Teknologi
Namanya Tak pernah Terdengar Lagi, Ini Dia Pendiri WhatsApp
FAKTUAL-INDONESIA : Aplikasi WhatsApp yang kini banyak digunakan orang baik untuk bekerja ataupun berkomunikasi dengan teman-teman, tercipta pada 2009. Saat itu langsung menggantikan posisi Blackberry Messanger atau BBM. Tahukah kamu siapa penciptanya?
WhatsApp dicitapkan oleh dua mantan pegawai Yahoo, Jan Koum dan Brian Acton. Ke mana mereka sekarang? Koum sudah lama tidak tampil di hadapan publik. Sementara Brian Acton sibuk membesarkan Signal, pesaing WhatsApp.
Beberapa waktu silam, Acton juga pernah menyebut WhatsApp baginya sudah menjadi kenangan.
“Saya orang tua dan di titik tertentu, anak Anda tumbuh dewasa dan pergi keluar, dan mereka melakukan hal-hal yang Anda suka dan juga hal-hal yang tak Anda suka. Anda harus menerimanya. Saya kira begitulah posisi saya dengan WhatsApp,” kata Acton dalam wawancara dengan Forbes.
“Itu adalah pengalaman indah bersama WhatsApp. Tapi saya telah move on dalam hidup saya dan bagi saya, Signal bukan hanya passion melainkan pekerjaan full time,” lanjut dia.
Bagaimana dengan Koum? ia mengikuti jejak Acton keluar dari Facebook di tahun 2018.
“Aku mengambil waktu istirahat untuk melakukan hal-hal yang aku senangi di luar teknologi, misalnya mengkoleksi Porsche langka, mengutak atik mobil dan bermain frisbee. Dan aku masih akan bergembira untuk WhatsApp, dari sisi luar,” begitu pesan dia saat memutuskan pensiun.
Semenjak pensiun itu, Koum seakan mengasingkan diri dan sangat jarang berbicara kepada media. Sosoknya pun sudah jarang terekam kamera, hanya beberapa berita mengenai aktivitasnya muncul, terutama dalam hal membeli rumah atau mobil mewah.
Misalnya di 2020, Jan Koum saja membeli rumah super mewah seharga USD 125 juta atau di kisaran Rp 1,8 triliun secara tunai. Rumah itu berlokasi di kawasan elit Beverly Hills, Los Angeles.
Rumah mewah Koum diketahui bertebaran di mana-mana. Tempat tinggal utamanya adalah di Atherton di Silicon Valley, di mana harga rumahnya di sana hampir USD 100 juta.
Jan Koum diketahui belum berkiprah mendirikan atau bekerja di perusahaan teknologi manapun. Tapi apapun, dia sudah bisa menikmati banyak kesenangan dari hasil kerja kerasnya selama ini. Saatnya memikirkan hidup yang indah tanpa harus memikirkan pekerjaan.
Sebab, Jan Koum terlahir dari keluarga yang bisa disebut kekurangan. Namun dia dengan susah payah, bekerja keras untuk menbantu keuangan keluarganya setelah ayahnya meninggal, ia berhasil menggapai impiannya menjadi programer.
Bahkan ia pernah bekerja sebagai cleaning service disela-sela kuliahnya di San Jose, Amerika.***