Connect with us

Internasional

333 Hari Invasi Rusia ke Ukraina, Menangkap Angin di atas Tumpukan Mayat

Gungdewan

Diterbitkan

pada

Meskipun Rusia meningkatkan penembakan di wilayah timur di luar garis depan utama di kawasan industri Donbas namun pasukan Ukraina masih terus bergerak memberikan perlawanan sengit.

Meskipun Rusia meningkatkan penembakan di wilayah timur di luar garis depan utama di kawasan industri Donbas namun pasukan Ukraina masih terus bergerak memberikan perlawanan sengit.

Oleh: Gungde Ariwangsa

FAKTUAL-INDONESIA: Tiada terasa invasi Rusia ke Ukraina sudah memasuki hari yang ke-333 pada Minggu (22/1/2022). Melihat nafsu besar Rusia untuk menghancurkan Ukraina maka dipastikan tinggal menghitung hari invasi akan memasuki waktu satu tahun sejak 24 Februari 2022. Apalagi Ukraina yang kecanggihan persenjataannya kalah jauh dari Rusia masih terus melakukan perlawanan dan bahkan mampu memberikan serangan balik untuk memukul mundur tetangganya itu dari wilayahnya.

Rusia terkejut menghadapi perlawanan sengit dari pasukan dan rakyat Ukraina sehingga mengambil langkah-langkah yang diluar dugaan sebagai bekas negara super power saat masih panasnya era perang dingin dengan Amerika Serikat. Presiden Rusia, Valdimir Putin dalam misi khususnya itu memerintahkan pasukannya menghancurkan infrastruktur strategis Ukraina. Kemudian meningkatkan bombardir rudal ke wilayah Ukraina yang tidak jarang menyasar fasilitas warga sipil seperti stasiun kereta api, apartemen dan rumah sakit.

Setelah mendapat pukulan balik dari Ukraina yang melakukan perlawanan tanpa mengenal lelah dan takut, Rusia melakukan langkah mengejutkan dengan meminta bantuan Iran untuk mengirimkan drone dalam melakukan serangan rudal ke Ukraina. Kabar terakhir Juru Bicara Keamanan Nasional Amerika Serikat John Kirby menyatakan, Rusia mengambil rudal dan roket dari Korea Utara.

Di dalam negeri sendiri, Putin menempuh kebijakan memobilisasi wajib militer yang tidak mendapat dukungan seluruh rakyatnya. Banyak pemuda-pemuda Rusia yang lari ke luar negeri untuk menghindari kewajiban mendadak itu. Sedangkan ratusan orang yang direkrut juga tidak mampu meningkatkan kemampuan serang Rusia.

Bahkan dalam posisi terdesak  undur dari wilayah Ukraina yang sempat direbutnya, Rusia membuat keputusan mengumumkan gencatat senjata sepihak. Ukraina tidak mau menerima pengumuman gencatan senjata yang diumumkan Putin saat Natal 2022 lalu. Pasukan Ukrainan tetap bergerak karena curiga gencatan senjata itu hanya sebagai taktik Rusia untuk menghimpun kekuatan belaka.

Advertisement

Terpaksalah Rusia kemudian mengerahkan tentara bayaran untuk mengatasi kemunduran di medan perang. Turunnya tentara bayaran dari perusahaan swasta Wagner membuat Rusia mampu sedikit bernafas. Tetapi lagi-lagi perlawanan sengit pasukan Ukraina membuat Rusia harus melalui pertempuran berdarah untuk begerak maju di Ukraina Timur.

Klaim pasukan Wagner atas keberhasilan merebut Bakhmut di Ukraina timur dibantah Ukraina.

Pertempuran sengit masih terus berlangsung termasuk di provinsi Donetsk timur. Kabar terakhir pasukan Rusia masih terus  meningkatkan penembakan di wilayah timur Ukraina di luar garis depan utama di kawasan industri Donbas.

Korban Kebimbangan Barat

Ukraina meskipun mampu memberikan perlawanan dan mendesak pasukan Rusia namun menderita kerugian sangat besar. Selain hancurnya infrastruktur penting juga sudah ribuan rakyat Ukraina tewas dan jutaan orang mengungsi meninggalkan tempat tinggalnya ke luar negeri. Kemudian persenjataan dan amunisi Ukraina juga mulai menipis.

Advertisement

Kondisi itu membuat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berteriak agar sekutunya dari Barat untuk segera memberikan bantuan persenjataan dan amunisi. Dalam sebuah wawancara dengan majalah Economist pada bulan Desember, kepala militer Ukraina, Jenderal Valerii Zaluzhnyi mengatakan Ukraina membutuhkan 300 tank, 600-700 kendaraan tempur infanteri dan 500 howitzer untuk memukul mundur penjajah.

Permintaan Zelensky memang langsung mendapat respon dari pihak Barat dengan janji akan segera mengirim bantuan terutama tank yang sangat dibutuhkan Ukraina. Amerika Serikat akan menyediakan baterai rudal Patriot, tank, dan peningkatan pertahanan udara serta sistem senjata lainnya. Selain itu Amerika melakukan pelatihan untuk pasukan Ukraina di area pelatihan Grafenwoehr di Jerman. Lebih dari 600 tentara Ukraina telah memulai program pelatihan yang diperluas.

Koalisi Eropa dan negara lainnya pendukung Ukraina juga menjanjikan bantuan tank. Inggris, menjanjikan satu skuadron tank Challenger 2. Kemudian tank Leopard yang dibuat oleh Jerman dalam jumlah ribuan selama Perang Dingin dan yang sekarang diterjunkan oleh di seluruh Eropa. Polandia dan Finlandia telah mengatakan mereka akan mengirim Macan Tutul jika Berlin memberikan persetujuan ekspor ulang.

Secara terpisah, Belanda berencana untuk mengirim sistem pertahanan rudal Patriot ke Ukraina, kata kantor berita Belanda ANP mengutip pernyataan Perdana Menteri Mark Rutte pada hari Selasa.

Namun janji-janji itu belum direalisasikan secara cepat karena Amerika dan sekutu Barat masih diliputi kebimbangan. Amerika menolak mengirim Tank Abrams karena tidak cocok dengan medan Ukraina serta juga menunggu kepastian Jerman memberikan izin pengiriman Leopard. Kebimbangan Barat ini makin membuat tidak jelas realisasi bantuan untuk Ukraina.

Advertisement

Pejabat senior AS menasihati Ukraina untuk menunda peluncuran serangan besar-besaran terhadap pasukan Rusia sampai pasokan persenjataan AS terbaru tersedia dan pelatihan telah diberikan.

Mykhailo Podolyak, penasihat senior Presiden Volodymyr Zelenskyy, mendesak sekutu Ukraina untuk “berpikir lebih cepat” tentang meningkatkan dukungan militer, sehari setelah Barat gagal menyepakati pengiriman tank tempur yang menurut Kiev dibutuhkan.

Penasihat Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa “keragu-raguan” Barat atas pengiriman senjata tambahan ke Ukraina adalah “membunuh lebih banyak rakyat kami”.

“Setiap hari penundaan adalah kematian warga Ukraina,” tulis Mykhailo Podolyak di Twitter.

Namun desakan dan sindiran Ukraina itu bukan dijawab dengan keputusan pasti akan segera mengirim bantuan persenjataan dan amunisi. Tetapi justru janji kunjungan Menteri pertahanan baru Jerman Boris Pistorius ke Ukraina segera setelah Berlin menghadapi tekanan untuk mengizinkan pengiriman tank buatan Jerman ke Ukraina.

Advertisement

Menangkap Angin

Keputusan Jerman untuk memberi izin pengiriman Tank Leopard memang ditunggu Ukraina dengan segera. Demikian juga pernyataan Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly yang mengatakan sekutu NATO menyampaikan pesan yang jelas kepada Presiden Rusia Vladimir Putin dengan meningkatkan pasokan senjata mereka ke Ukraina, bukan sekadar pesan. Namun kenyataan kehadiran bantuan.

Ukraina yang sudah menderita kehncuran indrastruktur dan kehilangan banyak rakyatnya saat ini tidak butuh janji-janji atau pesan namun kenyataan. Hanya dengan kenyataan bantuan dari sekutunya itulah Ukraina bisa membuat Rusia hanya menangkap angin di atas gelimpangan mayat rakyat sipil  dalam invasinya ke negara tetangganya itu.

Seperti apa yang dikatakan Yevhen Yerin, juru bicara militer di Zaporizhzhia dalam melawan klaim Rusia atas kemajuan yang siraihnya akhir-akhir  ini. “Saat ini, mereka belum menangkap apa pun. Semua upaya mereka telah berhasil dipukul mundur dan musuh menderita kerugian.” ***

Advertisement
Lanjutkan Membaca
Advertisement