Nasional
Bencana Banjir: 3 Anak Meninggal di NTB, Gorontalo Terendam Air, Korban di Makassar 2.293 Jiwa

Tim SAR gabungan mencari seorang siswa SD yang hilang tenggelam di sungai Banjar Kemuning, Kecamatan Selong, Kabupaten Lombok Timur, NTB, Senin (13/2/2023) sedangkan banjir merendam wilayah barat Kabupaten Gorontalo Utara, seperti yang melanda Kecamatan Biau sejak Selasa sore pukul 17.20 WITA. (Ant)
FAKTUAL-INDONESIA: Banjir masih melanda beberapa wilayah Indonesia mulai dari Nusa Tenggara Barat (NTB), Gorontalo dan Makassar.
Bahkan di NTB, banjir yang melanda empat kabupaten mengakibatkan tiga anak meninggal dunia.
Di Gorontalo warga korban banjir, mengungsi ke tempat aman, mengingat curah hujan masih tinggi.
Dari Kota Makassar, data terbaru jumlah korban terdampak banjir tercatat sebanyak 2.293 jiwa.
Dari laporan media antaranews.com, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Barat mencatat tiga anak meninggal dunia akibat banjir yang melanda empat kabupaten pada Minggu (12/2) dan Senin (13/2) hingga Selasa.
Kepala Pelaksana BPBD NTB Ruslan Abdul Gani, dalam keterangan resmi di Mataram, Selasa, menyebutkan dua orang anak masing-masing berusia empat dan delapan tahun meninggal dunia akibat banjir di Kabupaten Lombok Timur pada Minggu (12/2), dan satu orang anak berusia delapan tahun meninggal dunia akibat banjir di Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat pada Senin (13/2).
“Satu orang korban berusia delapan tahun atas nama Faisal Mursyid Anwar, warga Kecamatan Selong, Kabupaten Lombok Timur, masih dalam pencarian hingga saat ini. Korban tenggelam ke sungai,” katanya.
Ia mengatakan selain di Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Timur, banjir juga melanda Kabupaten Dompu, dan Sumbawa Barat sejak Senin (12/2). Kondisi air masih menggenangi sejumlah wilayah di Kabupaten Sumbawa Barat hingga Selasa.
Banjir di empat kabupaten tersebut terjadi akibat cuaca ekstrem berupa hujan lebat yang terjadi hampir di semua wilayah di NTB.
Ruslan menyebutkan jumlah warga terdampak banjir yang di Kabupaten Lombok Barat sebanyak 1.275 KK atau 2.400 jiwa. Sementara di Kabupaten Sumbawa Barat sebanyak 2.952 KK atau 11.808 jiwa, dan di Kabupaten Dompu sebanyak 1.162 KK atau 4.648 jiwa.
“Adapun rumah yang rusak sebanyak tujuh unit, terdiri atas enam rumah rusak sedang dan satu rumah rusak ringan. Kalau fasilitas yang rusak masih dalam proses pendataan,” ujarnya.
Menurut Ruslan, kondisi banjir di Kabupaten Lombok Timur, Lombok Barat, dan Dompu sudah kondusif. Sedangkan di Kabupaten Sumbawa Barat, banjir masih menggenangi rumah warga hingga saat ini.
Pemerintah Provinsi NTB sudah menyalurkan bantuan logistik dan personel ke kabupaten/kota yang terdampak banjir. Khusus di Kabupaten Sumbawa Barat, sudah disalurkan bantuan beras
Terendam Banjir
Warga korban banjir di Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, mengungsi ke tempat aman, mengingat curah hujan masih tinggi.
“Sebagian besar warga memilih mengungsi. Saya dan keluarga pun sudah mengungsi sejak pukul 19.00 WITA,” kata Utun J. Hanapi, warga Dusun Mootilango, Desa Bualo, Kecamatan Biau.
Ia membawa keluarganya mengungsi ke Dusun Moopunu, satu-satunya dusun di desa itu, yang tidak dilanda banjir sejak Selasa sore (14/2) pukul 17.20 WITA.
“Saya menggendong bayi kami berusia 3 bulan. Meski kondisi curah hujan tinggi, mengungsi adalah pilihan terbaik,” katanya.
Warga terdampak banjir, kata dia, sangat memerlukan bantuan alas tidur, selimut, makanan siap saji dan air bersih.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gorontalo Utara, Rully Tanaiyo, mengatakan, pihaknya terus berkoordinasi dengan pemerintah desa di wilayah terdampak banjir dalam upaya pendataan warga terdampak.
Personel BPBD bersama Taruna Siaga Bencana (Tagana) yang berada di desa terdekat terdampak banjir, juga turut membantu evakuasi warga yang mengungsi.
“Kami meminta warga agar segera mengungsi ke tempat aman mengingat curah hujan tinggi masih terjadi. Namun, masih ada pula warga yang enggan mengungsi. Ini cukup disesalkan,” katanya.
Data sementara, wilayah terdampak banjir di bagian barat kabupaten tersebut, adalah Dusun Tonala dan Dusun Mata Putih, Desa Mebongo, Kecamatan Sumalata.
Serta Dusun Bindengi, Dusun Olibolu Desa Omuto dan Dusun Motilango, Dusun Motabi di Desa Bualo, Kecamatan Biau, dengan ketinggian air mencapai lutut orang dewasa dan berarus deras.
Pendataan sementara dilakukan pemerintah desa, untuk percepatan penanggulangan khususnya penyaluran bantuan yang diperlukan warga terdampak.
“Kita berdoa, agar banjir tidak meluas ke wilayah rawan lainnya. Serta hujan segera redah. Sebab wilayah ini diguyur hujan dengan curah tinggi sejak Selasa siang,” ucapnya.*
Wilayah barat Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, terendam banjir pada Selasa sore (14/2), sejak pukul 17.20 WITA.
“Banjir merendam beberapa desa di Kecamatan Sumalata dan Biau, wilayah barat kabupaten ini,” kata Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gorontalo Utara, Rully Tanaiyo, di Gorontalo, Selasa.
Data sementara yang diterima pihaknya, banjir setinggi lutut orang dewasa merendam Dusun Tonala dan Dusun Mata Putih, Desa Mebongo, Kecamatan Sumalata, Dusun Bindengi, Dusun Olibolu Desa Omuto dan Dusun Motilango, Dusun Motabi di Desa Bualo, Kecamatan Biau.
Informasi dari pemerintah desa di masing-masing wilayah, banjir mulai merendam jalan lintas Sulawesi dan jalan desa, serta pemukiman sejak sore.
Kondisi tersebut dipicu curah hujan tinggi yang terjadi sepanjang hari di wilayah tersebut.
Korban Capai 2.293 Jiwa
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kembali melansir data terbaru jumlah korban terdampak banjir di Makassar, Sulawesi Selatan.
“Data penyintas per 14 Februari tercatat sebanyak 2.293 jiwa dengan 681 Kepala Keluarga tersebar di 28 titik pengungsian pada 14 kelurahan di empat kecamatan,” kata Kepala Pelaksana BPBD Makassar, Achmad Hendra Hakamuddin, Selasa.
Menurut dia, jumlah korban terdampak banjir tersebut terus menurun seiring titik genangan air mulai surut di sejumlah lokasi banjir sejak kejadian kemarin. Para pengungsi sebagian sudah kembali ke rumahnya.
Dari data per 13 Februari, sebanyak 37 titik pengungsian pada delapan kecamatan tersebar di 45 kelurahan, namun kini tersisa 28 titik pengungsian pada empat kecamatan di 14 kelurahan dari total 15 kecamatan dan 153 kelurahan yang ada di Kota Makassar.
Lokasi yang masih terdampak banjir di Kelurahan Manggala, Batua, Borong, Kecamatan Manggala. Kelurahan Katimbang, Paccerakkang dan Sudiang di Kecamatan Biringkanaya.
Selanjutnya, Kelurahan Maccini Sombala, Jongaya Pabaeng-baeng di Kecamatan Tamalate dan di Kelurahan Rappocini, Banta-bantaeng, Karunrung dan Ballaparang, Kecamatan Rappocini.
Saat ini BPBD Makassar terus bergerak melaksanakan pemantauan lokasi titik genangan serta pendataan (update) jumlah masyarakat yang mengungsi. Evakuasi warga dengan perahu karet dan polithelyn termasuk melakukan pendampingan warga di lokasi pengungsian.
Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto saat mengunjungi pengungsi sekaligus menyalurkan bantuan di Masjid Al Abrar, Alauddin, Kelurahan Pabaeng-baeng, meminta warga tetap waspada dan tidak lengah karena peringatan cuaca dari BMKG hujan lebat masih akan turun dini hari hingga pagi hari.
“Kita ada dokter spesialis ikut turun juga menangani korban-korban. Ketersediaan obat juga kita penuhi. Untuk penanganan di pesisir kita juga standby. Kita dapat kabar di pulau-pulau masih relatif aman,” katanya.
Pria disapa akrab Danny Pomanto kembali menekankan kepada warga agar waspada cuaca buruk yang diprediksi hingga 16 Februari 2023 sebab, ini berbeda dengan hujan lebat yang sebelumnya terjadi.
Lurah Pabaeng-Baeng, Yudi Handoyo menyebutkan, sebanyak 286 rumah terdampak dengan 560 jiwa dengan 250 Kepala Keluarga. Rinciannya, 340 orang laki-laki, 220 orang perempuan, 92 lansia, dan balita 10 orang serta delapan ibu hamil.***