Connect with us

Nasional

Gunung Semeru Jatim Kembali Erupsi, Gunung Karangetang 2 Kali Luncuran Awan Panas Guguran

Gungdewan

Diterbitkan

pada

Erupsi dan APG Gunung Semeru yang terpantau dari PPGA Semeru di Gunung Sawur, Kabupaten Lumajang, Minggu (26/2/2023) dan Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Karangetang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Provinsi Sulawesi Utara mencatat sebanyak dua kali luncuran awan panas guguran. (Ant)

Erupsi dan APG Gunung Semeru yang terpantau dari PPGA Semeru di Gunung Sawur, Kabupaten Lumajang, Minggu (26/2/2023) dan Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Karangetang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Provinsi Sulawesi Utara mencatat sebanyak dua kali luncuran awan panas guguran. (Ant)

FAKTUAL-INDONESIA: Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur dan Gunung Karangetang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Provinsi Sulawesi Utara, kembali menggeliat, Minggu (26/2/2023), sehingga menuntut kewaspadaan masyarakat di sekitarnya.

Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl) kembali erupsi disertai awan panas guguran.

Sedangkan Gunung Karangetang mencatat sebanyak dua kali luncuran awan panas guguran ke Kali Batu Awang.

Petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Semeru Ghufron Ali dalam keterangan tertulisnya menyampaikan bahwa terjadi erupsi pada 26 Februari 2023 pukul 04.04 WIB.

“Tinggi kolom erupsi tidak teramati. Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 40 mm dan durasi 1.860 detik,” katanya di PPGA Semeru di Gunung Sawur, Minggu.

Advertisement

Dalam pantauan media, antaranews.com melaporkan, petugas PPGA Semeru, Mukdas Sofian dalam laporan tertulisnya terkait pengamatan aktivitas gunung tertinggi di Pulau Jawa itu pada Minggu pukul 00.00-06.00 WIB menyebutkan bahwa terjadi 14 kali gempa erupsi dengan amplitudo 15-21 mm dengan lama 55-100 detik.

“Terjadi satu kali kali awan panas guguran dengan amplitudo 40 mm dan lama gempa 1.800 detik dan dua kali getaran banjir dengan amplitudo 30 mm dengan waktu 8.400-13.200 detik,” tuturnya.

Untuk pengamatan aktivitas Gunung Semeru pada pukul 06.00-12.00 WIB terekam 23 kali gempa letusan dengan amplitudo 18-23 mm, dan lama gempa 70-95 detik, kemudian satu kali gempa vulkanik dalam dengan amplitudo 18-23 mm, serta satu kali gempa vulkanik dalam dengan amplitudo 22 mm.

Gunung Semeru masih berstatus Siaga atau Level III, sehingga masyarakat diimbau untuk mematuhi sejumlah rekomendasi yang telah disampaikan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

Masyarakat dilarang melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi).

Advertisement

Di luar jarak tersebut, masyarakat juga tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.

“Masyarakat juga diimbau tidak beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah/puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar),” ujarnya.

Selain itu, lanjut dia, masyarakat juga diimbau mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru.

“Terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan,” katanya.

Harus Diwaspadai

Advertisement

Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Karangetang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Provinsi Sulawesi Utara, mencatat sebanyak dua kali luncuran awan panas guguran ke Kali Batu Awang.

“Luncuran awan panas ini terjadi pada kemarin sore. Nah, ini harus diwaspadai,” ajak Ketua Pos PGA Karangetang, Yudia Prama Tatipang di Manado, Sabtu.

Jarak luncuran awan panas guguran pertama sejauh 1.750 meter, sementara yang kedua lebih jauh lagi yakni 2.000 meter.

“Memang masih ada sekitar tiga kilometer jarak luncurannya dengan permukiman warga yang ada di Dusun Kola-Kola, tapi ini perlu mendapatkan perhatian dari masyarakat,” katanya.

Terjadinya luncuran awan panas guguran akibat penumpukan terus-menerus di ujung leleran lava pijar, dan ketika runtuh materialnya meluncur deras menuruni lereng gunung.

Advertisement

Karena itu, lanjut dia, langkah tepat sudah dilakukan pemerintah daerah dengan mengungsikan ke tempat lebih 20-an kepala keluarga di Dusun Kola-Kola agar bisa terhindar dari luncuran awan panas guguran.

Bila melihat sejarah, kata dia, Dusun Kola-Kola pernah terdampak luncuran awan panas guguran sehingga permukiman tersebut direlokasi, namun seiring waktu warga kembali menempati dusun tersebut.

“Memang aktivitas Gunung Karangetang saat ini masih tinggi, leleran lava masih terpantau menuruni lereng. Kami terus berharap warga mematuhi radius bahaya yang telah direkomendasikan oleh instansi terkait untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” katanya.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM menaikkan status Gunung Karangetang dari waspada level II ke siaga level III setelah menunjukkan peningkatan aktivitas yang ditandai dengan keluarnya lava pijar dari puncak kawah. ***

Advertisement
Lanjutkan Membaca
Advertisement