Politik
PDIP Diprediksi Bakal Kalah di Pilres 2024 Jika Tidak Berkoalisi, Mengapa?

PDIP merupakan satu-satunya partai yang bisa mengusung capres-cawapres di Pilpres 2024. (ist)
FAKTUAL-INDONESIA : Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) adalah satu-satunya partai yang bisa mengusung pasangan capres-cawapres di Pilpres 2024 tanpa koalisi. Namun meski demikian, berdasar studi lembaga riset Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu bisa kalah di Pilpres jika tidak berkoalisi.
Berdasarkan studi elektabilitas calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) koalisi Pilpres 2024 yang dilakukan SMRC, capres-cawapres PDIP bisa kalah di pertarungan jika partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu tidak berkoalisi.
Studi ini menggunakan simulasi tertutup dengan asumsi empat pasangan dari koalisi yang sementara ini terbentuk, yakni Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya ( PKB dan Gerindra), Koalisi Perubahan (NasDem, Demokrat, PKS), PDIP tanpa koalisi, dan Koalisi Indonesia Bersatu/KIB (Golkar, PPP, PAN).
“Pertama adalah Prabowo Subianto sudah banyak didiskusikan. Ada upaya Gerindra berkoalisi dengan PKB untuk mengusung pasangan Prabowo dengan Muhaimin Iskandar. Kedua, Anies Baswedan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) . Ketiga, Ganjar berpasangan dengan Puan. Keempat, Airlangga Hartarto akan mencari calon, misalnya Erick Thohir sebagai orang yang juga melakukan sosialisasi untuk calon presiden maupun calon wakil presiden,” kata Saiful Mujani melalui keterangan tertulis, Jumat (10/2/2023).
Studi ini dilakukan pada Desember 2022 lalu. Pertanyaan yang diajukan: Bila pemilihan pasangan Presiden-Wakil Presiden diadakan sekarang ini, siapa yang akan Ibu/Bapak pilih sebagai pasangan Presiden-Wakil Presiden di antara pasangan berikut?
Berikut hasilnya?
● Prabowo Subianto-Muhaimin Iskandar: 29,7 persen
● Anies Baswedan-Agus Harimurti Yudhoyono: 28,8 persen
● Ganjar Pranowo-Puan Maharani: 21,6 persen
● Airlangga Hartarto-Erick Thohir: 4,9 persen
● Tidak tahu/tidak jawab: 15 persen
“Ganjar cukup kompetitif jika dipasangkan dengan calon selain Puan. Tapi, ketika dipasangkan dengan Puan, posisi Ganjar di bawah dua nama yang selama ini kompetitif dengan dia, yaitu Prabowo dan Anies,” tutur Saiful Mujani.
Saiful Mujani mengatakan kekalahan berpotensi dialami PDIP jika menduetkan Ganjar dengan Puan. Menurutnya, jika PDIP tidak berkoalisi dengan partai lain dan tokoh lain, maka partai berlambang kepala banteng moncong putih itu bisa tersingkir.
“Kalau PDIP tidak berkoalisi dengan partai lain dan tidak mengajak tokoh lain, PDIP akan tersingkir, walaupun Ganjar diposisikan sebagai calon presiden,” kata dia.
Hasil serupa juga dihasilkan jika Ganjar menjadi cawapres Puan. Menurut, Saiful Mujani, suara pasangan Puan-Ganjar bahkan terjun bebas dari simulasi sebelumnya.
“Hasilnya Prabowo-Muhaimin mendapatkan suara 35,4 persen, Anies-AHY 31,2 persen, Puan-Ganjar 9,8 persen, Airlangga-Erick 6 persen, dan masih ada 17,7 persen yang belum menjawab,” papar Saiful Mujani.
“Kalau sama-sama kader dari partai yang sama itu kemungkinan akan ditinggalkan oleh pemilih dan menjadi tidak kompetitif dalam pilpres. Pesan dari pemilih secara umum adalah bahwa PDIP tidak bisa sendiri untuk memenangkan pilpres. Pengalaman selama ini memang demikian, harus dengan cara koalisi,” kata Guru Besar Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta tersebut.
Hingga kini, PDIP juga belum mengumumkan siapa nama capres dan cawapres yang bakal diusung di Pilpres 2024 mendatang.***