Nusantara
Kasus HIV/AIDS di Solo Meningkat Signifikan, KPA Sayangkan ODHA Enggan Berobat
FAKTUAL-INDONESIA: Kasus HIV/AIDS di Kota Solo mengalami peningkatan signifikan. Saat ini jumlah penderita HIV/AIDS di Kota Solo mencapai 962 orang atau naik dari sebelum bulan Oktober sebanyak 851 orang.
Data tersebut merupakan data dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Solo berdasarkan data penderita orang dalam HIV AIDS (ODHA) yang melakukan pengobatan di sejumlah fasilitas kesehatan di Kota Solo.
“Kasus naik secara signifikan dari tahun ke tahun di Subosukowonosraten (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar, Kalten, dan Sragen) mereka yang berobat di kota Solo tercatat 4.546, dan kalau Solo sendiri 962,” jelas Sekretaris KPA Kota Solo Widdi Srihanto di Yayasan Lentera Solo, Rabu (1/12/2021).
Tetapi pihaknya menyayangkan masih banyak ODHA yang enggan berobat atau melanjutkan pengobatan. Sehingga pihaknya kesulitan mendata secara pasti jumlah penderita ODHA di Kota Solo.
“Kadang yang menjadi masalah mereka yang berobat tidak mau melanjutkan pengobatan. Dicari juga tidak ketemu, loss follow up. Na ini tugas kami dan teman-teman peduli AIDS yang sudah dibentuk di tingkat kota dan 54 kelurahan untuk ikut mendeteksi,” jelasnya lagi.
Pemerintah Kota Solo sendiri telah memberikan layanan pengobatan gratis kepada para penderita ODHA di fasilitas kesehatan. Namun, program tersebut nampaknya belum mencakup semua penderita ODHA.
Widdi mengatakan stigma negatif dari masyarakat terhadap para penderita ODHA ini menjadi pengaruh besar sikap terbuka para pendiri, tak jarang banyak dari mereka memiliki untuk tidak berobat lantaran malu dan takut dikucilkan.
“Itu menjadi tugas KPA, begitu penderita AIDS dan kasihan orang mendekat pun gak mau. Mereka takut tertular selain orang tua juga pada anak-anak juga. Padahal cara menularnya itu berbeda,” katanya.
Untuk itu, sosialisasi terus dilakukan keoada masyarakat agar jangan terjadi diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS.
Sementara itu Ketua Yayasan Lentera Solo, Puger Mulyono mengatakan di yayasan yang merawat anak-anak dengan HIV/AIDS (ADHA) itu terdapat 37 anak yang berasal dari sejumlah daerah di Indonesia.
“Yang terjadi saat ini sebagian besar masyarakat masih menganggap berbahaya karena HIV/AIDS menularkan. Masyarakat harus paham,” katanya.
Puger mengatakan selain merawat 37 anak, Yayasan Lentera juga melakukan pendampingan dan memberikan bantuan dalam edukasi advokasi ke hampir 300 anak dikuar shelter se-Jateng.
“Sebanyak 37 anak berasal dari seluruh kota di Indonesia mulai Papua, Sulawesi Kalimantan dan Jawa,” ujarnya.
ADHA yang tinggal di shelter Yayasan Lentera berusia tujuh bulan hingga 17 tahun. Pihak yayasan ke depan akan membuat program bagi anak ADHA yang berusia 18 tahun. Sehingga ke depan bisa mandiri dan menvati nafkah sendiri setelah mereka keluar dari shelter. ***