Internasional
Foto Telanjangnya Beredar, PM Finlandia Menangis Minta Maaf
FAKTUAL-INDONESIA : Usai video pesta telanjangnya beredar di media sosial, PM Finlandia, Sanna Marin menangis memberikan pembelaannya.
Ia menyebut bahwa ia hanyalah manusia biasa yang juga butuh kesenangan dan kebahagiaan. Tapi ia tidak pernah menelantarkan pekerjaannya.
“Saya manusia. Dan saya juga terkadang merindukan kegembiraan, kenyamanan dan kesenangan di tengah suasana gelap,” kata Sanna Marin sambil menahan air mata di acara Partai Sosial Demokrat (SDP) seperti dilansir AFP, Kamis (25/8/2022).
“Ini pribadi, kegembiraan, dan kehidupan,” katanya. “Tapi aku tidak melewatkan satu hari pun kerja.”
Marin mengatakan minggu lalu merupakan pekan yang cukup sulit bagi dirinya.
“Saya ingin percaya bahwa orang akan melihat apa yang kita lakukan di tempat kerja daripada apa yang kita lakukan di waktu luang kita,” katanya.
Sebelumnya, sebuah video berisi Sanna Marin bocor minggu lalu, video menunjukkan Marin menari dan berpesta dengan sekelompok teman dan selebritas.
Tarian Sanna Marin dalam video telah dikritik oleh beberapa orang sebagai perilaku yang tidak pantas untuk seorang perdana menteri, sementara yang lain membela haknya untuk menikmati acara pribadi dengan teman-teman.
Beberapa juga menafsirkan komentar yang terdengar di video itu merujuk pada penggunaan narkotika, sesuatu yang sangat diperdebatkan di media sosial dan dibantah keras oleh Sanna Marin. Dia pun telah melakukan tes narkoba pada 20 Agustus lalu dan hasilnya negatif.
Pada Selasa (23/8/2022), Marin dipaksa untuk meminta maaf atas foto yang diambil di kediamannya pada bulan Juli yang menunjukkan dua wanita berciuman, mengangkat pakaian atas mereka untuk telanjang dada dan menutupi payudara mereka dengan tulisan ‘Finlandia’.
Foto itu pertama kali dipublikasikan di akun TikTok oleh mantan kontestan Miss Finlandia dan influencer media sosial, yang muncul di foto.
Partai Marin mendukungnya atas kontroversi video tersebut, tetapi media lokal melaporkan gambar baru minggu ini telah menyebabkan meningkatnya kritik di dalam Partai Sosial Demokrat.***