Connect with us

Ekonomi

Harga Minyak Dunia di Asia Turun, Ini Alasannya

Avatar

Diterbitkan

pada

Harga Minyak Dunia

Harga Minyak Dunia di Asia Turun, Ini Alasannya (Foto: Istimewa)

FAKTUAL-INDONESIA: Dalam tiga bulan awal perdagangan minyak di Asia, harga minyak dunia turun ke level terendah. Harga minyak dunia turun lebih dari 7,0 persen di sesi sebelumnya di tengah perdagangan yang bergejolak.

Penurunan harga minyak dunia terjadi di tengah penguatan dollar AS terhadap mata uang lainnya. Sementara itu, data persediaan AS menunjukkan penumpukan minyak mentah dan produk olahan di tengah meningkatnya kekhawatiran perlambatan ekonomi global.

Minyak mentah berjangka Brent turun 68 sen atau 0,7 persen, menjadi diperdagangkan di 98,81 dolar AS per barel pada Rabu (13/07/2022) pukul 00.02 GMT. Minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 72 sen atau 0,8 persen, menjadi diperdagangkan di 95,12 dolar AS per barel.

Investor telah menjual posisi minyak di tengah kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga agresif untuk membendung inflasi akan memacu penurunan ekonomi yang akan memukul permintaan minyak, melansir Antara.

Baca juga: Sudah Naik ke Level Tertinggi 2 Bulan, Minyak akan Tetap Berkibar Usai KTT Uni Eropa

Dilain sisi, pembatasan perjalanan COVID-19 yang diperbarui di China juga membebani pasar. Beberapa kota di China mengadopsi pembatasan Covid-19, mulai dari penutupan bisnis hingga penguncian yang lebih luas dalam upaya untuk mengendalikan infeksi baru dari subvarian virus BA.5.2.1 yang sangat menular.

Advertisement

Sementara itu stok minyak mentah AS naik sekitar 4,8 juta barel untuk pekan yang berakhir 8 Juli. Persediaan bensin naik 3 juta barel, sementara stok sulingan naik sekitar 3,3 juta barel, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API), Selasa (12/7/2022).

Pada Selasa (12/7/2022) indeks dolar, yang melacak mata uang terhadap sekeranjang enam mata uang mitra, juga naik pada pagi hari ke 108,56, level tertinggi sejak Oktober 2002.

Minyak umumnya dihargai dalam dolar AS, sehingga greenback yang lebih kuat membuat komoditas tersebut lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Investor juga cenderung melihat dolar sebagai tempat yang aman selama volatilitas pasar.***

Advertisement
Lanjutkan Membaca