Ekonomi
Ada Pengaruh China Bikin Rupiah Menguat, Perang Israel dan Iran Tekan IHSG Melemah

Seiring dengan penjualan ritel China yang melampaui perkiraan dan ketegangan akibat perang Israel dan Iran membuat rupiah menguat dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) melemah dalam penutupan perdagangan Senin (16/6/2025).
FAKTUAL INDONESIA: Pengaruh penjualan ritel China dan perang Israel melawan Iran mendorong nilai tukar (rupiah) menguat dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) melemah dalam penutupan perdagangan Senin (16/6/2025).
Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini di Jakarta menguat sebesar 39 poin atau 0,24 persen menjadi Rp16.265 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.304 per dolar AS.
Adapun Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin justru melemah ke level Rp16.296 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.293 per dolar AS.
Sementara itu IHSG ditutup melemah 48,48 poin atau 0,68 persen ke posisi 7.117,59. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 6,82 poin atau 0,85 persen ke posisi 794,99.
Sebenarnya IHSG dibuka menguat namun bergerak ke teritori negatif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG betah di zona merah hingga penutupan perdagangan saham.
Baca Juga : Rupiah dan IHSG BEI Ditutup Melemah Gara-gara Israel Serang Iran
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, empat sektor menguat yaitu dipimpin sektor energi yang naik sebesar 0,88 persen, diikuti oleh sektor infrastruktur dan sektor kesehatan yang masing-masing naik sebesar 0,68 persen dan 0,07 persen.
Sedangkan tujuh sektor terkoreksi yaitu paling dalam sektor barang konsumen non primer minus 1,38 persen, diikuti oleh sektor barang baku dan sektor transportasi & logistik yang masing-masing turun sebesar 1,17 persen dan 0,81 persen.
Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu MBSS, PDES, STRK, ENRG, dan BRRC. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni JECC, ASBI, JAWA, KOPI, dan KRYA.
Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.494.687 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 24,62 miliar lembar saham senilai Rp14,97 triliun. Sebanyak 232 saham naik, 388 saham menurun, dan 186 tidak bergerak nilainya.
Bursa saham regional Asia sore ini antara lain indeks Nikkei melemah 489,75 poin atau 1,29 persen ke 38.324,00, indeks Hang Seng menguat 168,43 poin atau 0,70 persen ke 24.060,48, indeks Shanghai menguat 11,73 poin atau 0,35 persen ke 3.388,78, dan indeks Strait Times melemah 1,93 poin atau 0,05 persen ke 3.909,11.
Baca Juga : Rupiah Menguat sedang IHSG BEI Ditutup Melemah di tengah Perundingan Perdagangan Amerika – China
Penjualan Ritel China
Seperti dilansir laman berita antaranews.com Pengamat mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menganggap penguatan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi pertumbuhan penjualan ritel China melampaui perkiraan.
“Pertumbuhan penjualan ritel China melampaui ekspektasi, menandakan ketahanan dalam belanja konsumen meskipun ketidakpastian ekonomi meningkat,” ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin.
Mengutip Xinhua, penjualan ritel barang konsumsi di China meningkat 6,4 persen year on year (yoy) pada Mei 2025. Total penjualan eceran barang konsumsi mencapai 4,13 triliun yuan atau sekitar 575,3 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
Sejak Januari-Mei, penjualan ritel barang konsumsi naik 5 persen yoy, meningkat dari pertumbuhan 4,7 persen dalam empat bulan pertama.
“Selain itu, data pemerintah yang dirilis pada hari Senin (16/6) menunjukkan produksi industri China tumbuh sedikit lebih rendah dari yang diharapkan pada bulan Mei, di tengah meningkatnya tekanan dari tarif perdagangan AS,” ungkap Ibrahim.
Data resmi menunjukkan bahwa output industri nilai tambah China meningkat 5,8 persen yoy pada Mei 2025, lebih rendah dari perkiraan 5,9 persen.
Sektor manufaktur mengalami peningkatan output bernilai tambah sebesar 6,2 persen yoy, dengan manufaktur peralatan dan manufaktur berteknologi tinggi masing-masing naik 9 persen dan 8,6 persen.
Baca Juga : Mantap, Nilai Tukar Rupiah dan IHSG BEI Sama-sama Ditutup Menguat Sebelum Libur
Tensi Geopolitik
Seiring pelaku pasar masih mencermati ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin sore ditutup melemah.
“Pasar mencermati rilis data ekonomi China, dan juga memantau meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah,” ujar Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus di Jakarta, Senin.
Pelaku pasar masih mencermati konflik yang meningkat antara Israel dan Iran, yang mana kedua negara saling serang selama tiga hari berturut-turut pada Minggu (15/06), dan kedua negara berjanji untuk terus membalas.
Baca Juga : Kali Ini, Kurs Rupiah dan IHSG BEI Kompak Ditutup Menguat
Serangan berkelanjutan selama akhir pekan menargetkan infrastruktur energi, yang memicu kenaikan lebih lanjut harga minyak dan menambah ketidakpastian pasar di tingkat global.
Lebih lanjut, Iran mengancam akan menutup Selat Hormuz, yang merupakan jalur penting untuk pengiriman minyak global.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan aliran dana masuk (capital inflow) sebesar Rp5,20 triliun sepanjang pekan kedua Juni 2025, atau meningkat tipis dibandingkan pekan pertama Juni 2025 yang tercatat Rp 5,19 triliun.
Capital inflow meningkatkan kepercayaan investor berinvestasi di pasar keuangan dalam negeri sehingga ini akan menjadi katalis positif terhadap kinerja indeks dan stabilitas pasar keuangan dalam negeri. ***