Nasional
Susi Pudjiastuti Bantah Pilot Philip Bagian OPM, Penyanderaan Hilangkan Pemenuhan Hak-hak Dasar Masyarakat Papua
FAKTUAL-INDONESIA: Susi Pudjiastuti, mantan menteri Kelautan dan Perikanan yang pendiri sekaligus pemilik maskapai penerbangan Susi Air, mengenal pribadi dan istri pilot Susi Air berkebangsaan Selandia Baru Philip Mark Mehrtens yang kini disandera kelompok criminal bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya.
Karena itu Susi Pudjiastuti menepis rumor Philip Mark Mehrtens merupakan bagian dari Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Saat konferensi pers di SA Residence, Jakarta Timur, Rabu, Susi juga menyatakan, tindakan penyanderaan terhadap pilot Susi Air membuat masyarakat Papua kehilangan pemenuhan hak-hak dasarnya.
“Itu sangat tidak benar, yang mengatakan Philip bersama dengan OPM atau apa, itu tidak,” kata Susi.
Dalam pantuan media diantaranya antaranews.com melaporkan, Susi mengenal baik sosok Philip sejak lama. Dia pun menganggap Philip adalah salah satu pilot terbaik yang dimiliki Susi Air. Philip sebelumnya pernah bekerja di Susi Air pada tahun 2012.
Philip kemudian mengundurkan diri dari Susi Air pada 2015 dan berpindah ke maskapai lain. Hingga, akhirnya Philip kembali bergabung dengan Susi Air pada masa pandemi COVID-19.
“Saya kenal pribadi dengan keluarga istrinya, Phil kerja sama saya dari tahun, hampir 10 tahun, kan dia bekerja dari tahun 2012 sampai dengan 2015, kemudian keluar, kemudian kembali tahun 2020,” jelasnya.
Susi juga menyebut kedekatan antara dirinya dengan Philip terjalin karena ia mengenal istri Philip yang pernah bekerja di perusahaan perikanan miliknya.
“Dia menikah dengan orang Pangandaran. Dulu itu, istrinya juga bekerja di perusahaan perikanan saya, zaman berapa puluh tahun yang lalu. Jadi, (kami) sangat dekat dan anaknya sangat baik,” tuturnya.
Susi mengatakan hingga kini dirinya mendapatkan informasi terkait keberadaan Philip dari berita resmi yang diberikan Pemerintah melalui TNI dan Polri, karena susahnya medan dan keterbatasan jalur komunikasi di wilayah Papua yang menjadi lokasi penyanderaan Philip.
“Dan kita hanya menunggu tentu dari upaya-upaya yang terus dilakukan pemerintah daerah dan juga terus melakukan soft approach TNI-Polri,” ucapnya.
Dia berharap Philip Mark Mehrtens segera dibebaskan dari penyanderaan tanpa syarat setelah 22 hari berada di tangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya.
“Kita tetap berharap dan berdoa pilot kita bahwa akhirnya pilot kita, captain Philip bisa dibebaskan tanpa syarat, kalau bisa,” ujarnya.
Hak-hak Dasar
Susi Pudjiastuti menyebutkan, penyanderaan pilot Susi Air Mark Philip Mehrtens oleh KKB pimpinan Egianus Kogoya berdampak pada masyarakat Papua kehilangan pemenuhan hak-hak dasarnya.
Dia mengemukakan, masyarakat Papua dirugikan karena distribusi logistik yang meliputi aspek pemenuhan kebutuhan mendasar menjadi terkendala akibat terganggunya operasional penerbangan pesawat Susi Air.
“Dari sisi bisnis tentu ini sebuah kehilangan yang sangat besar, tapi lebih menurut saya adalah humanity, kemanusiaan, dan hak-hak masyarakat memenuhi kebutuhan pokoknya,” kata Susi.
Selain kebutuhan pokok, Susi menyebut pemenuhan distribusi yang terganggu meliputi pula kebutuhan terkait bahan bakar hingga pengobatan yang sedianya dibutuhkan oleh masyarakat Papua.
“Karena kita juga mengangkut bahan bakar, mengangkut makanan, mengangkut segala macam yang dibutuhkan, membawa yang sakit dapat pengobatan, membawa program-program pemerintah untuk kemajuan masyarakat Papua,” ujarnya.
Susi menjelaskan distribusi logistik itu terganggu karena hampir 70 persen operasional penerbangan pesawat Susi Air jenis porter yang melayani penerbangan perintis di wilayah Papua dengan medan pegunungan itu terhenti.
“Karena 70 persen dari penerbangan porter kita sudah akhirnya jadi berhenti sekarang. Kalau proter terbang satu hari 30-40 flight berarti sudah lebih dari 25 flight terhenti,” ucapnya.
Adapun secara umum, hampir 40 persen operasional penerbangan pesawat Susi Air jenis pesawat caravan di Papua secara umum itu batal dan tidak bisa beroperasi.
“Jadi kami mohon maaf saya sebagai pemilik dan perintis Susi Air, tahun 2006 kita masuk Papua, sekarang ini ya tidak bisa melayani lagi tentu banyak sebabnya bukan satu armada berkurang dengan dibakarnya pesawat kita. Tahun lalu kita kehilangan satu, sekarang satu,” tuturnya.
Selain itu, dia menyebut gagal-nya penyelesaian penyanderaan pilot Mark Philip Mehrtens secara baik berpotensi menyebabkan tingginya pengunduran diri pilot pesawat Susi Air, sehingga operasional penerbangan pun kian terkendala.
“Yang kedua, juga confident di antara pilot-pilot kita tidak memungkinkan adanya penerbangan lagi di wilayah pegunungan dan ini akan sangat sulit. Jadi resignisation juga akan tinggi bila penyelesaian kapten Philip ini juga tidak bisa baik,” imbuhnya.
Untuk itu, Susi mengingatkan upaya-upaya penyanderaan seperti yang dilakukan oleh KKB itu hanya akan menyebabkan pada terganggunya pemenuhan hak-hak kemanusiaan masyarakat di Papua.
“Saya berharap semua sadar, Pemda, tokoh-tokoh masyarakat Papua, masyarakat Papua dan organisasi yang mengaku Papua Merdeka bahwa kepentingan masyarakat untuk mendapatkan kebutuhan pokoknya dan transportasi itu adalah hak-hak kemanusiaan yang tidak bisa dihilangkan begitu saja,” tambahnya.
Sebelumnya, Senin (27/2), Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Muhammad Saleh Mustafa menyatakan bahwa hingga kini TNI-Polri terus berupaya membebaskan pilot Susi Air dari tangan KKB pimpinan Egianus Kogoya.
KKB bersama sandera-nya selalu berpindah-pindah tempat sehingga sampai saat ini belum dapat diketahui pasti posisinya, kata Mayjen TNI Saleh kepada ANTARA di Wamena.
“Mudah-mudahan pilot Philip Mark Merthens segera dapat dibebaskan dengan keadaan selamat,” harap Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Saleh.
Sebelumnya Kapolda Papua Irjen Pol. Fakhiri menyatakan, KKB pimpinan Egianus Kogoya meminta senjata api dan amunisi untuk dibarter atau ditukar dengan pilot Susi Air yang masih disandera.
Pilot Philip yang membawa pesawat Pilatus milik Susi Air disandera KKB sejak Selasa (7/2) setelah membakar pesawat tersebut di lapangan terbang Paro, Kabupaten Nduga. ***