Internasional
Turki Tantang Yunani Atas Pelanggaran Wilayah Udara, Isyaratkan Aksi Militer
FAKTUAL-INDONESIA: Recep Tayyip Erdogan selaku Presiden Turki pada Sabtu memperingatkan Yunani akan membayar “harga yang mahal” jika terus melecehkan jet tempur Turki di atas Laut Aegea dan mengisyaratkan aksi militer.
Kedua tetangga NATO yang gelisah itu memiliki perselisihan batas laut dan udara yang sudah berlangsung lama yang menyebabkan patroli angkatan udara hampir setiap hari dan misi intersepsi sebagian besar di sekitar pulau-pulau Yunani di dekat garis pantai Turki.
“Hei Yunani, lihatlah sejarah. Jika Anda melangkah lebih jauh, Anda akan membayar harga yang mahal,” kata Erdogan dalam rapat umum di kota Samsun di Laut Hitam, sebagaimana dikutip AFP, Senin (5/9/2022).
Yunani dan Turki memiliki sejarah yang panjang sejak berabad-abad yang lalu dengan perselisihan mengenai perbatasan laut dan pembagian Siprus pada tahun 1974.
Baca juga: Swedia Akan Kirim Diplomat ke Turki Atasi Keberatan Rencana Keanggotaan NATO
Turki dalam beberapa bulan terakhir mengeluhkan apa yang disebutnya tindakan provokatif oleh Athena, dengan mengatakan langkah seperti itu merusak upaya perdamaian.
Dalam satu insiden seperti itu, Ankara mengatakan akhir pekan lalu Yunani telah menggunakan sistem pertahanan udara buatan Rusia untuk mengganggu jet Turki dalam misi pengintaian dalam apa yang disebutnya “tindakan bermusuhan”.
Dalam pidatonya, Erdogan menuduh Yunani “berusaha mengancam kami dengan S-300”. Athena telah menolak tuduhan itu dan sering menuduh Ankara terbang di atas pulau-pulau Yunani.
Turki mengatakan Yunani menempatkan pasukan di pulau-pulau di Laut Aegea yang melanggar perjanjian damai yang ditandatangani setelah Perang Dunia I dan II.
Jangan lupakan Izmir
Erdogan yang marah menuduh Yunani “menduduki” pulau-pulau itu. “Kami hanya memiliki satu kata untuk memberitahu Yunani: Jangan lupakan Izmir (Smirna dalam bahasa Yunani),” kata Erdogan, mengacu pada akhir pendudukan Yunani setelah pasukan Turki memasuki kota di pantai Aegean pada tahun 1922.
Baca juga: Anadolu Jet Turki Batal Lepas Landas gara-gara Penumpang dapat Foto Kecelakaan Pesawat
“Pendudukan Anda atas pulau-pulau itu tidak mengikat kami,” kata Erdogan.
“Ketika saatnya tiba, kami akan melakukan apa yang diperlukan. Seperti yang kami katakan, kami mungkin datang tiba-tiba suatu malam”, menggunakan kata-katanya yang sering diulang ketika dia mengancam akan meluncurkan operasi ke negara tetangga Suriah.
Pada bulan Juni, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan Ankara akan menantang kedaulatan Yunani atas pulau-pulau itu jika terus mengirim pasukan ke sana.
Laut Aegea memiliki geografi yang kompleks dengan lebih dari 2.000 pulau, kebanyakan dari mereka adalah Yunani.
Kedua negara berada di ambang perang pada 1990-an atas sepasang pulau kecil tak berpenghuni yang secara kolektif dikenal sebagai Kardak dalam bahasa Turki dan Imia dalam bahasa Yunani.
Erdogan memutuskan dialog dengan Yunani setelah menuduh Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis melobi penjualan senjata AS ke negaranya.
Yunani dan Turki juga bersaing untuk mendapatkan senjata AS. Pada bulan Juni, Yunani meresmikan permintaan jet tempur F-35 buatan AS.
Turki sedang bernegosiasi untuk pembelian F-16 setelah Washington mengeluarkan Ankara dari program F-35 karena menerima pengiriman sistem pertahanan rudal Rusia yang canggih pada 2019.***