Connect with us

Wisata

Pertama Dalam Sejarah! Lawang Sewu Gelar Salat Idul Fitri 2025

Avatar

Diterbitkan

pada

Pertama Dalam Sejarah! Lawang Sewu Gelar Salat Idul Fitri 2025

Lawang Sewu di Semarang bakal menggelar Salat Idul Fitri pertama kalinya. (Foto : istimewa)

FAKTUAL-INDONESIA : Untuk pertama kalinya dalam sejarah, bangunan bersejarah Lawang Sewu yang berlokasi di Jalan Pemuda, Semarang bakal menggelar Salat Idul Fitri pada Senin (31/3/2025).

Lawang Sewu yang identik dengan bangunan mistis akan digunakan menjadi lokasi salat Id untuk sekitar 700 jemaah, besok.

Diketahui, Lawang Sewu adalah gedung bersejarah milik PT Kereta Api Indonesia (Persero). Kini bangunan ini dikelola oleh PT Kereta Api Pariwisata yang juga jadi penyelenggara salat Id di Lawang Sewu.

Direktur Utama KAI Wisata, Hendy Helmy menyebutkan Lawang Sewu akan dibuka mulai 05.30 WIB dan digratiskan hingga 08.30 WIB untuk jamaah salat Id pada Senin (31/3/2025).

“KAI Wisata akan menggelar Salat Idul Fitri 2025 di area terbuka Lawang Sewu. Lawang Sewu siap menyambut pengunjung setia pada hari Lebaran mendatang dengan kapasitas sampai 700 orang,” katanya dikutip dari detikJateng, Minggu (30/3/2025).

Advertisement

Baca Juga : PT KAI Buka Kembali Destinasi Wisata Bersejarah Lawang Sewu

Sejarah Lawang Sewu

Eksistensi Lawang Sewu tidak lepas dari sejarah yang hadir di belakangnya. Mengutip laman KAI Wisata, bangunan ini dahulu adalah Kantor Pusat perusahaan kereta api swasta Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM).

Gedung Lawang Sewu dibangun secara bertahap sejak 27 Februari 1904 dan selesai pada Juli 1907. Dalam kompleks Lawang Sewu juga ada bangunan tambahan yang dibangun sekitar 1916 dan selesai 1918.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjelaskan Lawang Sewu berasal dari bahasa Jawa. Yakni “lawang” berarti pintu dan “sewu” bermakna seribu.

Seribu pada masa pembangunan gedung ini mewakili angka yang paling banyak di zaman tersebut. Sehingga “Lawang Sewu” artinya seribu pintu.

Advertisement

Tetapi kalau detikers mengunjungi, jumlah pintu di Lawang Sewu tidaklah genap seribu. Melainkan hanya 928 pintu.

Bangunan ini dirancang oleh arsitek asal Belanda Prof Jakob F Klinkhamer dan BJ Ouendag. Ciri arsitektur kala itu dominan dengan elemen lengkung dan sederhana.

Lawang Sewu di desain menyerupai huruf L. Jumlah jendela dan pintu yang banyak berfungsi sebagai sistem sirkulasi udara.

Selain desain bangunannya yang unik, Lawang Sewu juga memiliki ornamen kaca patri pabrikan Johannes Lourens Schouten. Kaca patri itu menggambarkan kisah kemakmuran dan keindahan Jawa sebagai tanda kekuasaan Belanda atas Semarang dan Batavia kala itu.

Baca Juga : Pesan Idulfitri 1446 H/2025 Masehi: Amanah Menegakkan Keadilan dan Kebenaran Belum Sepenuhnya Dilaksanakan

Seusai masa kolonial Belanda, Lawang Sewu dipergunakan menjadi markas tentara Jepang. Lokasi ini juga digunakan sebagai kantor transportasi Jepang bernama Riyuku Sokyoku pada 1943.

Advertisement

Setelah kemerdekaan Indonesia, di Semarang terjadi pertempuran yang melibatkan Angkatan Muda Kereta Api (AMKA) dan prajurit Jepang. Pertempuran ini berlangsung selama lima hari tiada henti pada 15-19 Oktober. Kemudian momen itu dikenal sebagai “Pertempuran Lima Hari di Semarang”.

Prajurit Jepang berada di dalam kawasan Lawang Sewu, sementara AMKA berada di Wilhelminaplein yang kini dikenal dengan Kawasan Taman Tugu Muda. Prajurit AMKA sangat kalah jumlah dan senjata kala itu.

Karena prajurit Jepang memiliki 500 ribu orang dengan senjata bayonetnya. Sedangkan AMKA hanya berjumlah 2 ribu lebih pemuda dengan senjata bambu runcing.

Tetapi mereka tidak menyerah, pemuda AMKA berusaha melawan walau pada akhirnya harus gugur di medan perang. Kawasan Wihelminaplein dulunya menjadi tempat kuburan massal bagai pasukan AMKA yang gugur.

Tetapi kemudian dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal. Neny Anggraeni dalam buku Seri Transportasi Kereta Api juga menyebutkan beberapa pejuang ada yang dimakamkan di halaman depan Lawang Sewu.

Advertisement

Mereka adalah Noersam, Salamoen, RM Soetrardjo,dan RM Moenardi. Karena sejarah kelam penuh pertumpahan darah ini kesan mistis kerap melingkupi Lawang Sewu.

Baca Juga : Istana untuk Rakyat, Momen Idul Fitri Hadirkan Kebersamaan dan Kehangatan

Kegiatan di Lawang Sewu saat Lebaran 2025
Saat ini Gedung Lawang Sewu dimanfaatkan sebagai museum. Di sana terdiri beragam koleksi perkeretaapian Indonesia dari masa ke masa.

Selama lebaran 2025, museum juga akan dibuka dengan menyajikan berbagai kegiatan. Di antaranya Bazar UMKM, live music, dan Wahana Lawang Sewu Privetoegang (Wahana Tour Eksklusif Eksplore Gedung A Lawang Sewu yang penuh cerita sejarah).

Ada juga Geschiendenis Virtual Reality Experience (Rasakan Serunya Menjelajah Lawang Sewu pada abad 19), Wahana Immersive Wahana Kelderverkenning (Explore Ruang Bawah Tanah), Night Tour & Midnight Tour , Wahana Video 360, Mainan Motor Listrik, Mainan Pasir dan Mewarnai, Foto bersama Owl, dan Wahana Choo Choo Train.

Setelah waktu salat Id selesai, pengunjung akan dikenakan harga tiket masuk Lawang Sewu. Adapun harga tiketnya yakni:
Dewasa dan mahasiswa: Rp 20 ribu/orang
Anak-anak dan pelajar: Rp 10 ribu/orang
Wisatawan mancanegara: Rp 30 ribu/orang.***

Advertisement

 

Lanjutkan Membaca
Advertisement