Connect with us

Nasional

Perbedaan Idul Fitri, Din Syamsuddin Nyatakan Pemerintah Perlu Berada di Tengah Mengayomi Semua Pihak

Gungdewan

Diterbitkan

pada

Cendekiawan Muslim Indonesia Din Syamsuddin menyatakan, sesuai amanat konstitusi, pemerintah harus mengayomi warga negara dengan memberi kebebasan menjalankan ibadah sesuai keyakinannya masing-masing.

Cendekiawan Muslim Indonesia Din Syamsuddin menyatakan, sesuai amanat konstitusi, pemerintah harus mengayomi warga negara dengan memberi kebebasan menjalankan ibadah sesuai keyakinannya masing-masing.

FAKTUAL-INDONESIA: Pemerintah perlu berada di tengah dengan mengayomi semua pihak serta tidak mengambil posisi tunggal dalam perbedaan Idul Fitri 1 Syawal.

Cendekiawan Muslim Indonesia Din Syamsuddin menyatakan, sesuai amanat konstitusi, pemerintah harus mengayomi warga negara dengan memberi kebebasan menjalankan ibadah sesuai keyakinannya masing-masing.

“Adalah kepemimpinan hikmah berdasarkan Pancasila untuk mengumumkan bahwa pada tahun ini ada dua keyakinan tentang Idul Fitri 21 April 2023 dan 22 April 2023. Silakan umat memilihnya sesuai keyakinan dan tetap merayakan Idul Fitri dalam semangat ukhuwah Islamiyah,” kata Din Syamsuddin.

Dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (19/4/2023), Din Syamsuddin mengatakan perbedaan Idul Fitri 1 Syawal perlu disikapi secara dewasa.

“Umat Islam perlu menyikapi perbedaan dengan sikap dewasa dalam beragama,” kata Din Syamsuddin seperti dikutip dari pantauan media antaranews.com.

Advertisement

Ketua Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) itu menjelaskan perbedaan Idul Fitri sering terjadi, walaupun tidak selalu terjadi setiap tahun.

Hal ini, kata dia, disebabkan perbedaan hadis yang dipakai antara sempurnakan bilangan bulan dan perhitungan atau perkirakan posisi hilal.

“Sebenarnya sama-sama menggunakan rukyat (bahasa Arab: melihat atau berpendapat). Perbedaannya yang satu menggunakan rukyat bil’aini (melihat dengan mata inderawi), dan yang satu rukyat bil’aqli (melihat dengan mata pikiran),” kata Din Syamsuddin.

Keduanya, kata dia, sulit dipertemukan seperti meyakini sesuatu dengan melihatnya (seeing is believing) dan meyakini sesuatu dengan mengetahuinya (knowing is believing).

Terkait hal itu ia juga mengingatkan bahwa Idul Fitri adalah ibadah berdasarkan keyakinan sesuai dalil naqli dan ‘aqli.

Advertisement

“Maka kepada kaum Muslim untuk menunaikan Shalat Idul Fitri sesuai keyakinannya masing-masing tanpa merusak silaturahim dan ukhuwah Islamiyah,” ujar DIn Syamsuddin. ***

Lanjutkan Membaca