maret 2024 lalu.
Sebagai catatan, kunjungan ini merupakan bagian dari rangkaian strategi kolaborasi di ASEAN sebagai tindak lanjut Australia’s Southeast Asia Economic Strategy to 2040 yang diluncurkan pada 6 September 2023 di sela-sela KTT ASEAN di Jakarta.
Turut hadir dalam pertemuan tersebut yakni Duta Besar Australia untuk Indonesia Penny Williams, dan Staf Khusus Menko Perekonomian Raden Pardede.
Parlemen Thailand
Pada hari yang sama Menko Airlangga menyambut hangat kunjungan para Delegasi dari Parlemen Thailand di kantor Kemenko Perekonomian. Dalam pertemuan tersebut, Delegasi Thailand yang dipimpin oleh Ketua Komisi Pembangunan Politik, Komunikasi Massa, dan Partisipasi Publik Parlemen Thailand Parit Wacharasindhu ingin belajar dari Indonesia dalam menggabungkan upaya pertumbuhan ekonomi dan demokratisasi, pengembangan electric vehicle, Program Kartu Prakerja untuk pengembangan SDM, hingga penggunaan desentralisasi sebagai mesin pertumbuhan nasional.
“Indonesia termasuk negara yang mempunyai tiga zona waktu, jadi kunci dari desentralisasi adalah kita perlu pertumbuhannya tidak terpusat. Indonesia ingin setiap daerah memiliki pertumbuhan yang sama sehingga pembangunan tidak hanya terjadi di Pulau Jawa saja, tetapi juga di sekitar Indonesia bagian timur dan barat. Salah satu yang kami lakukan yakni mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus. Kami memiliki hampir 22 kawasan ekonomi khusus di seluruh Indonesia, dan salah satu kebijakan Indonesia adalah Indonesia sedang mengembangkan hilirisasi industri,” jelas Menko Airlangga.
Lebih lanjut Menko Airlangga juga menjelaskan bahwa untuk industri manufaktur, Indonesia telah meluncurkan Indonesia 4.0. Indonesia juga telah berfokus dalam moineral kritis yang baru dua tahun lalu Amerika Serikat dan Eropa menyadari pentingnya mineral kritis tersebut. Menko Airlangga juga menjelaskan bahwa Indonesia memproduksi 50 juta ton CPO dan sedang mengembangkan biodiesel 35.
Menurut Menko Airlangga, kuatnya Thailand dalam memproduksi gula, termasuk gula mentah, di fase selanjutnya Thailand dapat membangun etanol yang dapat menjadi peluang kerja sama lain antara Indonesia dan Thailand.
“Kita perlu melakukan investasi yang meningkatkan swasembada energi di negara-negara ASEAN. Dan saya pikir itu penting untuk sektor ini. Jadi, menurut saya dalam dua isu tersebut, mengenai kelapa sawit dan karet alam, saya kira kita harus bekerja sama,” ungkap Menko Airlangga.
Selanjutnya terkait EV, Menko Airlangga mengatakan bahwa mineral kritis antara lain nikel, tembaga, kobalt, dan alumunium yang merupakan bahan baku energi baru terbarukan terdapat di Indonesia. Menko Airlangga dalam kesempatan tersebut menerangkan bahwa terdapat peluang kerja sama Indonesia dan Thailand dalam rantai pengembahan kendaraan listrik. Kemudian dari sektor digitalisasi, di bawah kepemimpinan Indonesia pada Keketuaan ASEAN 2023, telah diluncurkan perjanjian kerangka ekonomi digital (DEFA) yang salah satunya diharapkan dapat memudahkan dalam bertransaksi.
“Jadi dengan semangat ASEAN, kita ingin lebih mengintegrasikan antar manusia serta menjalin hubungan ekonomi antar negara-negara ASEAN. Untuk digitalisasi sendiri, dengan perjanjian kerangka ekonomi digital, ekonomi ASEAN bisa meningkat menjadi 2 triliun dolar (USD),” ungkap Menko Airlangga.
Dalam pertemuan tersebut Menko Airlangga juga menjelaskan lebih detail hal-hal lain yang ditanyakan oleh Delegasi Thailand, salah satunya terkait kebijakan yang mendukung UMKM. Menko Airlangga juga menjelaskan tentang dukungan Indonesia terhadap start-up yang tidak hanya melalui pendanaan tetapi juga pelatihan. Dalam pertemuan tersebut Indonesia dan Thailand terbuka atas potensi kerja sama yang bisa dijalin antar kedua negara.
“Di ASEAN, jika Indonesia dan Thailand bekerja sama, saya pikir banyak hal yang bisa kita capai untuk ASEAN kita,” pungkas Menko Airlangga.
Turut mendampingi Menko Airlangga dalam kesempatan tersebut antara lain Anggota DPR RI, Sekretaris Kemenko Perekonomian, Deputi Bidang Kerja Sama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian, Staf Ahli Bidang Konektivitas, Pengembangan Jasa, dan Sumber Daya Alam, serta Direktur PMO Kartu Prakerja. ***