Connect with us

Internasional

Parade Hari Kemenangan Rusia: Putin Berdampingan dengan Xi Jinping, Tegaskan Poros Timur

Gungdewan

Diterbitkan

pada

Parade Hari Kemenangan Rusia: Putin Berdampingan dengan Xi Jinping, Tegaskan Poros Timur

Presiden China Xi Jinping berdampingan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada parade militer upacara peringatan Hari Kemenangan di Lapangan Merah, Moskow, Jumat (9/5/2025)

FAKTUAL INDONESIA: Sebanyak 27 pemimpin dunia menghadiri peringatan Hari Kemenangan Rusia yang dirayakan dengan parade militer di Lapangan Merah, Moskow,  di tengah keamanan ketat untuk berjaga-jaga terhadap serangan Ukraina setelah tiga tahun perang yang menghancurkan, Jumat (9/5/2025).

Namun kehadiran Presiden China Xi Jinping tetap yang paling menonjol diantara para pemimpin dunia yang hadir.

Selain berdampingan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, penguasa Kremlin terlama menjabat sejak Josef Stalin, Xi Jinping yang mengenakan pita St George berwarna oranye dan hitam, yang dianggap Rusia sebagai simbol kejayaan militer tetapi telah dilarang oleh beberapa negara tetangga, tampil di tempat terhormat di tribun beratap di samping mausoleum Vladimir Lenin di Lapangan Merah.

Pemandangan itu mempertegas hubungan antara Rusia dan China yang menurut Televisi pemerintah Rusia, berada pada level tertinggi sepanjang masa, bersatu melawan poros “Barat kolektif”.

Tampilnya Jinping juga makin mempertegas Poros Rusia ke timur karena parade itu juga diikuti  oleh kontingen militer dari Korea Utara, Vietnam, dan Mongolia, meskipun Korea Utara tidak berbaris selama parade. Namun pada hari yang sama, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengunjungi kedutaan Rusia di Pyongyang untuk menyoroti meningkatnya hubungan negaranya dengan Moskow.

Advertisement

Ribuan warga Korea Utara telah bertempur melawan pasukan Ukraina di wilayah Kursk Rusia dan Putin menyempatkan diri untuk menyapa secara pribadi beberapa dari mereka di Lapangan Merah, sambil memeluk seorang perwira yang sangat dihormati.

Putin memimpin peringatan Hari Kemenangan Rusia dengan parade di Lapangan Merah dan meningkatkan keamanan setelah berhari-hari serangan Ukraina yang menargetkan ibu kota.

Sebelum pidato Putin dan mengheningkan cipta selama satu menit, komandan pasukan darat, Oleg Salyukov, memimpin 11.000 tentara ke Lapangan Merah, termasuk sekitar 1.500 yang pernah bertempur di Ukraina. Mereka kemudian diperiksa oleh Menteri Pertahanan Andrei Belousov.

Baca  Juga : Presiden Zelensky Tegaskan Krimea Milik Ukraina dan Tidak Mungkin Diserahkan pada Rusia

Jinping bergabung dengan Putin saat ia memberi tahu ribuan tentara dan lebih dari 20 pemimpin internasional bahwa Rusia mengingat pelajaran dari Perang Dunia Kedua.

Putin menggunakan pidatonya untuk menghubungkan perang dengan invasi besar-besaran ke Ukraina saat ini, dan mengatakan seluruh Rusia berada di belakang apa yang disebutnya “operasi militer khusus” – yang sekarang sudah memasuki tahun keempat.

Advertisement

Putin menegaskan bahwa Rusia “adalah dan akan menjadi penghalang yang tidak dapat dihancurkan terhadap Nazisme, Russophobia, dan antisemitisme”. Pemimpin Rusia tersebut telah berulang kali dan secara keliru menyebut kepemimpinan Ukraina sebagai Nazi.

“Kebenaran dan keadilan ada di pihak kita,” katanya, seraya menegaskan bahwa “seluruh negara, masyarakat, dan rakyat mendukung para peserta” perang Ukraina.

Putin mengatakan Rusia tidak akan pernah menerima upaya untuk meremehkan peran penting Uni Soviet dalam mengalahkan Nazi Jerman, tetapi Moskow juga mengakui peran sekutu Barat dalam mengalahkan Adolf Hitler.

“Uni Soviet menghadapi serangan musuh yang paling ganas dan tanpa ampun,” kata Putin. “Kita akan selalu ingat bahwa pembukaan Front Kedua di Eropa setelah pertempuran yang menentukan di wilayah Uni Soviet membawa kemenangan lebih dekat.”

“Kami sangat menghargai kontribusi para prajurit tentara Sekutu, para anggota perlawanan, rakyat Tiongkok yang pemberani, dan semua orang yang berjuang demi masa depan yang damai bagi perjuangan bersama kita.”

Advertisement

Berbagai perangkat keras militer Rusia turut serta dalam parade tersebut, termasuk sistem rudal Yars, tank, dan pengangkut personel lapis baja. Enam jet militer Su-25 kemudian terbang di atas Lapangan Merah untuk melengkapi parade tersebut.

Untuk pertama kalinya, sekelompok truk yang membawa berbagai drone tempur ikut serta dalam parade Hari Kemenangan, tampaknya karena penggunaannya yang luas di Ukraina.

Baca  Juga : Kremlin Menuduh Ukraina Dalang Bom Mobil yang Menewaskan Jenderal Senior Rusia

Memutarbalikan Sejarah

Bagi Putin, kehadiran Jinping pada Hari Kemenangan dipandang sebagai pencapaian yang signifikan, dan ia memuji “rakyat China yang pemberani” saat ia memberikan penghormatan kepada sekutu Rusia dalam Perang Dunia Kedua.

Meskipun pasukan China memainkan peran penting dalam pertempuran melawan Jepang, pemerintah Taiwan mengatakan Beijing dan Moskow telah memutarbalikkan sejarah. Taiwan mengatakan pasukan komunis China tidak memberikan “kontribusi substansial” dalam perang tersebut, tidak seperti pemerintah republik Tiongkok saat itu, yang kemudian melarikan diri ke Taiwan.

Advertisement

Putin dan Xi mengadakan dua putaran pembicaraan sebelum parade serta obrolan informal tentang perang di Ukraina, kata laporan China.

Tampak hadir dalam upacara peringatan kemenangan Rusia itu Luiz Inácio Lula da Silva dari Brazil dan Presiden Venezuela Nicolas Maduro termasuk di antara tamu yang berkumpul, bersama dengan Presiden Serbia Aleksandar Vucic dan Robert Fico, Perdana Menteri Slovakia, yang merupakan satu-satunya pemimpin Uni Eropa yang melakukan perjalanan ke Moskow.

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Kaja Kallas sebelumnya telah menegaskan bahwa para pemimpin negara anggota Uni Eropa dan negara-negara yang ingin bergabung dengan serikat tersebut tidak boleh ikut serta dalam acara tersebut karena perang Rusia di Ukraina. Serbia adalah negara kandidat anggota Uni Eropa dan Vucic mengatakan ia memperkirakan akan menghadapi konsekuensi karena keputusannya untuk ikut serta.

Gencatan senjata sepihak selama tiga hari diumumkan oleh Rusia bertepatan dengan acara peringatan 80 tahun yang mewah, yang ditolak Ukraina sebagai “pertunjukan teatrikal”.

Kiev telah menyebut gencatan senjata itu sebagai lelucon, menuduh Rusia melancarkan ribuan serangan sejak gencatan senjata itu mulai berlaku pada tengah malam hari Rabu. Rusia mengatakan telah mematuhi gencatan senjata dan menuduh Ukraina melakukan ratusan pelanggaran.

Advertisement

Baca  Juga : Zelensky: Kata-kata Rusia Tidak Bisa Dipercaya, Tetap Gempur Ukraina meski Umumkan Gencatan Senjata Paskah

Gencatan Senjata

Beberapa jam sebelum gencatan senjata, serangan pesawat tak berawak Ukraina menyebabkan penutupan bandara dan gangguan bagi ribuan penumpang udara di Rusia.

Keamanan ketat dan pembatasan diberlakukan di pusat kota Moskow pada hari Jumat saat Rusia memperingati kemenangan Uni Soviet atas Nazi Jerman.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebelumnya telah memperingatkan bahwa ia tidak dapat menjamin keselamatan siapa pun yang menghadiri acara tersebut dan telah mendesak para kepala negara untuk tidak melakukan perjalanan ke Moskow.

Mykhailo Samus, seorang analis militer Ukraina dan direktur Jaringan Penelitian Geopolitik Baru, mengatakan kepada BBC bahwa dia yakin Ukraina akan mengurungkan niatnya untuk menyerang parade tersebut, sebagian besar karena kehadiran para pemimpin asing.

Advertisement

Namun jika Ukraina memilih untuk melakukannya, itu akan menjadi target militer yang sah, kata Samus.

Dalam pidato malamnya pada hari Kamis, Zelensky mengatakan bahwa Ukraina “siap untuk gencatan senjata penuh yang dimulai sekarang juga”.

“Namun, itu harus nyata,” katanya dalam sebuah video di X. “Tidak ada serangan rudal atau pesawat tanpa awak, tidak ada ratusan serangan di garis depan.”

Baca  Juga : Astronot dan Kosmonot Mengudara Bersama Menuju Stasiun Luar Angkasa, Contoh Baru Hubungan Abadi Amerika – Rusia

Ia meminta Rusia untuk mendukung gencatan senjata dan “membuktikan kesediaan mereka untuk mengakhiri perang”.

Ukraina telah menuduh Rusia melanggar gencatan senjatanya sendiri ribuan kali sejak gencatan senjata tersebut seharusnya mulai berlaku pada Rabu malam.

Advertisement

Pada hari kedua gencatan senjata, Ukraina mengatakan telah terjadi hampir 200 bentrokan di sepanjang garis depan, delapan belas serangan udara Rusia, dan hampir empat ribu kejadian penembakan oleh pasukan Rusia.

Di Prymorske, sebuah desa di wilayah Zaporizhzhia, seorang wanita dilaporkan tewas setelah pesawat tak berawak Rusia menyerang mobilnya.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa semua kelompok pasukan Rusia di Ukraina “sepenuhnya menghentikan operasi tempur dan tetap berada di garis dan posisi yang diduduki sebelumnya”. Namun, mereka bereaksi dengan “cara yang sama” terhadap pelanggaran oleh pasukan Ukraina.

Zelensky telah berulang kali menolak usulan Putin sebagai “permainan” dan menyerukan gencatan senjata yang lebih lama, setidaknya 30 hari, sesuatu yang didukung oleh sekutu Ukraina di Eropa dan AS.

Ia mengatakan telah berbicara dengan Presiden AS Donald Trump untuk menegaskan kembali kesiapannya untuk “perdamaian yang panjang dan langgeng” dan perundingan “dalam format apa pun”. Ia mengatakan telah memberi tahu Trump bahwa gencatan senjata selama 30 hari merupakan “indikator nyata” dari gerakan menuju perdamaian.

Advertisement

Menulis di platform media sosialnya Truth Social pada hari Kamis, presiden AS menegaskan kembali seruan untuk gencatan senjata tanpa syarat dan memperingatkan sanksi lebih lanjut bagi pihak mana pun yang gagal menandatanganinya. ***

Lanjutkan Membaca
Advertisement