Connect with us

Opini

Menari Di Atas Penderitaan Korban Semeru

Gungdewan

Diterbitkan

pada

Oleh: Gungde Ariwangsa SH

FAKTUAL-INDONESIA: Letusan Gunung Semeru di Jawa Timur bukan hanya menghadirkan kisah sedih, duka dan derita. Di sana ternyata juga ada kesenangan dan kejahatan memanfaatkan kekalutan situasi. Ulah dari orang-orang yang tega menari di atas penderitaan orang lain untuk kepuasan dan keuntungan pribadi maupun kelompok saat bencana terjadi.

Viral di media sosial bagaimana maraknya warga yang melakukan swafoto atau selfie di kawasan erupsi Gunung Semeru. Setelah itu beredar juga kabar  aksi pencurian dan penjarahan yang dilakukan orang tak bertanggung jawab terhadap rumah dan toko milik warga yang terdampak bencana. Dari sini juga memunculkan viral ketika pencuri dan penjarah itu dihakimi warga sebelum kemudian diserahkan kepada pihak keamanan.

Keluhan pun muncul terkait selfie di kawasan erupsi Gunung Semeru tersebut. “Pelecehan seksual, menghamili terus gak tanggung jawab, selfie di area yang terdampak erupsi gunung Semeru. Plissss atuh lahh kalian pada kenapa hey? Munculin rasa kemanusiaan sedikit lah, minimal saling respect ke sesama manusia. Setan juga kayaknya gak gini-gini amat,” tulis keluhan seorang warganet.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa pun ikut angkat bicara. Khofifah mengingatkan warga agar tak mendekat ke arah zona merah di Gunung Semeru apalagi jika hal tersebut dilakukan hanya untuk melakukan swafoto atau selfie. “Ini lokasi bencana bukan lokasi wisata,” kata Khofiah, dikutip dari pemberitaan Kompas.com, Rabu (8/12/2021).

Advertisement

Pihaknya mengingatkan agar masyarakat tak mementingkan eksistensi di media sosial apalagi sampai mengabaikan keselamatan diri.

Masalah aksi selfie di tengah bencana itu memang masih bisa diperdebatkan. Terutama tentang empati seseorang terhadap penderitaan orang lain. Namun bisa juga tetap ditanggapi posisitif. Sepanjang tidak menggangu maka gaya selfie itu bisa juga akan ikut membantu para warga yang terkena bencana dan nantinya mengangkat daerah itu sebagai destinasi wisata.

Yang tidak dapat dimaafkan tentunya aksi pencurian dan penjarahan. Pelakunya harus ditangkap dan diserahkan kepada pihak keamanan untuk diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Dalam video yang viral terlihat prajurit menginterogasi pelaku setelah mengamankan pelaku dari amukan massa. Pelaku yang panik dan ketakutan itu pun mengakui perbuatannya.

Aksi pelaku terungkap ketika warga curiga dengan kehadiran pelaku. Pasalnya, warga kerap melihat laki-laki yang ternyata bernama Wandi, warga asal Desa Jarit, Kecamatan Candipuro  itu masuk ke rumah-rumah warga yang kosong.

Advertisement

Melihat pelaku mendatangi rumah-rumah kosong, warga pun curiga. Terlebih, pelaku bukan warga asli Dusun Kamar Kanjang.Warga pun melaporkan kejadian itu kepada prajurit Yonzipur 10/JK/2 Kostrad yang sedang bertugas.

Saat beraksi, pelaku pun ketahuan warga dan diteriaki maling sampai akhirnya pelaku melarikan diri menggunakan sepeda motor. Prajurit itu berhasil mengejar dan menangkap pelaku. Kemudian, menyerahkan pencuri rumah korban erupsi Gunung Semeru ke polisi.

Setelah banyaknya laporan warga mengaku menjadi korban penjarahan, kini semua lokasi desa terdampak bencana dilakukan penjagaan ketat. Warga dan anggota gabungan dilibatkan di posko penjagaan untuk memastikan hanya korban dan Tim SAR saja yang bisa masuk kawasan terdampak erupsi Gunung Semeru.

Pelaku pencurian atau penjarahan memanfaatkan kondisi rumah warga yang kosong. Seperti toko kelontong milik salah satu warga ini yang habis dijarah orang. Tak tanggung-tanggung, barang seperti rokok hingga BBM pun hilang dicuri.

Kondisi ini membuat warga merasa perlu berbondong-bondong untuk mengevakuasi harta bendanya. Sampai-sampai, tak sedikit warga yang rela menerjang banjir lahar dingin untuk mengambil berkas-berkas penting atau sekadar perabot.

Advertisement

Itu yang terlihat dengan mata. Banyak kelakuan orang-orang yang tidak bertanggung dengan memanfaatkan penderitaan orang lain yang tengah dilanda kesusahan dan bencana. Tidak sedikit itu dilakukan oleh oknum pemerintahan sehingga memunculkan terjadinya kasus korupsi di saat atau di tengah bencana.

Kasus pencurian dan penjarahan saja sudah berbahaya tentu kasus korupsi ini lebih berbahaya lagi. Selain mencuri uang negara dalam jumlah yang tidak sedikit juga akan menuntut korban yang lebih luas dan besar lagi. Bukan satu, dua rumah atau satu desa namun bisa merugikan seluruh rakyat dan negara.

Tercatat sudah ada korupsi dana bencana seperti Korupsi Proyek Penyediaan Air di Daerah Bencana di daerah Donggala, Palu, Sulawesi Tengah yang saat itu baru saja terkena bencana tsunami,  korupsi pengadaan reagen dan consumable untuk penanganan virus flu burung, dan yang hangat dan terbesar tentunya korupsi terkait Dana Bansos Pandemi Covid-19 yang melibatkan Menteri Sosial Juliari Peter Batubara.

Melihat banyak orang yang masih tega menari di atas penderitaan orang lain terutama saat terjadi benacana maka pengamanan di daerah bencana perlu dilakukan dengan ketat. Kemudian untuk menghindari penyelewengan dana bantuan bencana harus ada pengawasan ketat tentang alur penggunaan keuangan itu. Jika masih terjadi juga kebocoran maka usulan untuk menghukum mati koruptor tidak perlu lagi hanya sekadar wacana. ***

  • Gungde Ariwangsa – Wartawan pemegang sertifikasi Kartu UKW Utama, Ketua Siwo PWI Pusat. 

Advertisement
Lanjutkan Membaca