Connect with us

Nasional

Gempa Letusan Dominasi Aktivitas Gunung Semeru setelah Erupsi Awan Panas

Gungdewan

Diterbitkan

pada

Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jumat (29/3/2024), teramati masih didominasi gempa letusan setelah erupsi awan panas

Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jumat (29/3/2024), teramati masih didominasi gempa letusan setelah erupsi awan panas

FATUAL INDONESIA: Gempa letusan mendominasi aktivitas Gunung Semeru, Jumat (29/3/2024) pagi, setelah erupsi awan panas pada Kamis (28/3/2024).

Sementara itu aktivitas Gunung Semeru memperlihatkan bahwa aktivitas erupsi, awan panas, dan guguran lava masih terjadi, namun secara visual jarang teramati karena terkendala cuaca yang berkabut.

Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Yadi Yuliandi dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Lumajang, Jumat, menyampaikan bahwa pengamatan kegempaan pada Jumat pukul 00.00-06.00 WIB terekam sebanyak 17 kali gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 10-22 mm dan lama gempa 70-155 detik.

“Selain itu, juga terekam adanya enam kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 17-27 mm, S-P 16-35 detik dan lama gempa 77-187 detik,” tuturnya.

Untuk pengamatan visual, Gunung Semeru terlihat jelas hingga tertutup Kabut 0-II. Asap kawah tidak teramati. Cuaca cerah hingga berawan, angin lemah ke arah selatan dan barat.

Advertisement

Sementara untuk pengamatan pada hari yang sama pukul 06.00-12.00 WIB tercatat delapan kali gempa letusan atau erupsi dengan amplitudo 11-22 mm, dan lama gempa 81-95 detik.

Gempa embusan juga terjadi sebanyak empat kali dengan amplitudo 3-6 mm, dan lama gempa 14-50 detik.

Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi Badan Geologi Kementerian ESDM yang dirilis pada Kamis (28/3), tingkat aktivitas Gunung Semeru tetap pada level III (Siaga) dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan potensi ancaman bahaya terkini.

Rekomendasinya, yakni masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi).

Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.

Advertisement

Masyarakat juga tidak boleh beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru, karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).

Juga perlu mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.

Guguran Lava

Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Muhammad Wafid memaparkan kondisi terkini aktivitas Gunung Semeru setelah erupsi berupa awan panas pada Kamis (28/3), pukul 15.18 WIB.

“Erupsi berupa awan panas dengan jarak luncur dan tinggi kolom abu erupsi tidak diketahui dan karena visual Gunung Semeru tertutup kabut, namun terekam seismogram dengan amplitudo maksimum 37 mm dan durasi 27 menit,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Jumat.

Advertisement

Menurutnya aktivitas Gunung Semeru memperlihatkan bahwa aktivitas erupsi, awan panas, dan guguran lava masih terjadi, namun secara visual jarang teramati karena terkendala cuaca yang berkabut.

“Selain berpotensi terjadi awan, potensi aliran lahar juga masih tinggi mengingat curah hujan cukup tinggi di Gunung Semeru,” katanya.

Ia menjelaskan akumulasi material hasil erupsi (letusan dan aliran lava) maupun pembentukan “scoria cones” berpotensi menjadi guguran lava pijar atau awan panas.

Material guguran lava atau awan panas yang sudah terendapkan di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Semeru berpotensi menjadi lahar jika berinteraksi dengan air hujan.

“Selain itu, interaksi endapan material guguran lava atau awan panas yang bersuhu tinggi dengan air sungai akan berpotensi terjadinya erupsi sekunder,” katanya.

Advertisement

Dalam periode itu, jumlah gempa yang terekam menunjukkan bahwa aktivitas kegempaan Gunung Semeru masih tinggi, terutama gempa letusan, guguran, dan harmonik.

Gempa vulkanik dalam dan harmonik yang masih terekam mengindikasikan masih adanya suplai di bawah permukaan Semeru bersamaan dengan pelepasan material ke permukaan, serta adanya proses penumpukan material hasil letusan di sekitar kawah Jonggring Saloko.

“Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi, maka tingkat aktivitas Gunung Semeru tetap pada level III (Siaga) dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan potensi ancaman bahaya terkini,” ujarnya. ***

Advertisement
Lanjutkan Membaca
Advertisement