Ekonomi
Akhir Pekan, Rupiah dan IHSG Ditutup Menguat, Emas Antam Naik

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) menguat pada penutupan perdagangan Jumat (25/4/2025) sore, serta harga emas PT Aneka Tambang (Antam) naik.
FAKTUAL INDONESIA: Akhir pekan perdagangan ditandai dengan menguatnya nilai tukar (kurs) rupaih terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (25/4/2025) sore.
Sementara itu harga emas Antam yang dipantau dari laman Logam Mulia pada Jumat, mengalami kenaikan Rp17.000 dari semula Rp1.969.000 menjadi Rp1.986.000 per gram.
Menguatnya kurs rupiah terhadap dolar AS dan IHSG BEI dalam penutupan perdagangan akhir pekan ini seiring dengan terbukanya peluang pemangkasan suku bunga oleh The Fed.
Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini di Jakarta menguat sebesar 44 poin atau 0,26 persen menjadi Rp16.829 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.873 per dolar AS.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat sore juga menguat ke level Rp16.829 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.884 per dolar AS.
Sementara itu IHSG ditutup menguat 65,43 poin atau 0,99 persen ke posisi 6.678,91. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 8,15 poin atau 1,10 persen ke posisi 750,02.
Baca Juga : Pengaruh China di Balik Melemahnya Rupiah dan IHSG, Emas Antam Melonjak
Dalam pantauan media online seperti dilansir antaranews.com, analis mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menilai penguatan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi sikap The Fed yang membuka pintu pelonggaran kebijakan pemotongan suku bunga.
“Pejabat Fed membuka pintu untuk pemotongan suku bunga pada bulan Juni jika sinyal resesi meningkat, membuat meningkatnya harapan pasar untuk pelonggaran kebijakan The Fed lebih lanjut,” ucapnya dalam keterangan di Jakarta, Jumat.
Presiden Fed Cleveland Beth Hammack menyatakan pihaknya dapat bertindak secepatnya pada bulan Juni jika data mendukung untuk melakukan pemotongan suku bunga
Begitu pula dengan Gubernur Fed Christopher Waller yang menyatakan bahwa keputusan pemotongan suku bunga pada bulan Juni masih memungkinkan didorong oleh data pasar tenaga kerja yang melemah.
“Prospek pelonggaran kebijakan yang lebih agresif oleh Fed yang kemungkinan akan melanjutkan siklus pemotongan suku bunga pada bulan Juni dan akan menurunkan suku bunga setidaknya tiga kali lagi sampai akhir tahun ini,” ujar Ibrahim.
Semua Sektor Naik
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat sore ditutup menguat dengan semua sektor saham mengalami kenaikan.
Dibuka menguat, IHSG betah di teritori positif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG masih betah di zona hijau hingga penutupan perdagangan saham
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, semua atau sebelas sektor menguat yaitu dipimpin sektor teknologi yang menguat sebesar 2,4 persen, diikuti oleh sektor barang konsumen primer dan sektor barang baku yang masing-masing naik sebesar 2,32 persen dan 1,52 persen.
Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu WAPO, MFIN, FORU, DIVA dan INET. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni NETV, SMIL, OBAT, CINT dan WGSH.
Baca Juga : Sentimen Positif Penundaan Tarif Amerika, Rupiah dan IHSG BEI Ditutup Menguat, Emas Antam Melonjak
Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.078.972 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 19,91 miliar lembar saham senilai Rp10,13 triliun. Sebanyak 427 saham naik 175 saham menurun, dan 204 tidak bergerak nilainya.
Bursa saham regional Asia sore ini antara lain, indeks Nikkei menguat 666,59 poin atau 1,90 persen ke 35,705,74, indeks Shanghai melemah 2,23 poin atau 0,07 persen ke 3.295,06, indeks Kuala Lumpur menguat 2,68 poin atau 0,18 persen ke 1.509,20, dan indeks Strait Times melemah 8,14 poin atau 0,21 persen ke 3.823,78.
“Peluang pemangkasan suku bunga oleh The Fed diperkirakan akan memberikan dampak positif bagi emerging market di Asia, termasuk Indonesia. Dengan memungkinkan bank sentral di kawasan tersebut untuk lebih fleksibel dalam kebijakan moneter,” sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Jumat.
Dari mancanegara, bursa regional Asia bergerak menguat ditopang oleh harapan de eskalasi antara dua ekonomi terbesar dunia yaitu Amerika Serikat (AS) dan China terkait dengan tarif dagang.
Hal ini dilatarbelakangi komentar dari Presiden AS Donald Trump pada Kamis (24/04) malam, yang menegaskan bahwa negosiasi perdagangan dengan China sedang berlangsung, yang bertentangan dengan pernyataan Beijing bahwa tidak ada pembicaraan yang sedang berlangsung.
Sementara itu, ada kemungkinan The Fed akan memangkas suku bunga acuannya lebih cepat, yang mana pejabat The Fed Christopher Waller dan Beth Hammack mengungkapkan potensi pemangkasan Fed Funds Rate (FFR) yang lebih cepat dari perkiraan, apabila kebijakan tarif mengancam pasar tenaga kerja dan ekonomi.
Presiden Fed Cleveland Beth Hammack menyarankan potensi penurunan suku bunga dapat terjadi paling cepat pada Juni 2025, apabila dibenarkan oleh data ekonomi, yang tampaknya dilakukan sebagai upaya untuk antisipasi potensi resesi.
Sebelumnya, Gubernur BI juga mengungkapkan bahwa BI akan terus mencermati ruang penurunan dengan mempertimbangkan stabilitas nilai tukar prospek inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga : Trump Tunda Penerapan Tarif Amerika, Kurs Rupiah Menguat dan IHSG Melesat
Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 22-23 April 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 5,75 persen, yang mana keputusan ini konsisten dengan upaya menjaga prakiraan inflasi 2025 dan 2026 tetap terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus 1 persen.
Dengan inflasi domestik terkendali, memiliki kapasitas yang lebih besar untuk menyesuaikan suku bunga, sehingga akan menjadi faktor tambahan yang mendukung prospek positif bagi pasar saham Indonesia di masa mendatang.
Emas Antam Naik
Sementara itu harga emas Antam yang dipantau dari laman Logam Mulia pada Jumat, mengalami kenaikan Rp17.000 dari semula Rp1.969.000 menjadi Rp1.986.000 per gram.
Adapun harga jual kembali (buyback) emas batangan turut naik ke angka Rp1.835.000 per gram.
Transaksi harga jual dikenakan potongan pajak, sesuai dengan PMK No. 34/PMK.10/2017.
Penjualan kembali emas batangan ke PT Antam Tbk dengan nominal lebih dari Rp10 juta, dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 sebesar 1,5 persen untuk pemegang Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan 3 persen untuk non-NPWP.
Baca Juga : IHSG Dibuka Turun Lebih dari 9 Persen, BEI Bekukan Sementara Perdagangan
PPh 22 atas transaksi buyback dipotong langsung dari total nilai buyback. Berikut harga pecahan emas batangan yang tercatat di laman Logam Mulia Antam pada Jumat:
– Harga emas 0,5 gram: Rp1.043.000.
– Harga emas 1 gram: Rp1.986.000.
– Harga emas 2 gram: Rp3.912.000.
– Harga emas 3 gram: Rp5.843.000.
– Harga emas 5 gram: Rp9.705.000.
– Harga emas 10 gram: Rp19.355.000.
– Harga emas 25 gram: Rp48.262.000.
– Harga emas 50 gram: Rp96.445.000.
– Harga emas 100 gram: Rp192.812.000.
– Harga emas 250 gram: Rp481.765.000.
– Harga emas 500 gram: Rp963.320.000.
– Harga emas 1.000 gram: Rp1.926.600.000.
Potongan pajak harga beli emas sesuai dengan PMK Nomor 34/PMK.10/2017, pembelian emas batangan dikenakan PPh 22 sebesar 0,45 persen untuk pemegang NPWP dan 0,9 persen untuk non-NPWP.
Setiap pembelian emas batangan disertai dengan bukti potong PPh 22. ***