Kesehatan
Kasus Omicron BF.7 di Jakarta, Tak Ada Riwayat ke Luar Negeri

Virus Covid Omicron BF.7 ditemukan di Jakarta. (ist)
FAKTUAL-INDONESIA : Total kasus Covid Omicron varian BF.7 di Indonesia kini ada 15 dengan sebaran tujuh di Bali, satu di Jawa Barat dan terkini ditemukan tujuh di DKI Jakarta.
Sebagai informasi, kasus Omicron BF.7 merupakan kasus yang ditemukan di China dan membuat lonjakan kasus di negeri tirai bambu tersebut.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta menyebut tujuh kasus mutasi SARS-CoV-2 Omicron subvarian BF.7 alias BA.5.2.1.7 yang diidentifikasi di Ibu Kota merupakan kasus transmisi lokal.
Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta Ngabila Salama merinci tujuh kasus BF.7 di DKI Jakarta, lima di antaranya berdomisili di Ibu Kota, sementara dua lainnya berdomisili di luar Jakarta dan sudah diteruskan ke Dinkes setempat.
“Tidak ada riwayat perjalanan ke luar negeri atau luar kota,” kata Ngabila kepada CNNIndonesia.com, Jumat (30/12/2022).
Lima pasien yang berdomisili di DKI Jakarta sudah dilakukan penelusuran kontak erat lebih lanjut. Rinciannya tiga pasien laki-laki dan dua orang perempuan, dan range usia 30-50 tahun pada tiga pasien, seorang berusia 50-60 tahun, dan satu orang lainnya merupakan lansia berusia 63 tahun.
Ngabila menjelaskan semua pasien BF.7 bergejala ringan. Gejala paling banyak dialami pasien adalah demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan.
“Ada yang anosmia atau sulit mencium bau dan ada yang mengeluhkan nyeri perut, mual dan muntah. Isolasi mandiri di rumah semua sudah dinyatakan sembuh setelah 10 hari isolasi mandiri,” kata dia.
Ngabila melanjutkan pihaknya masih terus berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan terkait kemungkinan ada penambahan kasus BF.7 yang baru lantaran untuk menentukan jenis varian Covid-19 yang ditemukan di Indonesia melalui pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) yang dilakukan oleh BKPK, Kemenkes, serta Imeri FKUI.
Ia menyebut dengan surveilans WGS, maka pemerintah dapat memprediksi kemungkinan dominansi untuk estimasi puncak kasus dan penurunan kasus. Selain itu Ngabila mendorong agar upaya testing, tracing, dan treatment (3T) terus dikencangkan.
“Apa pun variannya tidak perlu panik, semua akan terkendali dengan mempertahankan cakupan vaksinasi booster yang tinggi untuk mempertahankan tingginya imunitas penduduk. Cegah sakit dengan disiplin bermasker di manapun. Cegah kematian dengan vaksinasi booster,” ujar Ngabila.***