Connect with us

Lifestyle

Tradisi Tabuh Bedug ‘Dlugdag’ di Keraton Kasepuhan Cirebon

Avatar

Diterbitkan

pada

Tradisi tabuh bedug ‘Dlugdag’ di Kasepuhan Cirebon. (ist)

FAKTUAL-INDONESIA : Tradisi yang selalu digelar menjelang Ramadan di Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat adalah tradisi tabuh bedug atau “Dlugdag”. Tradisi ini sudah secara turun-temurun dilakukan sebagai bagian dari budaya Cirebon.

Digelarnya acara “Dlugdag” ini menjadi salah satu tanda masuk awal Ramadan, bagi masyarakat sekitar.

“Tradisi ini sudah kami laksanakan turun temurun, untuk memberitahukan bahwa sudah masuk awal Ramadan,” kata Patih Keraton Kasepuhan Cirebon Pangeran Raja Muhamad Nusantara di Cirebon, Rabu (23/3/2023).

Menurutnya tabuh bedug atau “dlugdag” di Keraton Kasepuhan Kota Cirebon, sudah menjadi tradisi turun temurun, terutama ketika masuk awal Ramadan, Idul Fitri, dan juga sahur.

Ia mengatakan dengan ditabuhnya bedug, menjadi salah satu tanda bahwa awal Ramadan sudah tiba, dan bedug yang ditabuh merupakan peninggalan Sunan Gunung Jati.

Advertisement

Tradisi tersebut juga dilakukan oleh Sunan Gunung Jati ketika menyebarkan agama Islam di daerah Cirebon, dan sekitarnya. Hal ini lantaran zaman dahulu bedug menjadi salah satu pertanda.

“Kami merawat tradisi ini agar terus terjaga, dan ini juga menjadi salah satu tanda bahwa besok sudah masuk awal Ramadan,” tuturnya.

Bedug pertama ditabuh oleh Patih Keraton Kasepuhan Pangeran Raja Muhamad Nusantara dengan beragam bunyi, kemudian dilanjutkan oleh para abdi dalam kurang lebih selama satu jam.

Pangeran Muhamad Nusantara menambahkan beduk yang ditabuh yaitu beduk Samogiri dan beduk ini sama dengan yang digunakan oleh Sunan Gunung Jati.

Suara bedug yang ditabuh berbeda dengan suara bedug ketika untuk menandakan datangnya waktu shalat, serta saat penanda Idul Fitri.

Advertisement

“Untuk menandakan Ramadan suaranya lebih keras, dan ditabuh kurang lebih selama satu jam,” katanya.***

Lanjutkan Membaca
Advertisement